Januari #9

5.2K 833 207
                                    

Gatra tidak pernah membenci hujan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gatra tidak pernah membenci hujan. Walau setiap kali riuhnya datang dia selalu merasakan kesepian yang begitu dalam, selalu ada alasan baginya untuk menikmati bagaimana tetes air itu jatuh menyentuh dedaunan. Seperti malam itu, saat gerimis kembali datang beberapa menit setelah ia pulang.

Cowok itu terlihat sama kelabunya dengan malam, berdiri di sisi jendela kamar dengan penerangan remang yang ia biarkan. Sendu yang tercipta malam itu tidak mampu mengusiknya, dingin yang merambat masuk ke dalam ruangan pun ia abaikan begitu saja. Pekat matanya menerawang jauh ke depan, seperti sedang merenungkan banyak hal. Namun nyatanya, sejak awal hanya ada satu nama yang mengisi pikiran. Nama yang sama seperti yang belakangan ini membuatnya tak tenang.

Januari.

Gatra tidak tahu apa yang salah dengan anak itu, tapi setiap kali dia bicara, naluri Gatra rasanya seperti berontak terhadap sesuatu. Cara dia berkata, caranya tertawa, caranya menyebut nama Gatra, semua seperti sudah terekam dalam benak Gatra sebelumnya.

Ketika dia menuturkan cerita dengan ceria lalu tertawa, Gatra bisa dengan mudah melakukan hal yang sama. Begitu pula ketika suaranya memelan lalu mata sejernih air itu kehilangan binar, saat itu, Gatra juga bisa ikut merasakan kesedihannya.

Bagaimana seorang anak 16 tahun yang ia temui di jalanan beberapa waktu lalu bisa mempermainkan perasaannya seperti ini?

Gatra mengerjap, berusaha mengalihkan pikirannya. Tapi yang terjadi justru dialognya dengan Janu sore tadi kembali terputar di kepala. Membuat Gatra terpaku untuk yang ke sekian kalinya.

"Kakak ku.. pergi, kak."

Gatra bisa melihat kesedihan dalam sepasang mata anak itu. Sesuatu yang jarang sekali ia lihat dari Janu. Sesuatu yang entah bagaimana bisa membuat hatinya ikut terasa ngilu.

"Maksudnya.. pergi, gimana?" Gatra bertanya.

"Ya.. pergi. Aku nggak tau dimana. Kita kepisah waktu aku masih kecil banget. Aku cuma tau dia pamit pergi sebentar, tapi dia nggak pernah muncul lagi di hadapanku sampai sekarang."

Ada sesuatu yang meremas hati Gatra saat Janu selesai dengan ceritanya. Rasanya sakit. Seperti ia lah orang yang telah meninggalkan anak itu begitu saja. Sakit.. seperti dirinyalah yang telah membuat anak itu terluka.

"Kamu nggak cari dia?"

Saat itu, Gatra melihat Janu tersenyum. Senyum yang dipaksakan. Senyum yang terasa begitu hambar. Lalu dengan suara pelan anak itu menuturkan jawabannya.

"Kalau ada yang harus dicari di antara kita, itu aku, kak. Dia yang pergi, dia yang seharusnya pulang. Bukan aku."

Detik itu Gatra memaku, detik ini pun ia begitu. Sebelum akhirnya aroma hujan dari luar menyadarkan Gatra, membuat ia buru-buru menepis pikirannya. Dia beralih, tangannya merogoh sesuatu dari dalam saku dan ke sanalah kini perhatiannya tertuju. Pada sebatang permen yang siang tadi ia dapat dari Janu.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang