Januari #18

5.1K 777 322
                                    

Gatra tahu hidup memang penuh dengan kejutan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gatra tahu hidup memang penuh dengan kejutan. Dulu, ia dipisahkan dengan adiknya dengan begitu menyedihkan. Lalu sekarang mereka kembali dipertemukan melalui sebuah kebetulan.

Sore hari ketika ia pertama kali menginjakkan kaki kembali ke Jakarta setelah sekian lama itu, ketika langit dipenuhi kelabu, adalah bukti nyata bagaimana takdir mempermainkan hidupnya. Saat itu, untuk pertama kali matanya terpaku pada punggung kecil yang begitu kokoh, kendati di wajahnya tersirat begitu banyak beban. Pertama kali pula telinganya kembali dipertemukan dengan suara yang familiar. Suara yang entah bagaimana bisa saat itu memaksanya untuk berhenti sejenak dan terdiam. Hari itu, adalah hari dimana ia melihat Januari. Sosok yang kemarin akhirnya ia ketahui merupakan adiknya sendiri.

Dari situ, Gatra jadi berpikir, bahwa tidak ada yang akan bergerak stagnan dalam kehidupan. Semua datang dan pergi, silih berganti, mengikuti bagaimana takdir berperan. Dulu ia pernah kehilangan, namun kini serpihan yang hilang itu telah kembali ia gengam. Tapi jika takdir berkenan, dia bisa saja kembali kehilangan. Jadi yang sedang berusaha Gatra lalukan sekarang adalah membuat apa yang ia miliki tetap dalam genggaman. Tidak akan lagi ia biarkan sosok itu hilang. Gatra tidak ingin mengulangi kesalahannya dulu, ketika ia meninggalkan adiknya sendirian.

Pagi ini, ia mengawali paginya dengan perasaan yang jauh lebih ringan. Dia bangun lebih awal dari biasanya, menyiapkan menu sarapan untuk Dikta, lalu bersiap meninggalkan rumah tepat ketika anak itu keluar dari kamarnya.

"Masih jam segini udah ready aja sarapannya. Aku aja belum mandi." ucap Dikta sembari membawa langkahnya mendekat ke meja.

Gatra yang sedang mencuci tangannya di wastafel hanya melirik sekilas dan tersenyum samar.

"Bagus 'kan, kamu bangun udah ada makanan. Aku tau kamu kalau bangun tidur gini suka kelaparan."

"Ya iya, tapi tumben aja."

Bersamaan dengan derit kaki kursi yang ditarik oleh Dikta, Gatra selesai mengeringkan tangannya dan segera berbalik, menuang minuman ke dalam gelas yang ia siapkan untuk anak itu.

"Bilang apa sama kakak?"

"Boleh nambah nggak?"

Mendengar itu Gatra mendecak kemudian memukul pelan kepala Dikta dari belakang.

"Jawab yang bener!"

Dikta terkekeh sembari mengusap kepalanya yang dipukul Gatra. Tidak sakit, karena memang lelaki itu tidak pernah satu kalipun melukai fisiknya. Selama ini Gatra selalu menjaganya. Menjadi pelindung yang sempurna untuknya. Gatra benar-benar menjalankan tugasnya sebagai kakak dengan baik hingga akhirnya menjelma menjadi sosok yang paling Dikta kagumi melebihi siapapun di dunia. Itu sebabnya ketika Gatra mulai menjauh darinya, Dikta jelas merasa kehilangan.

Tapi setelah beberapa hari belakangan hubungan mereka sedikit merenggang, hari ini akhirnya Dikta bisa merasakan kembali hangat yang ia rindukan dari kakaknya. Obrolan kecil mereka pagi ini sudah cukup untuk membuat Dikta seperti menemukan kembali sosok Gatra.

JanuariTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang