3.O

965 144 30
                                    

Dengan sigap Jisung berlari dan menarik tubuh Minjung, mereka berdua terguling sampai ke pinggiran trotoar. Chenle begitu khawatir, takut-takut mereka berdua terlindas ban mobil.

"Jisung!" Teriak Chenle dengan khawatir. Jantungnya berpacu dengan cepat, dan ia menghela nafas bahwa keduanya baik-baik saja.

"Kenapa kamu melakukannya?" Tanya Jisung begitu khawatir. Minjung merapatkan tubuhnya dengan Jisung, kepalanya bersandar di bahunya dan menangis dengan keras disana. Chenle terdiam melihatnya.

"Untuk apa aku hidup? Aku seharusnya mati, karena selain kematian, aku tidak tahu harus pergi kemana lagi. Untuk apa aku hidup jika tidak bisa memilikimu Jisung?

Jisun sudah mati, aku hidup pun tidak bisa memilikimu, jadi kemana aku harus pergi? Aku tidak memiliki siapapun lagi, apa yang harus ku lakukan Jisung?" Minjung terus menangis dengan keras disana, dibahu Jisung.

"Kalian tidak apa-apa?" Tanya sang supir, yang hampir menabrak mereka. Jisung tersenyum sambil mengusap bahu Minjung, gadis itu bergetar dan mulutnya mengeluarkan suara rintihan.

"Kami tidak apa-apa" Jawab Jisung dengan ramah. "Hanya shock" Lanjutnya.

"Maksud saya, lengan kananmu" Ujar sang supir, Jisung melihatnya dengan heran, kepalanya menoleh menatap lengan kanannya yang sudah mengeluarkan banyak darah, bahkan sudah merembes membasahi jaket dan juga trotoar.

"Maksud saya, lengan kananmu" Ujar sang supir, Jisung melihatnya dengan heran, kepalanya menoleh menatap lengan kanannya yang sudah mengeluarkan banyak darah, bahkan sudah merembes membasahi jaket dan juga trotoar

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Jisung langsung dilarikan kerumah sakit berkat bantuan dari supir yang hampir menabrak dia dengan Minjung. Mereka berdua, Chenle dan Jisung menunggu Jisung didepan ruang IGD.

Terlihat jelas bahwa Minjung terus menunduk dan menangis, ia takut, takut kehilangan Jisung. Sementara Chenle yang sehabis selesai mengurus administrasinya perlahan berjalan mendekati Minjung. Tangannya membawa jaket Jisung yang berlumuran darah dan juga tas miliknya.

Sadar akan kehadiran Chenle, gadis itu pun menoleh kearah Chenle, menatapnya dengan pandangan yang sangat sulit diartikan.

"Aku minta maaf. Kamu pasti berfikir bahwa aku adalah wanita menjijikan, iya kan?" Tanya Minjung membuka suaranya, matanyapun tidak memandang Chenle penuh kebencian seperti sebelumnya, sorot matanya lemah tanpa daya.

"Atau kau berfikir aku adalah orang aneh yang tiba-tiba muncul dikehidupan kalian?" Gadis itu menunduk. Chenle tidak menjawab apapun dari pertanyaan Minjung.

"Tapi kamu tidak tahu aku hidup seperti apa sebelumnya, aku terus menunggu, menunggu Jisung yang telah lama hilang, tidak ada kabar darinya, seperti ditelan bumi. Dan lukisanmu itu seperti membawaku kembali kepadanya.

Chenle, ku mohon, berikan Jisung kepadaku. Aku sangat mencintainya. Aku tidak bisa hidup tanpanya" Gadis itu memohon dan beranjak, tangannya memegang bahu Chenle dan menatapnya penuh permohonan.

"Maaf, kalau itu biarkan Jisung yang memilih. Aku tidak bisa memaksanya untuk memberikan dia kepadamu atau tetap bersamaku, karena, Ia memiliki kebebasan untuk memilih" Jawab Chenle, karena ia juga mencintai Jisung, ia sangat mencintai pria itu walaupun perlakuannya tidak menunjukannya atau bibirnya tidak pernah mengucapkan kata cinta untuk Jisung. Tapi jauh didalam lubuk hatinya, Chenle begitu mencintai Jisung.

[➖] 戰神  MARS // SungLeTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang