Doyoung terbangun karena suara-suara samar dari arah dapur. Dan menemukan sesuatu.Figurnya kecil. Punggungnya sempit, rambutnya dibiarkan tergerai sedikit berantakan. Tapi melihat siluet itu sibuk di dapur membuat hati Doyoung menghangat.
"Sedang apa?" Doyoung menghampiri perempuan itu di dapur dengan wajah yang masih mengantuk. Entah sadar atau tidak ia menyandarkan dagunya ke pundak Sejeong.
Sepertinya kesadarannya masih belum pulih seratus persen.
Tapi sepertinya Sejeong juga masih mengantuk, mengingat dia membiarkan saja dagu Doyoung bersandar di pundaknya. Bahkan leher Sejeong bisa merasakan helaan napas halus laki-laki itu.
"Masak,"
Dahi Doyoung berkerut, "Iya tahu kok masak,"
Ya memang apa lagi yang dilakukan di dapur selain memasak? Bercocok tanam?
Sejeong mendengus. "Buat omurice, sama egg pouch, maaf ya aku bisanya masak yang gampang-gampang, lagipula di kulkas mu cuma ada telur dan sosis. Untung saja masih ada beras,"
"Selama ini anak-anak makan apa? delivery?" omel Sejeong lagi.
Doyoung meringis. Padahal juga tidak ada yang menyuruh Sejeong memasak, tapi dia ingin sendiri. Lagipula dapur Doyoung juga sudah lama tidak ada tanda-tanda kehidupan. Paling-paling cuma eomma-nya yang beberapa kali ke sini. Memasak makanan sungguhan, sambil memastikan anak bungsunya masih hidup atau sudah mati overdosis mie instan.
Aaah, mungkin ini pagi yang paling indah dalam hidupnya. Perempuan ini bahkan memakai kaus Doyoung. Membuat aroma halus pewangi yang selalu Doyoung gunakan ikut menempel di tubuhnya. Doyoung jadi suka.
Jadi pengen cepat nikah. Ehm.
"Ah, maaf aku pakai bajumu," Sejeong meringis. "Blus itu kurang nyaman karena sudah kupakai seharian,"
Sebentar tadi Doyoung berpikir Sejeong mulai bisa membaca pikirannya. Tapi itu kan tidak mungkin. Lalu sesaat kemudian Doyoung menggeleng. "Kalau mau nanti kupinjamkan kemeja, mungkin nanti agak besar, tapi lebih baik daripada kau harus pulang ke rumah untuk ganti baju,"
"Itu akan sangat membantu," Sejeong tertawa kecil. Dia ada kelas pagi ini, meskipun bukan di jam pertama, rumahnya dan kampus jaraknya lumayan jauh, bisa satu jam lebih jika jalanan macet. Jadi dapat dipastikan dia akan terlambat masuk kelas jika harus pulang ke rumah terlebih dahulu.
"Ada kelas pagi?" tanya Sejeong lagi. Tangannya masih sibuk memotong sesiung bawang yang ditemukannya juga di dalam kulkas Doyoung.
Doyoung mengangguk. Dagunnya masih belum berpindah dari pundak Sejeong. "Ada, kelas pertama jam delapan," Doyoung bergumam. Dia menguap lebar. "Tapi masih ngantuk banget,"
"Mamamu nggak nyariin?" Kepala Doyoung bergerak-gerak. Rasanya geli.
"Mama kalau hari Rabu pergi ke rumah nenek,"
"Mamamu . . . . . ." Doyoung ragu-ragu mau bertanya, suaranya memelan. ". . . . . . . galak ya?"
Sejeong meringis. Lalu mengangkat ibu jari dan telunjuk yang ia dekatkan. "Sedikit,"
"ooh, oke," cukup tahu. Jadi sebelum ia berkenalan dengan Mama Sejeong setidaknya perlu amunisi yang cukup.
Mungkin satu tahun penuh menjalalani pelatihan militer, dan dibarengi dengan pelatihan menjadi menantu yang baik sudah cukup.
![](https://img.wattpad.com/cover/173844995-288-k764622.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Baby's Day Out
FanfictionWhen your future baby comes to town . . . . [romantic-comedy fanfiction] Featurette : Kim Doyoung Kim Sejeong