[22] Kejadian di Rumah Sakit

1.1K 220 69
                                    

Ini panjang banget soalnya uda lama ga apdet tapi Meri usahain semoga kalian yang baca nggak bosen ^^



...





Sejeong sedang dalam perjalan ke apartememen Doyoung ketika mendapat telepon itu.

Ponsel nya menyala. Menunjukkan display name si Bodoh. Nama kontak Kim Doyoung,

Dia melirik Eunwoo yang menyetir di sampingnya. Sebenarnya dia ingin pergi sendiri. Tapi Eunwoo bersikeras untuk menemaninya pergi. Tidak mungkin Eunwoo membiarkannya menyetir sendirian dengan emosi yang tidak stabil.

Sejeong menarik napas panjang. Menggeser ikon hijau.

Dia diam, sengaja menunggu orang di seberang telepon menyapa terlebih dahulu. Tapi alih-alih mendengar suara sapaan, rasanya jantungnya dipukul keras dari dalam mendengar suara tangisan bayi meraung-raung di seberang.

"Ssssssh sebentar Bi jangan nangis, ini Papa telepon Mama dulu,"

Sejeong menelan ludah. Dia mengenali suara itu. "Doyoung?"
"Ada apa?"

"A-ah, Sejeong, maafkan aku mengganggu waktumu,"

Keadaan diseberang terdengar rusuh. Dada Sejeong mulai berdentum-dentum tak karuan.

". . . Jeno pingsan, sampai sekarang belum sadar. Aku tidak tahu harus bagaimana,"

Rasanya bagai tersengat listrik mendengar kabar itu. Sekujur tubuh Sejeong menegang. Ya Tuhan, apa lagi ini.

"Aku benar-benar tidak tahu apa yang harus kulakukan, Bi nggak berhenti nangis," Doyoung menceracau. Kebingungan.

Sejeong menarik napas panjang, menetralkan emosi. Baru juga tiga puluh menit yang lalu Jeno meneleponnya, memberi tahu jika Doyoung babak belur, dikeroyok.

Sekarang apa lagi? Sepertinya keluarga ini tidak bisa membuatnya bernapas normal walau hanya sebentar.

"Hubungi ambulans, bawa ke rumah sakit,"

Suara Doyoung terdengar ragu-ragu. "Apa akan baik-baik saja?" Dia menjeda kalimatnya. "Maksudku dia mungkin berasal dari dimensi lain---"

"DIA MASIH MANUSIA, KIM DOYOUNG,"

Sejeong sedikit berteriak, memotong alasan irrasional Doyoung. Tangannya terkepal. Demi Tuhan dia tidak menginginkan kebodohan Doyoung untuk saat ini.

Doyoung sepertinya terkejut, untuk sebentar Sejeong berhenti mendengar suara laki-laki itu di seberang telepon.

Sejeong menghela napas. "Kita ketemu di rumah sakit," Suaranya tercekat di tenggorokan. Serak. "Jeno . . . . please, anak itu jangan sampai kenapa-kenapa, Doyoung, kumohon,"

". . . . Aku mengerti, maaf,"

Dan itu adalah kalimat terakhir yang Sejeong dengar dari laki-laki itu sebelum ia menutup sambungan teleponnya.

Hatinya resah. Sakit. Dia khawatir. Harusnya tidak perlu begini jika ia mengingat dengan jelas apa yang dikatakan Eunwoo tadi. Harusnya dia marah. Kecewa. Anak itu sudah membohongi Doyoung, dan dirinya. Tapi tidak, ini sangat aneh. Rasa sakit ini, sangat nyata.

"Siapa yang sakit?" Eunwoo setelah sekian lama terdiam, mulai membuka suara.

"Jeno pingsan, kita ke rumah sakit universitas," kata Sejeong pelan, hampir tak terdengar. Pandangannya jauh menembus jendela mobil.

Baby's Day OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang