[18] Perubahan

1K 216 46
                                    

🐰

Nanti jadi ke apartemenku?

Jadii


Ok

Aku selesai jam 4




"Nih," Sebuah tangan terulur dengan sekotak susu pisang. Sejeong menoleh, dan mengambilnya. "Thanks, hehe,"

Sejeong menaruh ponselnya di samping laptopnya yang terbuka. Menusuk kemasan susu pisang itu dan meminumnya hingga tersisa separuh. Rasa manis mengalir ke tenggorokan. Matanya masih fokus menatap laptop sambil berpikir tentang tugas penelitiannya.

"Jadi anak-anak itu, dua orang, satunya umur tujuh belas, dan satunya masih bayi datang entah dari mana, bilang kau adalah mamanya," Eunnwoo, bahkan masih menggunakan jas lab putihnya bertanya tiba-tiba. Dia sudah duduk di depan Sejeong sambil meminum sebotol teh oolong. Dia juga membawa dua bungkus sandwich, satu untuknya, dan satu untuk Sejeong.

Sejeong memang menceritakan perihal Jeno, dan Bi, yang melakukan perjalanan lintas waktu ----- yang sulit dipercaya, pada orang ini. Menurutnya Eunwoo tidak akan macam-macam dan cukup bisa dipercaya.

Tapi sepertinya hal-hal yang tidak masuk akal itu tidak bisa masuk di otak Eunwoo yang terlalu rasional.

Sejeong menghembuskan napas lelah, lalu mengangguk. "Iya," dia sudah menjelaskan itu beberapa kali di Mobil Eunwoo ketika mereka berangkat bersama, bahkan tadi sebelum jam masuk kuliah pagi, Sejeong juga menjawab pertanyaan-pertanyaan Eunwoo yang masih belum berubah.

"Dan bilang laki-laki dari fakultas Teknik itu Papanya?"

"Doyoung," Sejeong menatap Eunwoo sengit, merasa kurang suka dengan dengan intonasi suara Eunwoo yang terkesan sarkas. "Namanya Doyoung,"

"Iya," Eunwoo memutar bola matanya malas, dia meraih salah satu sandwich di meja, dan menyobek plastiknya, menggigitnya dengan satu gigitan kecil, "Terserahlah, siapapun namanya,"

Sejeong kembali berkutat dengan laptopnya, jarinya menari-nari diatas keyboard, mengerjakan sesuatu, alisnya berkerut-kerut, "Jangan begitu, katanya kau mau mendukungku apapun yang terjadi,"

"I do, I do," Eunwoo menggerak-gerakkan tangannya, menunjukkan gestur persetujuan, "Aku hanya tidak habis pikir,"

"Kau tidak percaya?"

"Siapa yang percaya hal-hal seperti itu? Orang manapun tidak ada yang percaya," Eunwoo mendengus.

"Kecuali kau, dan bocah teknik itu,"

Ctak,

Sejeong memukul punggung tangan Eunwoo menggunakan bolpoinnya keras. Laki-laki itu langsung menarik tangannya, dan mendesis kesakitan.

"Eunwoo, secara teknis kamu lebih bocah," hardik Sejeong. 

Memang benar kan? Teman masa kecilnya ini terlalu dini masuk sekolah, jadi sekarang seangkatan dengan Sejeong. Padahal harusnya umurnya satu tahun di bawah Sejeong.

"Oke," Eunwoo merengut. Tangannya masih diusap-usap. "Lalu, Daniel bagaimana?"

"Apanya yang bagaimana?"

"Jangan bohong, Kim Sejeong, kau sangat mudah terbaca,"

Tangan Sejeong yang sibuk mengetik di atas keyboard seketika terhenti. Dia menghela napas panjang. Sejujurnya dia memang menghindar dari Kang Daniel sejak kejadian itu. Daniel tidak berhenti meneleponnya, atau mengiriminya pesan singkat. Tapi Sejeong masih enggan menjawabnya.

Baby's Day OutTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang