Sembilan

75 2 0
                                    

PRANGG

Suara gelas pecah terdengar di telinga seorang wanita. Ia menghampiri arah sumber suara.

“Sayang ada apa?” tanya wanita itu pada pria yang baru saja memecahkan gelas dari tangan nya.
Tidak ada jawaban dari pria itu.

“Sayang—”

“Ah ya gapapa. Tangan aku licin jadi gelas nya jatuh. Kamu diem di sana aja biar aku yang beresin.”

“Udah biar maid yang beresin oke? Seperti nya kamu lelah. Ayo kita ke kamar.” Pria itu menurut lalu berjalan ke kamar mengikuti wanita didepan nya.

Viola. Kamu baik-baik aja kan?.

¤¤¤

Seluruh keluarga Viola berlarian di lorong rumah sakit. Laura, ibu Viola berjalan dengan lemas dibantu oleh Ova. Begitupun Bella dengan Rendo. Sedangkan Alvin dan Dilla sudah berlari di depan tanpa menghiraukan siapapun. Yang mereka pikirkan hanya satu yaitu bunda nya. Di depan ruang operasi sudah ada Rando yang menundukkan kepala nya. Ia pun sama panik dan cemas menunggu Viola yang berada di dalam ruang operasi.

“Om—” itu suara Alvin.
Rando langsung bangkit memeluk Alvin dan Dilla. Rando sangat menyanyangi keponakan nya itu. Menganggap mereka seperti ayah mereka. Jelas saja sejak kecil jika Ava sibuk maka mereka akan bermain dengan Rando dan Ova.
Alvin dan Dilla menangis di pelukan Rando. Sedangkan Rando hanya memeluk erat mereka memberi kekuatan agar Alvin dan Dilla tabah.
Tak lama para orang tua datang. Menanyakan kondisi Viola.

“Rando gimana keadaan Viola?” kata Rendo.

“Viola masih ditanganin sama dokter. Kita tunggu ya semoga Viola baik-baik saja.”

Semua mengangguk dan menunggu Viola di depan ruang operasi. Alvin menatap satu persatu keluarga nya. Hati nya terasa sakit, melihat semua orang yang ia sayangi menangis juga bunda tersayang nya berbaring lemah di meja operasi.

Melihat wajah sendu Alvin, Rando menghampiri nya lalu mengajak nya pergi keluar untuk berbicara empat mata.
“Ada apa om?” tanya Alvin.

“Alvin udah liat isi email itu kan?”
Alvin kembali teringat dengan email itu. Emosi nya kembali membuncah, tangan nya mengepal dan pikiran nya tertuju pada sang ayah yang sudah menyakiti orang-orang yang disayangi nya.

“Untuk apa om membahas hal itu? Itu gak lagi penting untuk Alvin. Fokus Alvin hanya bunda saat ini.”

Rando menghela nafasnya. Masalah yang Ava buat akan menimbulkan kebencian Alvin pada ayah nya sendiri.

“Alvin—”

“Cukup om. Alvin gak mau denger apapun lagi. Kalau om minta Alvin untuk gak membenci ayah, Alvin gak akan bisa lakuin itu. Ayah bukan hanya menyakiti bunda dan Dilla, ayah juga membuat aku tidak percaya akan kata ‘ayah' lagi. Itu artinya tidak ada ayah dalam hidup Alvin.”

“Alvin!! Kamu gak boleh ngomong gitu. Kita masih harus cari tahu yang sebenarnya.”

“Kalau ayah menganggap kita keluarga maka ayah akan pulang!! Bukan nya itu definisi keluarga?! Tempat kita pulang!!” Alvin mengatakan dengan penuh emosi. Tidak ada air mata. Semuanya hanya amarah yang ada dalam diri Alvin.

Rando memeluk Alvin. Ia tidak pernah melihat Alvin semarah dan sekecewa ini. Setelah itu Alvin melepas pelukan nya dan kembali menghampiri keluarga nya. Saat sampai disana ia melihat dokter yang baru saja keluar dan menyampaikan kondisi Viola.

“Operasi berjalan dengan lancar. Hanya saja pasien mengalami serangan jantung hingga tiga kali. Juga benturan dikepala nya sangat lah keras karena hal itu saat ini kondisi pasien dalam keadaan mati otak dan harus menggunakan ventilator untuk menunjang hidupnya.”

VIOLAVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang