Sepuluh

45 1 1
                                    

5 tahun kemudian.

Banyak perubahan yang terjadi dalam hidup Alvin begitupun Dilla dan adik kecil nya yang sudah berumur 6 tahun. Alvin bukan lagi anak laki-laki yang hangat dan ceria seperti dulu saat masih SMA, Alvin menjadi sosok yang dingin, tidak tersentuh, dan pendiam.

Setelah lulus SMA, Alvin membatalkan keputusan nya untuk mencari sang ayah ke Belanda. Alvin berpikir tidak ada guna nya mencari sang ayah yang telah mengecewakan dirinya dan keluarga nya.

Akhirnya Alvin memutuskan untuk melanjutkan kuliah nya ke Amerika dengan jurusan krimonologi. Alvin melepas cita-cita nya menjadi seorang pebisnis karena tidak ingin seperti ayah nya. Alvin ingin memiliki kekuatan yang lebih agar bisa melindungi bunda dan adik-adik nya. Alvin sekarang menjadi detektif termuda karena kepintaran nya dan membantu para senior agen dalam menyelesaikan kasus. Dibalik sukses nya pekerjaan Alvin, ada yang tidak orang ketahui. Tentang masa lalu nya, tentang ayah nya yang menghilang, dan tentang bunda nya yang masih belum bangun dari tidur panjang nya.

Disisi lain, Dilla tetap melanjutkan keinginan nya untuk menjadi dokter. Sekarang ia sudah menjadi dokter muda di rumah sakit milik kakek nya. Tidak hanya itu, Dilla sedang melakukan kuliah kejuruan kedokteran spesialis neurologi di Amerika.

Ya, semenjak sang bunda dinyatakan koma dan dalam keadaan vegetatif, Alvin dan Dilla berserta keluarga besar memutuskan untuk pindah ke Amerika. Memulai semua nya dari awal. Awal yang dimaksud adalah Alvin dan Dilla tidak pernah menganggap mereka memiliki seorang ayah. Bahkan mereka menolak warisan yang diberikan sang ayah melalui pengacara yang menyatakan bahwa jika Ava meninggal atau menghilang selama 2 tahun maka perusahaan akan diberikan kepada Alvin dan Dilla.

Sayangnya, Alvin dan Dilla menolak itu. Rasa sakit mereka tidak akan pernah terbayar oleh apapun bahkan harta triliunan.

“Selamat pagi bunda sayang. Hari ini Dilla bawain bunga lavender kesukaan bunda.”

Dilla memang bertugas di rumah sakit yang sama dengan tempat Viola terbaring koma. Ia merangkai bunga di vas dan meletakkan nya di atas bunga.

“Bunda, ini sudah musim dingin ke 4 yang kita lewatin bareng di sini ya kan? Waktu berjalan sangat cepat, oh ya Kak Alvin bentar lagi kesini katanya dia telat dateng karena ada tugas mendadak di kantor polisi habis itu jemput Dek Vian dan kita kumpul berempat seperti biasanya. Ngerayain ulang tahun bunda.” Dilla tersenyum. Ia mengusap lembut tangan bunda nya.

4 tahun yang lalu Rendo, Bella, Laura, Rando, dan Ova menyerah atas keadaan Viola dan berpikir bahwa ini saatnya melepas Viola. Menarik seluruh alat penunjang hidup nya. Namun Alvin dan Dilla menolak tegas.

“Bunda milik kami! Dan tidak ada satupun yang boleh melepas alat-alat itu! Bunda gak mungkin ninggalin kita! Kalau kalian menyerah silakan tapi biarkan kami yang berusaha dan yakin kalau suatu hari nanti bunda akan bangun.” Itu yang dikatakan Alvin.

“Pagi bunda” itu suara Alvin yang sudah datang dengan Vian yang berdiri disamping nya sambil mengenggam tangan Alvin.

Vian berjalan ke samping Dilla, “Kak kapan bunda bangun? Apa bunda gak mau bangun dan liat Vian? Hari ini Vian dapat penghargaan karena jurara 1 dikelas. Kata Kak Alvin, bunda bakalan bangun kalau Vian juara dikelas. Tapi—tapi kenapa bunda belum bangun hikss—” Vian menangis. Dilla memeluk Vian dan menenangkan adik kecil nya itu. Vian memang masih berumur 6 tahun namun karena Vian anak yang pintar, ia sudah masuk ke bangku sekolah dasar kelas 2. 

“Bunda bukan nya gak mau bangun sayang. Bunda cuman butuh waktu lagi untuk istirahat. Nah sekarang Vian gak boleh sedih, kan hari ini ulang tahun bunda.”ucap Dilla.  Vian mengangguk lalu menghapus air matanya.

“Ayo sekarang kita tiup lilin. Kakak udah bawa kue kesukaan bunda.”

Setelah merayakan nya, Dilla harus kembali ke ruangan nya karena masih ada pasien yang harus di periksa. Tersisalah Alvin yang duduk dikursi samping ranjang tempat Viola berbaring. Sedangkan Vian sudah tidur di salah satu sofa.

“Bunda, hari ini Alvin berhasil menangkap teroris di New York. Dia teroris yang paling di cari selama 8 tahun tapi saat kasus itu diserahkan ke Alvin, dengan mudah Alvin bisa menemukan nya. Bunda, apa alasan bunda tidak ingin bangun karena sudah lelah atau karena bunda ingin bertemu dengan dia? Bunda apa Alvin harus mencarinya agar bunda bisa bangun lagi? Tapi dia udah nyakitin bunda. Bunda tolong yakinin Alvin kalau bunda bakalan bangun. Alvin mulai merasa ingin menyerah tapi disisi lain Alvin yakin kalau bunda bakalan bangun.” Tidak ada tanda ataupun pergerakan dari bunda nya itu. Alvin menghela nafasnya.

“Yaudah kalau gitu selamat istirahat bunda. Alvin mau pulang dulu kasian Vian harus sekolah besok.”

Saat diperjalanan Vian terlihat gelisah saat sedang tidur nya, Vian seperti menangis dan merengek hal itu membuat Alvin panik dan menepikan mobil nya.

“Vian..Vian hey bangun. Vian—”

“Ayah!!” teriak Vian lalu terbangun dari tidur nya. Nafasnya memburu dan wajah nya terlihat pucat.
Alvin terkejut saat Vian berteriak memanggil ayah nya. Vian lalu menangis, Alvin memeluknya.

“Vian mimpi ya? Gapapa itu cuman mimpi.”

“Vian mimpi ada orang yang bilang kalau dia ayah Vian. Tapi—tapi ayah Vian udah pergi jauh ya kan kak?” tanya Vian.

Alvin terkejut, “Itu hanya mimpi, ayah Vian udah pergi jauh.” Vian mengangguk paham.

“Yaudah sekarang Vian tidur lagi ya. Nanti kakak bangunin kalau udah sampe.” Vian mengiyakan lalu kembali berbaring untuk melanjutkan tidurnya.

Setelah itu Alvin menatap sendu Vian, “Maafin kakak Vian, kakak gak mungkin ceritain yang sebenarnya sama Vian. Lebih baik Vian gak tau.” Alvin kembali menjalankan mobil nya untuk pulang.

¤¤¤
Seorang pria sedang sibuk dengan laptop dihadapan nya nya. Memeriksa beberapa file dan berkas seharian membuat dirinya merasa lelah, belum lagi beberapa meeting dengan klien yang harus ia lakukan sejak tadi pagi. Jarum jam sudah menunjukkan pukul 12 malam, seluruh karyawan kantor sudah pulang sejak pukul 8 malam. Tak lama suara dering ponsel terdengar, ia melihat nama kontak yang menghubungi nya lalu tersenyum dan pria itu mengangkat panggilan video tersebut.

“Sayang kamu kapan pulang? Ini udah jam 12 loh.”ucap wanita itu. Pria yang bernama Ray itu tersenyum.

“Maafin aku Jenn, kerjaan hari ini sangat banyak. Sepertinya aku menginap disini karena besok subuh aku harus ke L.A untuk meeting dengan Perusahaan asal Paris. Mereka sedang ada jadwal disana dan minta untuk ketemuan disana.”

“Ke L.A? Kamu baru ngabarin aku soal ini?” terlihat wajah sendu wanita yang bernama Jennifer itu.

“Josh baru saja ngabarin aku soal ini karena rencanya kita akan ketemuan di sini. Maafin aku ya, cuman 3 hari kok setelah itu aku pulang dan kita liburan gimana? Aku akan ambil cuti 1 minggu oke?” Wanita itu tersenyum lalu mengangguk.

Thank you honey, oh ya Ella sudah tidur?” tanya Ray.

“Dia udah tidur. Tadi dia nangis karena ingin tidur dengan daddy nya.”

“Sampaikan maafku untuk Ella ya, katakan aku akan pulang dan membawa mainan untuk nya nanti.” Jenn mengangguk.

“Yasudah kamu tidur ini udah malam besok harus ke LA kan? Jangan kecapean Ray.”

“Iya sayang kamu juga. Aku tutup yaa. Love you.”

“Love you too.”
Pangggilan pun terputus. Ray menghela nafasnya lalu memijat kening nya yang memang akhir-akhir ini terasa sakit.  Ray mengambil obat tidur di laci dan meminumnya. Obat yang diberikan oleh dokter keluarga mereka.  Setelah itu ia berbaring di atas sofa karena obat yang konsumsi mulai bekerja dan membuat nya tidur.

###
Hai makasih buat yang udah baca dari Violava sampai sequelnya. Aku mau minta saran dong menurut kalian jalan cerita nya seru gak? Di cerita yang ini mungkin lebih banyak nyeritain perjuangan anak-anak nya Viola dan Ava. Romance nya sedikit. Mungkin genre nya lebih ke family. Gapapa kan? 😊.
So, jangan lupa vote dan comment kalian yaa!! 👍

VIOLAVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang