Empat

49 2 0
                                    

Cahaya lampu memasuki indra penglihatan Viola. Ia menatap sekeliling dan menyadari bahwa dirinya sedang ada dirumah sakit.

“Bunda? Bunda udah sadar?” itu suara Dilla.

“Kak Alvin!! Bunda udah sadar!!” yang dipanggil langsung datang dan menggenggam tangan Viola.

“Bunda..bunda.” Alvin menangis sejadi-jadi nya. Ia hanya mampu memanggil bunda nya tanpa mengatakan apapun. Viola tersenyum, ia membenarkan posisi nya menjadi duduk dibantu kedua anak nya. Viola menarik Alvin dan Dilla kedalam pelukan nya.

“Udah jangan nangis. Bunda sayang banget sama kalian. Bunda kan udah janji kalo ayah kalian marah-marah bunda bakalah marahin ayah kalian balik.”

Tangis Alvin semakin kencang diikuti Dilla juga yang semakin mempererat pelukan nya.

“Bunda jangan sakit lagi. Aku janji gak akan terlibat masalah apapun lagi. Gak akan bikin bunda harus bertengkar dengan ayah.”

“Heii.. Apa yang bunda lakukan itu karena rasa sayang bunda sama kalian. Ayah kalian memang agak sedikit tempramen makanya bunda harus lindungin kalian. Harus ada yang menengahi bukan?”

Alvin dan Dilla mengangguk lalu melepas pelukan nya. “Lalu dimana ayah kalian?”

“Diluar lagi dimarahin sama kakek. Bahkan tadi kakek ngebentak ayah saat tahu bunda masuk rumah sakit.”

“Hmmmm sepertinya sifat ayah dan kakek sama ya.” Alvin dan Dilla pun tertawa.

Saat sedang asik mengobrol, pintu kamar rawat Viola terbuka. Ia mendapati suami nya yang datang dengan penampilan acak-acak an. Tatapan lelah juga pucat terpancar di wajah Ava.

“Kamu udah bangun? Apa perlu aku panggilin dokter?”Viola hanya diam. Sejujur nya ia kasihan hanya saja ia ingin melihat apa yang akan Ava lakukan terhadap permasalahan ini.

“Ah ya mungkin kalian butuh waktu berbicara. Ayah akan tunggu diluar.” Ava pun membalikan tubuh nya.

BUGHH

Ava merasakan pelukan di tubuhnya. Anak gadisnya memeluk Ava dari belakang.

“Ayah mau kemana?” tanya Dilla. Ava membalikkan tubuh nya lalu menggenggam tangan Dilla.

“Ayah tahu kalian butuh waktu berbicara dengan bunda. Ayah takut bikin kalian gak nyaman.”

Dilla segera memeluk sang ayah lalu menangis. “ Bagaimana mungkin tempat ternyaman aku bisa membuat aku gak nyaman. Pelukan ayah itu tempat ternyaman dan teraman aku. Aku selalu merasa aman saat ada ayah disamping aku.”

Saat mendengar itu Ava memeluk erat putri nya.
“Maafin ayah…maafin ayah.” Lalu Ava melihat Alvin yang berjalan ke arah nya. Lalu ikut memeluk dirinya.

“Gimana mungkin idola dan kebanggaan serta panutan Alvin bisa membuat Alvin gak nyaman? Bahkan ayah adalah orang paling berpengaruh dalam hidup Alvin. Tentu saja setelah bunda. Tapi kali ini boleh deh ayah dulu baru bunda.” Sontak hal itu membuat ruangan diisi penuh tawa. Viola pun ikut terharu melihat ketiga orang dihadapan nya berpelukan.

“Bunda juga mau ikutan ah.” Baru saja mau turun dari kasur.

“STOP!!” ucap mereka bertiga. Hal itu cukup membuat Viola terkejut.

“Kita yang kesana oke? Bunda gak boleh turun dari kasur.” Ucap Alvin yang disetujui Ava dan Dilla.
Viola tersenyum lalu merentangkan kedua tangan nya dan membuat ketiga orang tersebut langsung berlari memeluk Viola.

“Kesayangan bunda. Milik bunda selamanya. Segalanya bunda.” Ucap Viola sambil memeluk.

¤¤¤

VIOLAVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang