Dua Belas

32 3 0
                                    

Seorang pria baru saja memasuki sebuah kafe di daerah Los Angeles yang memperlihatkan suasana yang tenang dan hangat. Aroma kopi dan roti tercium olehnya. Ray Willard, baru saja sampai di Los Angeles. Setelah menyimpan barang dihotel, ia menyempatkan diri menikmati suasana kota dan berakhir di kafe tersebut.

“Selamat datang, anda pelanggan pertama pagi ini. Ada yang bisa saya bantu?” Ucap pelayan kafe tersebut.

“Hmmm—Hot vanilla latte satu dan baguette caramel satu.”

“Baik, ada lagi?”

“Tidak itu saja.” Pelayan mengangguk dan kembali ke arah dapur untuk menyiapkan pesana Ray.

Ray memandang sekitar kafe tersebut. Ia sangat menyukai suasana kafe. Interior khas perancis ditengah-tengah kota Los Angeles. Juga bunga lavender dan beberapa pernak-pernik berwarna ungu. Ray membaca nama kafe nya di salah satu pigura Ç’est Violette Belle.

Violet yang cantik. Gumam nya.

Tak lama pesana Ray datang,
“Ini pesanan nya.” Ucap pelayan itu.

“Terimakasih. Saya sangat suka dengan interior kafe ini.”

“Ahh anda pendatang baru ya?”

“Ya saya dari Amsterdam. Kebetulan ada bisnis di sini.”

“Kafe ini baru berdiri 4 tahun yang lalu. Tapi setiap hari nya selalu penuh bahkan banyak yang mengantri hanya untuk membeli pesanan yang seperti Tuan pilih. Pesanan yang tuan pilih ini adalah makanan terlaris disini. Anda beruntung datang saat kami baru buka jadi tidak perlu mengantri.”

“Oh ya? Syukurlah.”

“Baiklah saya permisi, para pembeli akan  mulai berdatangan.”

“Ya silakan.”

Setelah itu Ray mencicipi vanilla latte dan roti yang ia pesan. Benar apa kata pelayan itu. Pantas saja ini menjadi yang terlaris.

Vanilla latte dan baguette caramel ya sangat enak. Gumam Ray.

Namun ia merasa seperti tidak asing dengan rasa dan aroma nya. Ia seperti pernah mencoba namun tak tahu kapan dan dimana.

Saat sedang mencicipi Ray melihat seorang anak laki-laki berjalan memasuki kafe diikuti seorang pria berstelan jas yang Ray pikir mungkin itu penjaga nya.

“Selamat pagi Tuan kecil, apa yang tuan inginkan untuk sarapan hari ini?” ucap si pelayan.

“Hmmmm susuk coklat dan croissant isi vanilla.” Ucap nya dengan manis. Semua pegawai di kafe ini sudah sangat mengenal anak kecil yang merupakan adik pemilik kafe tersebut.

“Baiklah tuan kecil, silakan duduk disana dan akan saya antarkan pesanan nya.” anak itu mengangguk.
Anak kecil itu duduk disalah satu meja disamping meja Ray. Entah mengapa Ray merasakan hatinya menghangat begitu melihat anak kecil itu. Seperti rasa rindu yang telah lama ia rasakan.

“Mr. Ansen duduklah. Atau pesan untuk sarapan Mr. Ansen.”

“Tidak perlu tuan. Saya sudah sarapan sebelum menjemput tuan.”

Anak itu memperlihatkan wajah sendu nya. Ia benci makan sendiri. Saat ia melihat ke arah kiri nya, ia melihat seorang pria muda yang duduk sendiri sambil menikmati roti dan kopi nya. Ia pun bangkit dan duduk dihadapan pria itu.

“Tuan kita kembali kesana ya. Baiklah saya akan memesan dan menemani tuan sarapan.”

“Tidak, aku ingin duduk disini dengan tuan ini.”

VIOLAVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang