Tiga Tiga

25 2 0
                                    

Jarum jam menunjukkan pukul 10 pagi, Dilla terbangun. Ia melihat cairan infus yang telah diganti baru. Kepalanya terasa pusing.
"Pasti semalem demam." ucap nya karena melihat baskom serta handuk kecil di atas meja.

"Kamu udah bangun? Baru aja mau bangunin kamu buat sarapan." itu suara Radit. Pria itu baru saja masuk ke kamar dengan membawa nampan berisi sarapan untuk Dilla.

"Kamu nginep disini?." tanya Dilla.

"Iya, aku gak mungkin ninggalin kamu yang lagi demam semalem."

"Tap--pi kerjaan kamu kan banyak."

"Kamu lebih penting. Udah sekarang makan. Aku udah bikin in bubur."

Dilla melihat bubur yang dimasak oleh Radit.
"Gak mau dit, bubur bikin mual. Yang lain aja ya."

Radit menggelengkan kepalanya, "Kamu lagi sakit. Ayo makan." Radit menyuapi kekasih nya itu.

Dengan terpaksa Dilla menerima suapan nya. Menahan rasa mual nya.
"Minum." ucap Dilla.

"Makanya kalau jadwal nya makan tuh makan bukan nya sibuk kerja."

Dilla menggerutu, "Terus aja dimarahin. Harusnya lagi sakit tuh di sayang-sayang. Ini malah di omelin aja terus."

Cupp. Radit mengecup kening Dilla. Wanita itu terdiam beberapa detik. Wajah nya seketika memerah.

"Radit ihhh!! Jangan tiba-tiba gitu." Radit tertawa.

Sesi makan pagi itu selesai. Dilla sudah beranjak menuju kamar mandi untuk membersihkan diri. Tentu dengan infusan yang sudah di lepas oleh Radit.

Sedangkan Radit menunggu Dilla di ruang tv. Tak lama ponsel nya bergetar sebuah panggilan masuk dari rumah sakit.

"Halo."

"......"

Mata Radit membulat.
"Ba-baik saya segera kesana."

Radit menutup panggilan nya.
"Dit ayo kita berangkat." ucap Dilla yang sudah siap.

"Dill, ayah---."

🖤🖤🖤

"150 joule!!"

"Move! Clear!"

Profesor Amanda kembali melakukan CPR pada Ava. Ketegangan mengisi seluruh ruangan. Viola sudah menangis dengan Rando yang menahan nya.

"Hikss Ava!!." Teriak Viola.

"200 joule!!"

Suster menyiapkan alat defribillator.

"Move! Clear!."
Tubuh Ava bergerak naik lalu turun lagi.

Profesor Aman kembali melakukan CPR dengan tangan nya. Tak lama Radit datang.

"Biar saya dok."

Profesor Amanda bertukar posisi dengan Radit. Dalam hati Radit berdoa dan terus memanggil Ava.

"Dok, detak jantung nya kembali normal." ucap suster. Semua bernafas lega.

Viola langsung berlari tanpa tongkat nya dengan langkah sempoyongan ke arah sang suami.

"Hikss Ava jangan pergi."

Dilla yang melihat juga ikut menangis. Radit memeluk wanita itu.

VIOLAVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang