Keadaan lantai 14 rumah sakit terlihat menegangkan. Radit menunjukkan wajah cemas mengenai keberadaan Ella.
“Tuan, saya tidak bisa menghubungi Tuan Ray.” Ucap suara pria dari ponsel Radit yang diminta Radit mengantarkan Ray kerumah nya.
“Tapi—di luar terdapat 5 pengawal yang menjaga rumah begitu Tuan Ray memasuki rumahnya.”
Radit berpikir keras, “Pantau terlebih dahulu dan kabarin jika sesuatu terjadi.”
“Baik Tuan.” Sambungan terputus.
“Bagaimana dengan Ella? Kalian sudah cari disemua sudut rumah sakit? Cek semua cctv!!!” teriak Radit.
“Maaf Tuan, saya sudah cek semua cctv namun tidak ada Nona Ella.”
Radit mengusap wajahnya, “Bagaimana bisa kamu sampai kehilangan anak itu?!” tanya Radit pada seorang pengawal yang ia minta untuk menjaga Ella saat dirinya harus mengambil makanan untuk Ella.
“Maaf tuan, saat saya sedang menjaga Ella, seorang pria meminta saya untuk mengantarkan nya ke ruang UGD.”
Radit menghela nafasnya, “Sudahlah, cari Ella sampai ketemu!” Pria tersebut akhirnya pamit dan keluar dari ruangan.
“Dokter Radit, apa kita perlu melaporkan hal ini---”
BRAKK
“Dokter Radit!!! Ella ditemukan pingsan di gudang penyimpanan bekas alat medis!!” ucap seorang perawat.
Radit segera bangkit, “Dimana Ella sekarang?”
“UGD dok” Radit lalu berlari ke arah UGD secepat mungkin.
“Tingkatkan keamanan untuk Ella.”
“Baik Tuan.”
Sesampai di UGD Radit segera melihat Ella yang menggunakan masker oksigen.
“Bagaimana keadaan nya?” tanya Radit pada seorang dokter.
“Saat sampai disini pasien mengalami sesak nafas karena menghirup asap dari pembakaran alat bekas medis.”
Radit terpaku diam, “Bawa Ella kelantai 14 dan pantau terus kondisinya”
“Baik dok.”
Tak lama pengawal Radit datang dan mengabari sesuatu, “Tuan, pengawal yang anda kirim untuk mengawasi Tuan Ray mengalami luka parah di bagian perut nya karena tembakan.”
Radit menghentikan langkahnya, “A—pa?”
“Tadi sebelum nya ia mengirim pesan bahwa ia akan masuk dan melihat keadaan di dalam rumah. Sebelum pingsan ia mengatakan bahwa ia melihat ambulan rumah sakit berada di rumah itu dan membawa seseorang.”
Radit terlihat panik, “Pang—gil Alvin dan Dilla kesini.” Pada akhirnya ia harus memberitahu semuanya pada Alvin sekarang.
Radit menlanjutkan langkah nya menuju kamar Ella. Ia berharap Ray baik-baik saja.
Radit sedang berusaha menenangkan Ella yang menangis dan mencari ayah nya.
“Dokter, where’s my daddy?? Hiksss”
“Ella tenang dulu ya. Kalau Ella nangis terus nanti Ella sesak nafas lagi. Daddy Ella akan segera kesini kok.”
“No!! Ella ingin bertemu daddy sekarang!!”
“Tuan, Tuan Alvin dan Nona Adilla sudah ada diluar.”
Radit mengangguk. “Panggil Dilla masuk.”
Pria itu mengangguk. Tak lama Dilla masuk dan melihat Radit bersama seorang anak perempuan.
“Dit, ada apa?”
“Dill bisa tolong bantu aku untuk menenangkan Ella? Aku akan jelaskan semuanya setelah Ella tidur. Tolong ya ada yang harus aku bicarakan dengan Alvin.”
Dilla mengangguk.
“Ella, ini ada dokter cantik yang bakalan nemenin Ella disini. Ella tahu tidak dokter cantik ini pernah memeriksa seorang putri.” Tangisan Ella mulai mereda.
“Benarkah?”
Dilla mengangguk dan menghampiri Ella. Sedangkan Radit keluar dari ruangan dan menghampiri Alvin.
“Dit ada apa? Di depan rumah sakit banyak pengawal. Apa ada presiden kesini?” tanya Alvin.
“Kita keruangan dulu.” Radit melangkah mendahului Alvin. Sedangkan pria itu terlihat kebingungan dengan tingkah sahabatnya.
Sesampai diruangan Radit langsung mengambil berkas dan memberikan nya pada Alvin.
“Ini apa?”
“Lo buka dulu nanti gue jelasin.”
Alvin membuka berkas dan membaca isi lembaran-lembaran di dalam nya.
“Lo ngelakuin tes DNA ke gue? Tunggu ini tulisan nya cocok dengan nama Ray Willard. Maksudnya apa Dit?”Radit menghela nafasnya. Pandangan menunjukkan perasaan senang sekalipun sedih.
“Gue menemukan ayah kalian.”
Alvin mematung saat dirinya mendengar ucapan Radit.
“Tunggu ini lo gak lagi bercanda kan? Gue udah cari kemanapun dan gue gak nemuin dia Dit.”
“Justru itu, yang lo cari Velava Putra Matafa.”
Akhirnya Radit menjelaskan semuanya pada Alvin. Sejak ia bertemu dengan Ray dirumah sakit hingga mereka bertemu di Paris.
Tubuh Alvin terasa lemas, ia duduk di sofa dengan wajah terkejutnya. Ada kelegaan di dalam dirinya namun banyak pertanyaa yang datang dipikiran nya saat ini.
“Jadi ayah gue merubah identitas nya dan menjadi Ray Willard?”tanya Alvin.
“Bukan merubah tapi dirubah oleh orang lain.”
“Siapa yang merubahnya?!”
“Gue belum bisa pastikan itu. Tapi Vin, sekarang ayah—menghilang.”
Alvin kembali terkejut, “Tunggu bukan nya lo bilang kalau lo udah ketemu sama ayah tapi kenapa sekarang lo bilang dia menghilang.” Radit menjelaskan permasalahan yang terjadi pada Ray. Dan memberitahu fakta bahwa sang ayah sudah menikah dan memiliki anak yang bernama Ella.
“Ayah menikah? Dan sekarang anaknya sedang bersama Dilla?! Kamu gila ya meminta Dilla menemani anak itu?! Sebaiknya aku dan Dilla pulang. Tidak perlu mencari lagi pria yang sudah bahagia dengan keluarga barunya.” Alvin terlihat marah.
“Vin, ayah menghilang setelah dia masuk kedalam rumah yang berisi istrinya!! Liat ini!!” Radit menunjukkan sebuah video dari dalam laptopnya.
Betapa terkejut nya Alvin melihat sosok yang ia cari selama ini berada di video itu.
“Dit, itu--ayah?”
“Ya itu ayah. Video ini hanya menunjukkan ayah yang masuk kerumah itu setelahnya mereka merusak kamera mobil.”
Tubuh Alvin terasa lemas dan bergetar. Ia tidak pernah menyangka hari yang ia tunggu akan tiba. Ia menemukan sang ayah.
“Awalnya gue akan bawa ayah pada kalian setelah urusan Ella selesai tapi nyatanya masalah ini lebih rumit. Makanya gue manggil lo kesini.”
Alvin menghela nafasnya, “Kenapa gak lo kasih tau gue dari awal Dit? Mungkin masalah ini gak akan terjadi.”
“Gue gak bisa bilang sebelum gue memastikan semuanya. Gue cuman gak mau kalian harus berharap kalau ternyata pria itu bukan ayah kalian.”
Alvin mengangguk paham. Setelah itu ia menelpon bawahan nya untuk berkumpul di markas.
“Gue ke markas dulu. Kirim semua bukti yang udah lo dapetin.” Radit mengangguk.Setelah Alvin pamit, Radit bangkit dari duduk nya dan berjalan menghampiri kamar Ella.
Dari luar Radit melihat Ella yang sudah tertidur dengan Dilla yang duduk di samping ranjang nya. Radit masuk kedalam ruangan.
“Udah selesai? Kemana Kak Alvin?” tanya Dilla.
“Ke markas. Ada yang harus dia urus.”
Dilla mengangguk paham.
“Ah ya katanya ada yang mau dibicarain. Apa ada masalah disini? Aku liat di depan ruangan ini banyak pengawal. Apa Ella adalah pasien penting?”
Radit tersenyum lalu mengangguk. Ia mengusap lengan Ella dengan lembut.
“Ella sangat penting bagi seseorang. Orang itu juga sangatlah penting bagi kita.”
“Kita? Apa aku kenal orang itu?”
Radit mengangguk. Ia memberikan sebuah foto yang memang sempat ia ambil saat Ella bermain dengan Ray di taman.
“Dit i—ini orang ini mirip—a”
“Ayah? Itu memang ayah dill. Ayah kalian yang selama ini kalian cari.”
Dilla bangkit dari duduk nya. Ia sekali lagi memeriksa keaslian foto tersebut.
“Dit ini bukan mimpi kan? Ini beneran ayah kan?”
Radit mengangguk. Pria itu melihat Dilla yang matanya sudah meneteskan air mata.
Akhirnya Radit menjelaskan semuanya pada Dilla. Persis sama yang ia jelaskan pada Alvin.
“Ella anak ayah? Tunggu ayah udah nikah?”
“Itu yang aku tahu.”
“Lalu ayah dimana? Apa dia akan datang kesini? Ah seharusnya aku membawa Vian kesini pasti dia senang.”
Radit menunjukkan wajah sendu nya, “Ayah kalian gak akan mengenal kalian Dill. Bahkan jauh sebelum aku bertemu dengan nya, ayah kalian sudah bertemu dengan Vian namun pria itu tidak mengenali Vian sebagai anaknya.”
“Tunggu bagaimana bisa??”
“Sesuatu terjadi 5 tahun yang lalu dan itu pasti membuat ayah kalian hilang ingatan.”
“Apa ayah mengalami kecelakaan?”
“Aku gak tau. Dia mengatakan bahwa dirinya mengalami kecelakaan namun dalam waktu 2 bulan luka operasi dikepalanya menghilang tanpa bekas. Padahal itu merupakan operasi besar. Itu benar-benar membuat aku berpikir bahwa itu bukan kecelakaan.”
Radit memberikam sebuah berkas hasil pemeriksaan nya di L. A. Dilla membaca dan memahami isinya.
“Ini memang mencurigakan. Lalu dimana ayah sekarang? ”
“Ayah kalian sekarang menghilang.” Radit menjelaskan situasi yang terjadi saat ini. Wajah panik Dilla pun terlihat.
“Tapi apa ayah akan baik-baik saja Dit?”
“Kita percayakan hal ini pada Alvin ya. Sambil menunggu mau kan kamu menjaga Ella? Walaupun dia bukan adik kandung kalian tapi ayah kalian sangat menyayangi nya. ”
Dilla menatap wajah tenang Ella yang tertidur, lalu ia mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
VIOLAVA 2
RomanceAva dan Viola telah diberikan keluarga yang sangat membuat mereka bahagia. Ketiga anak yang sangat mereka sayangi telah tumbuh dewasa. Namun, kehidupan tidak selama nya diatas. Memberikan sebuah ujian agar bisa membuktikan mana yang bertahan dan tid...