Tiga Belas

31 2 0
                                    

Saat pintu ambulan terbuka dan perawat mengeluarkan pasien dari dalam mobil ambulan. Mata Radit membulat, ia terkejut hingga menjatuhkan stetoskop yang ia pegang. Radit menahan perawat yang ingin membawa nya masuk ke UGD.

“Ayah—” semua perawat terlihat bingung karena mereka mengenal ayah dari Radit yang merupakan profesor terkenal.

“Ba—wa pas—ien ini keruangan saya.”

“Tapi dok—”

“Bawa sekarang!! Lewat jalur belakang!! Saya tunggu diruangan saya!” Radit menaikan nada suaranya.

Para perawat itu kembali memasukkan pasien tersebut kedalam ambulan dan membawa nya ke pintu belakang. Sesampainya diruangan, Radit mencegat salah satu petugas ambulan,“Dari mana anda menjemput pasien ini?”

“Kafe Violette dok.”

“Kafe Violette?”

“Iya, tadi kami mendapat panggilan dari pelayan disana. Saya dengar staff nya akan menyusul kesini. Saya harus mengabarin kalau pasien ini berada disini.”

“Tidak perlu, katakan pada mereka pasien ini sudah ditangani oleh Dokter Radit dan sampaikan pada mereka untuk kembali ke kafe.”

“Baik dok. Saya permisi.” Radit mengangguk. Ia mengunci ruangan nya dan berjalan ke arah ranjang tempat pasien itu berbaring.
Dengan tangan gemetar, Radit memeriksa kondisi orang yang selama ini sahabat, kekasih, juga dirinya cari. Sekarang ia berada di hadapan nya. Radit menangis, ia berhasil menemukan ayah sahabat nya itu. Saat sedang memeriksa orang itu tersadar dari pingsan nya.

“Enghhh saya dimana?”

“Anda sudah sadar? Mari saya bantu duduk.” Radit membantu pria itu duduk dan memberikan nya air putih.

“Saya dirumah sakit ya?” Radit merasa ada yang aneh dengan pria dihadapan nya ini. Mengapa ia tidak mengenal dirinya?.

“Ya tadi anda diantar kesini karena pingsan. Saya sudah memeriksa dan tekanan darah anda naik. Apa anda merasakan sakit di kepala?”

“Ah yaa akhir-akhir ini saya sering sakit kepala.”

“Apa sudah di periksa oleh dokter?”
“Sudah dan dokter pribadi saya sudah memberikan obat. Namun rasa sakit nya tetap tidak hilang.”

“Boleh saya lihat obat nya?”

“Ah ya ini.” Pria itu memberikan botol obat yang ia bawa di kantung celana nya.

“Izinkan saya ambil satu butir untuk saya cek lab. Mungkin saja tubuh anda tidak dapat mencerna obat ini. Juga saya akan melakukan tes darah untuk melihat ada indikasi penyakit baru atau tidak.”

“Oh ya silakan.” Radit memanggil perawat meminta nya untuk mengambil sampel darah dan  satu butir obat tersebut agar di cek.

“Kalau saya boleh tanya siapa nama anda? Saya harus mengisi data pasien.”

“Ray Willard.”

Ray Willard? Ini pasti salah.

“Hmmm apa tes nya lama? Saya harus meeting 1 jam lagi.” Ucap Ray.

“Biasanya 1 jam.”

“Hmmm bagaimana kalau nanti malam sekitar jam 7 saya kesini lagi untuk mengambil hasil dan obat nya? Apa tidak mengganggu dokter?”

“Oh boleh-boleh. Silakan kemari pukul 7. Saya akan menunggu disini.”

“Baiklah ini kartu nama saya. Saya boleh minta kartu nama dokter? Agar saya bisa menghubungi dokter.”

VIOLAVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang