Dua Satu

30 0 0
                                    

“Bagaimana hasilnya?” tanya Radit pada seorang perawat.

“Ini hasilnya Dok. Anda bisa lihat disana.” Perawat itu memberikan berkas hasi tes DNA milik Ray, Ella, dan Alvin. Keluarga Matafa memang selalu menjalani pemeriksaan rutin 3 bulan sekali oleh sebab itu Radit memiliki sampel darah Alvin.

Radit dengan cemas membuka berkas tersebut dan membaca hasil tes DNA. Radit mengeratkan genggaman nya pada kertas putih tersebut.

“A—yah” Radit menitikkan air matanya. Ia berhasil menemukan sosok yang selama ini dicari oleh Alvin dan Dilla. Tidak hanya itu, Radit akan bisa menepati janjinya pada kedua orang itu untuk mencari dan membawa ayah mereka.

“Hasil nya menunjukkan bahwa 99.99% sampel darah atas nama Tuan Alvin dan Tuan Ray cocok.” Jelas perawat itu.

“Tapi--”

“Tapi apa?” tanya Radit yang langsung menatap perawat tersebut.

Perawat itu memberikan lagi berkas satunya kepada Radit.
Radit segera membuka dan betapa terkejutnya dengan hasil yang ia pegang.

“Ti—dak mungkin.” Radit segera berdiri dan berjalan ke luar ruangan untuk pergi ke lantai 14 dengan membawa berkas terakhir ditangan nya.

Sesampai disana Radit baru saja akan membuka pintu, ia mendengar Ella menangis.

“Daddy, let’s go home!! Mommy pasti udah mencari Ella. Ayo daddy!!”

“Tidak Ella. Kita akan tetap disini.” Ucap Ray tegas.

“No daddy!!! Let’s go home hikss!! Mommy akan marah pada Ella jika Ella belum pulang.” Terlihat wajah ketakutan nya pada sang ibu.

“Mommy tidak akan marah. Daddy akan selalu bersama Ella.” Ray memeluk Ella, anak itu sudah menangis sambil memeluk sang ayah.

Radit yang berada di depan pintu mengurungkan niatnya untuk menyampaikan fakta yang ia miliki.

“Dokter Radit?”

“Ah ya saya hanya mampir untuk memeriksa keadaan Ella.” Ucap Radit. Ia menunda tujuan awal datang ke ruangan Ella.

“Silakan dok. Ella diperiksa dulu ya sama dokter.” Ella mengangguk.

“Bagaimana dok?”

“Ella baik-baik saja. Memar ditubuhnya sudah mulai memudar. Sore ini sudah bisa melepas infusan nya. Dan besok Ella sudah bisa pulang. ” Radit tersenyum pada Ella.

“Syukurlah.” Terlihat wajah Ray menunjukkan ekspresi cemas juga senang. Ia cemas karena Ella akan pulang dan bertemu dengan sang istri. Tapi ia senang karena kondisi sang anak mulai membaik.

“Pak Ray, anda bisa tetap tinggal disini hingga masalah Ella terselesaikan. Saya memastikan sendiri keamanan Ella.”

“Dokter Radit.. Saya—”

“Pak Ray, anda sudah banyak menghibur Vian selama anda ke L.A. Anda masih ingat Vian bukan?”

“Ya Vian, anak itu apa kabar? Saya belum sempat mencari kabar anak itu.”

Radit tersenyum, “Vian baik-baik saja.”

Ray mengangguk paham.
“Pak Ray, apapun masalah yang terjadi pada Ella, saat ini lebih baik anda memastikan terlebih dahulu penyebab memar yang ada pada tubuh Ella sebelum keluar dari rumah sakit.” Ucap Radit.

“Apa itu tidak memrepotkan anda? Sejak saya sampai disini saya sudah banyak merepotkan anda bahkan dokter Radit membawa Ella ke lantai 14, saya dengar lantai ini hanya untuk keluarga pemilik.”

“Anda sudah seperti keluarga bagi saya.” Ucap Radit.

“Terimakasih banyak dokter.”

“Sama-sama Pak Ray. Ah ya mulai sekarang panggil saya Radit saja.”

“Baiklah Radit.” Ray tersenyum.
Aku senang bisa melihat senyum dirimu ayah. Aku yakin Alvin dan Dilla akan sangat bahagia bahwa ayah nya masih hidup.

🖤🖤🖤


Saat ini Jennifer sedang menikmati segelas wine kesukaan nya.

“Dia sudah mulai berani. Sepertinya obat yang kau berikan tidak lagi berpengaruh. Tambahkan dosisnya.” Ucap wanita itu pada seorang pria paruh baya.

“Tidak mungkin. Dosis yang saya berikan sudah sangat cukup untuk mencegah ingatan lama nya muncul lagi. Mungkin saja dia tidak mengkonsumsi nya lagi bukan?”

Jennifer terdiam ia baru menyadari bahwa Ray tidak meminta obat rutin nya yang seharusnya Ray minta kemarin lusa.

“Berarti ada yang menyadari obat kita. Sepertinya kita harus menggunakan alat itu lagi.”

Pria itu menghela nafasnya, “Jenn, Ray bisa gila saat kamu memaksa nya menggunakan alat itu.”

PRANKK. Jennifer melempar gelas wine ditanganya ke sembarang arah.

“AKU TIDAK PEDULI!! RAY MILIK KU DAN TIDAK ADA YANG BOLEH MEMILIKINYA!!”

Pria itu menghela nafasnya. Ia lelah karena selama 5 tahun ini berada dibawah kuasa Jennifer. Bahkan ia menyesal 5 tahun yang lalu dirinya menawarkan kerja sama pada wanita itu.

“Baiklah.”

Jennifer tersenyum, “Bagus, siapkan alat itu besok ditempat biasa.” Pria itu mengangguk lalu meninggalkan Jennifer.

VIOLAVA 2Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang