11

12 3 0
                                    

Hari hari berlalu seperti seharusnya. Minggu kembali tiba. Dari pagi hingga siang aku belum menemui sahabat ku dan ibu belum bekerja di kebun. Kami, aku dan ibu berdiam di rumah menunggu ayah dan sepupu ku tiba.

Ibu ku melakukan rutinitas rumah tangga lebih banyak di banding dengan hari hari biasa kala ia berkerja. Aku tak banyak membantu. Ibu bilang, hari ini hari spesial, ibu saja yang melakukan nya. Belajar saja lah kau,

Aku mematuhi perintah ibu kini aku masih berada di kamar tepat dengan buku pelajaran yang ada di depan ku. Semakin siang pekerjaan sedikit demi sedikit telah terselesaikan.

"Assalamualaikum!!" Itu suara ayah dan sepupu ku! Aku segera keluar kamar. Ibu sudah menyambut mereka. Aku berjalan mendekati mereka aku menyalami tangan ayah dan menyuruh sepupuku, mutiara untuk beristirahat di kamar ku.
_______________

"Bagaimana perjalanan mu muti?"  Mutiara kerap di panggil muti. Sepupu ku ini adalah anak dari adik ayah ku. Rumahnya tidak jauh dari tempat ayah berkerja.

"Desa ini indah sekali, perjalanan ini cukup melelahkan," jawab nya. Jarak desa ini ke kota cukup jauh. Wajarlah bila ia lelah.

"Istirahatlah disini, jika perlu sesuatu ambil saja jangan sungkan, aku ingin keluar menemui ibu dan ayah, " Muti mengangguk sebagai persetujuan. Aku melangkah keluar dan menutup pintu kamar.

"Ayahhh" seru ku sambil memposisikan diri di antara ibu dan ayah. Ayah mengelus atas kepalaku. Aku sangat suka dengan suasana seperti ini, semua keluarga kecil ku lengkap ditambah sepupu dan sahabat ku. Ini menyenangkan.

"Bagaimana sekolah mu bintang?" Ayah bertanya dan aku menjawab. Aku menceritakan yang menurut ku menarik untuk diceritakan termasuk saat aku Abas dan Dimas membolos bersama.

"Wah kau mewarisi sifat ibu mu rupanya... tapi tak apa walaupun ibu suka sekali membolos dia tetap cerdas," itu komentar ayah. Ayah benar walaupun ibu dulu sering membolos ibu tetap cerdas.

"Aku akan lebih cerdas ayah, aku adalah pewaris kecerdasan ayah dan ibu, aku akan lebih dari ibu," ucap ku percaya diri. Ayah ku cerdas, ibu ku juga maka aku adalah gabungan kecerdasan mereka yang lebih besar.

"Percaya diri sekali kau, oh iya dimana muti?" Kini ibu yang bersuara.

"Sedang beristirahat di kamar ku bu," sudah menjawab pertanyaan ibu aku kembali berurusan dengan ayahku."Yah, sahabat ku, Dimas, menemukan kebun bunga tersembunyi di sekolah ku, tapi banyak yang aku tak tau apa nama bunga bunga itu, bunganya asing sekali..."

"Wah seberapa indah taman itu?" Tanya ayah sedikit antusias.

"Sangat sangat indah ayah! Banyak sekali jenis bunga dan warna nya pun sangat ceria, seceria jiwa ku," kataku bersemangat. Intinya aku akan meminta ayah membantu mempelajari jenis bunga yang ada di taman itu. Jika ayah tidak mau aku akan memaksa!

"Kau tak pandai bercakap seperti itu bintang," gurau ibu. Aku menanggapi nya seolah aku tersinggung akan ucapan nya.

"Ibu yang tidak bisa kan, makanya ibu bilang begitu,"

"Ibu? Tidak bisa? Kau salah besar bintang!"

"Hey aku tak salah bu, ibu lah yang salah," jiwa muda ibu terlihat lagi. Jika sudah seperti ini aku merasa ibu adalah teman sebaya ku yang sedang labil labil nya.

"Kau tentu salah bintang!"

"Ibu kau selalu saja seenaknya, aku tak salah!"

Perdebatan kami akan terus berlanjut kalaulah ayah tak menghentikan nya. "Sudah sudah, kalian jangan mengganggu muti dengan suara bising kalian," ada jeda sebentar. "Dan ibu, kau bukan lagi remaja labil,"

"Wahaha dengar lah itu bu," ejek ku.

"Bintang stop memancing emosi ibu!" Perintah ayah suaranya terdengar tegas.

Sesudah perdebatan itu ibu pamit ingin pergi berkerja. Ayah mengizinkan ibu pergi. Aku kembali bercakap cakap dengan ayah dan muti masih tertidur di kamar ku.
_______________

580 kata gusyy
Wah bintang kalo ada ayah nya manja nih... siapa yang kayak bintang? Aku sih iya dong.

Votment

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang