Pukul tiga dini hari. Aku dan keluarga kecilku ditambah Muti memulai makan sahur. Diluar bintang bertaburan membentuk formasi abstrak yang indah.
Piring piring mulai berkurang isinya pindah ke dalam perut. Hari ini aku tetap bersekolah walaupun hari pertama puasa.
"Hari ini Bintang sekolah, Muti sendirian deh..." keluh Muti. Kami serempak menghentikan kegiatan makan kami dan menoleh kepada Muti.
"Kalau Muti bosan kan ada amel," ucap ku. Jujur aku pun akan merasa bosan bila tak ada teman, tapi sahabat ku selalu ada bersama ku.
"Ah iya ya" ucap Muti dengan cengiran nya.
"Kau ini bagaimana sih," ibu dan ayah bergeleng geleng kepala sambil terkekeh. Hey bagaimana Muti bisa lupa ada Amel? Ya ampun yang benar saja.
"Udah kalian cepat habis kan makanan kalian," suruh ibu. Aku dan Muti mengangguk dan mulai melanjutkan makan.
Sesi memakan sudah selesai. Aku dan Muti pergi keluar rumah ingin melihat bintang. Kami duduk di halaman rumah.
"Bintang mu apa?" Tanya Muti. Wajah nya masih mengamati langit.
"Entah"
"Bulan berapa kau lahir?"
"Bulan... 12"
Muti ber-oh ria. "Berarti bintang mu, hmmm... sagitarius,"
"Apa bintang mu, mut?"
"Virgo"
Kini aku yang ber-oh ria.
"Bagaimana bila besok kita panen apel?" Tanyaku. Aku merasa topik tentang zodiak sudah di ujung jadilah aku mengalihkan nya.
"Besok? Bukannya itu terlalu cepat?" Jawabnya balik bertanya.
"Bukannya lebih cepat lebih baik?"
"Kau minta lah izin pada dimas, aku yakin dia akan bikang, kau ingin merusak kebun ku? Atau yang ada buah nya akan busuk duluan! " ucap nya sambil menirukan wajah datar Dimas.
"Dimas selalu posesif terhadap kebun nya itu, seperti kekasihnya saja" kalian itu begitu saja meluncurkan dari bibir ku. Aku terkekeh sendiri mendengar nya. Tapi sungguh dia memang gitu...
"Haha iya, eh tak terasa ya, sudah azan shubuh," ucap Muti ketika mendengar azan yang dikumandangkan.
"Bintang, Muti masuk! Sholat dulu!" Seru ibu. Kami melangkah masuk. Ayah dan ibu sudah sholat duluan kini tinggal lah kami yang belum sholat.
Kami sholat berjamaah. Muti yang menjadi imam karena ia beberapa bulan lebih tua dari ku. Setelah sholat subuh aku bersiap siap pergi kesekolah.
Aku berpamitan pada orang tua ku. Seperti biasa Abas dan Dimas sudah menunggu ku di depan rumah. Aku melangkah mendekati mereka dan menaiki kuda kuda sepeda Abas dan kami pun berangkat.
_________________"Kenapa kamu lakuin itu hah?! " ucap Dimas dengan lantang nya kepada lawan bicaranya. Dimas diselimuti amarah. Muka nya merah berusaha mengontrol emosi.
"Nggak- nggak sengaja dim," ucap lawan bicara Dimas. Orang ini adalah Bima. Bima melakukan kesalahan yang cukup fatal. Ia membangunkan singa dalam diri Dimas.
"Bohong!!" Dimas menghempaskan Bima ke tembok dengan keras.
Aku dan Abas masih makan di kantin. Saat sedang makan dengan nikmat salah satu teman sekelas kami menyampaikan kabar tentang Dimas.
Aku dan Abas segera meninggalkan kantin meninggalkan makanan kami yang belum habis.
Dimas bersiap melayang kan pukulannya pada Bima. Aku refleks berteriak. Dimas menoleh kearah ku. Abas segera membawa Dimas pergi meninggalkan Bima.
"Kenapa kebun berantakan?" Tanya ku. Kami, lebih tepat nya aku dan abas saling tatap.
"Ini ulah Bima! Kenapa sih kalian bawa aku pergi?! Harusnya tadi kalian biarkan aku buat hajar mukanya!" Protesnya.
Bima melakukan ini? Dia sungguh payah. Kenapa dia bisa bisa berbuat ini? Benar benar kesalahan fatal. Seperti kata ku Dimas sangat peduli dengan kebun ini dan sekarang wajar lah kalau ia marah. Dan tadi apa kata Bima? Dia berbohong, ya Allah, aku tak menyangka dia berkata begitu. Apa? tak sengaja katanya? Kebun ini hampir bisa di bilang hancur. Buah apel berserakan masak tidak, semua berserakan. Bunga bunga bergeletak di tanah akibat terinjak. Memangnya apa yang Bima lakukan sampai separah ini? Hufttt ya sudahlah, sudah terjadi.
__________Hi gaesss,
Gimana nih si dimas?
Aku pengen keluarin sifat brutal nya dia tapi bingung mau gambarinnya gimana, jadi lah seperti itu, maaf kan lah bila absurd.Tankyu, seperti biasa, Votment terus yakk!!
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi
Teen FictionMimpi tentang mimpi mereka. tentang mimpi untuk sahabat mereka. tentang perjuangan menggapai mimpi. tentang Alam yang membantu mereka. sebuah kisah tentang 'mereka'