Keadaan kebun kami berangsur angsur membaik bunga bunga bermekaran. Apel tumbuh disetiap dahan pohonnya. Penjualan bunga dan apel yang sempat tertunda sekitar tiga bulan hari ini akan kami jual.
"Ayo naik semua kita berangkat!!!" Seru ayah Abas. Kami menumpang di mobil pick up ayah Abas.
Seperti yang diperintahkan kami pun naik. Wajah kami sumringah. Hari yang ditunggu datang juga. Aku senang karena teman teman ku senang.
Deru mobil terdengar membuat kampung ramai. Udara pagi terasa segar. Matahari bersinar lembut. Kabut tipis terlihat merayang.
Hari ini akan menjadi jalan pembuka impian kami. Hari dimana kami akan mendapatkan rupiah untuk bisa mewujudkan impian kami.
Jarak kampung ke kota sekitar empat kilo meter. Selama perjalanan kami disuguhkan pemandangan alam yang indah. Sawah, gunung, perkampungan asri, kebun jagung, kebun ubi, peternakan hewan semua terlihat indah.
"Hey hey lihat lihat! Wahh keren bangetttt!!!" Seru Muti terkagum kagum dengan pemandangan kebun bunga saat di perjalanan.
"Kau jarang melihat ini ya di kota?" Tanya ayah Abas dari depan. Rupanya ia memperhatikan dari kaca spion.
"Ah iya... tapi kota ku juga menarik kok," jawab Muti.
Kami asyik mengobrol mengobrolkan hal yang sepele. Kadang memperdebatkan apalah yang bisa kami perdebatan kan. Aku menengok kearah kanan, membaca rambu rambu jalan. Disana tertera jarak kami ke kota hanya 200 meter lagi. Akhirnya sebentar lagu sampai yey!
Mobil pick up berhenti. Ayah Abas berseru menyuruh turun. Kami telah sampai di pasar kota. Kami satu persatu turun. Aku dan Muti bergotongan mengangkut keranjang apel. Amel, Abas, dan Dimas mengangkut bunga.
"Huhffftt kita akan buka pukul setengah tujuh ayo anak anak cepat susun barang dagangan kalian," suruh Ayah Abas. Ah dia baik sekali, kami di perbolehkan menumpang di toko nya di beri tumpangan transportasi, entah apalagi yang akan ia berikan, oh ya satu lagi jasa nya, ia juga meminjamkan cat kepada kami. Lebih tepatnya meminjamkan uang untuk membeli cat.
"Mau ditata dimana yah?" Tanya Abas.
"Itu di pojok sana ada meja," paman menunjuk sebuah meja di ujung sana. Ah iya aku melihat nya.
"Ayo cepattt" seru Amel. Disusul teriakan yang lain termasuk aku.
"Ayooo"
"Yeah ayoo"
_________Waktu menunjuk pukul empat lebih dua puluh lima. Sudah sore kami akhirnya pulang bertemankan langit dengan sedikit kapas orange nya.
Usai sudah penjualan hari ini. Meski cape hasil nya pun membulat kami puas.
Mobil melaju dengan kecepatan sedang membuat kami bisa menikmati keindahan alam ini. Kami sudah mulai memasuki perdesaan. Gedung gedung mulai diselingi sawah. Semakin ke dalam suasana khas pedesaan semakin terasa dan jalanan pun semakin sempit.
Beberapa menit berlalu dengan ditemani obrolan hangat. Mobil akhirnya berhenti di rumahku. Aku dan Muti turun, tak lupa aku dan Muti mengucapkan terimakasih pada ayah Abas.
Mobil berlalu dari rumah kami dan kami pun masuk.
"Assalamualaikum!!" Ucap ku dan Muti bersamaan.
"Waalaikumusalam, masuk saja tidak dikunci pintu" jawab ibu.
Kami pun masuk dan duduk di ruang tamu. Di meja sudah tersedia makanan beserta lauk pauk nya dan air minum serta buah. Sebuah kenikmatan sederhana.
"Ayah kira kalian buka bersama disana, sudah sholat ashar?" Ucap ayah.
"Sudah yah" jawabku.
"Ya sudah, kalian masuk istirahat, nanti jangan lupa salat maghrib nya di mushola, jangan di rumah!" Perintah ayah.
Kami mengangguk dan pergi menuju kamar.
---------------
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi
Teen FictionMimpi tentang mimpi mereka. tentang mimpi untuk sahabat mereka. tentang perjuangan menggapai mimpi. tentang Alam yang membantu mereka. sebuah kisah tentang 'mereka'