18

6 1 0
                                    

Malamnya aku tarawih bersama teman teman ku. Muti pun ikut. Bintang bintang mulai mengintip kami dari langit yang gelap.

"Eh eh setelah sholat tarawih kita mau ngapain?" Tanya Abas.

"Sholat saja dulu," komentar Amel.

"Iya sholat saja belum, sudah memikirkan yang nanti nanti," ucap ku mendukung Amel.

"Ya... biarkan saja, terserah aku lah"

"Semerdeka mu bas," ucap Dimas. Sedari tadi dia menyimak ternyata.

Dijalan kami terus mengobrol sampai tiba di mushola. Kami berpisah di mushola. Aku, Amel, dan Muti mencari tempat yang nyaman. Mata kami terus menelusuri seisi mushola dan akhirnya kami menemukan nya. Kami langsung menuju kesana. Kami telah berwudu di rumah.

Jamaah yang lain berangsur angsur memenuhi seisi mushola. Setelah Iqomah dikumandangkan kami memulai sholat isya.

Sholat isya selesai, kami melantunkan do'a disusul lantunan shalawat kemudian memulai sholat tarawih. Sejak dulu kampung kami melaksanakan sholat tarawih sebanyak dua puluh tiga rakaat, yaitu dua puluh sholat tarawih, dan tiga sholat witir. Namun tak jarang warga hanya mengerjakan 8 rakaat dan tiga witir.
____________

Tak terasa sudah seminggu kami berpuasa. Penjualan bunga dan buah apel sudah berjalan selama lima hari. Kami berjualan selepas pulang sekolah hingga senja menjemput. Hari pertama dan kedua memang kami berdagang bersama namun hari selanjutnya tidak. Kami bertugas secara kelompok. Jadwal pun telah ditentukan.

Tujuan kami melakukan itu adalah supaya kami tetap bisa melaksanakan kewajiban kami sebagai anak dan kewajiban kami sebagai pelajar.

Aku satu tim dengan Dimas. Kami mendapat kelompok kedua. Kami berjaga setelah kelompok Abas dan Amel berjaga. Jumlah kami yang ganjil menyisakan Muti. Akhirnya Muti bebas mengikuti jadwal kelompok mana pun.

Sambil menghabiskan waktu aku dan Muti pergi bermain bersama teman teman. Kami ingin menuju lapangan. Sampai disana banyak anak anak kampung kami sedang bermain layangan. Angin bertiup sepoi sepoi membuat layangan dengan mudah terbang tinggi. Abas dan Dimas pun ada, bahkan Amel serta adik ikut bermain.

"Eh Eh itu Amel, kesana aja yuk!!" Muti menunjuk seorang gadis imut memakai kaos bewarna biru muda yang dipadukan dengan rok hitam polos.

"Yuk yuk," kami segera menuju tempat Amel berpijak.

"Haii,"

Amel yang sedari menatap lurus kedepan tampak nya tidak menyadari kehadiran kami, Buktinya saat kami menyapa ia sedikit kaget.

"Eh?"

"Jangan melamun terus mel," ucap ku seraya ikut duduk disamping nya. Muti pun mengikuti ku duduk. Kini Amel berada diantara kami. Aku di kanan dan Muti di kiri.

"Siapa yang melamun aku tidak melamun!" Kilah nya.

Kami kembali menatap lurus kedepan. Di tengah lapangan anak anak berseru seru mengejar layangan yang putus dari benang nya. Abas dan Dimas ikut ikutan mengejar bahkan Bayu adik Amel pun ikut.

Layang layang itu beruntung sekali. Sekali lepas dari pemilik nya, calon pemilik baru akan berebut memiliki nya dab ia pun akan memiliki pemilik baru. Ya... itu pun bila layangan tersebut tidak tersangkut di dahan pohon atau pun di tiang listrik.

Awan oranye telah memenuhi langit. Matahari telah condong kearah barat. Satu persatu teman temanku meninggalkan lapangan pergi ke rumah menunggu azan maghrib berkumandang. Begitu pun aku dan Muti, kami memutuskan untuk pulang. Amel dan adiknya sudah pulang sekitar sepuluh menit yang lalu. Kami yang terakhir pulang.
__________

Halllooooo teman teman ku yand setia membaca dan memvot cerita ini, ahhh kalian terluv luv.

Lanjut next parttttt......

Seee youuuu

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang