"Makasih ya, jangan lupa nanti sore!" Ucap ku pada Abas dan Dimas.
"Iya!!!" Jawab mereka sedikit berteriak karena mereka sudah mengayuh sepeda dan mungkin jarak nya telah cukup jauh.
Nanti sore rencana nya aku akan mulai memanen buah apel dan juga mengemas bunga bila ada yang telah tumbuh. Minggu nanti kami akan menjual nya.
Selesai melepas sepatu dan menaruhnya di rak, aku pun masuk sambil mengucapkan salam. "Assalamualaikum,"
"Waalaikumusalam!" Jawab ibu. Sepertinya ayah ku sudah berangkat bekerja dan belum pulang.
Aku menengok keseluruh ruang yang terlihat namun tak menemukan sosok ibu.
"Ibu, ibu dimana?"
Terdengar jawab dari nya. "Ibu di belakang, kenapa?"
"Tak apa bu,"
Setelah itu aku pun masuk kamar. Di kamar Muti sedang tidur, padahal aku ingin mengobrol dengan nya, pantas saja aku tidak mendengar dia menjawab salamku. Aku segera mengganti pakaian ku dengan pakaian main kemudian salat.
Selesai salat kebetulan sekali Muti telah bangun dan aku bisa mengobrol dengan nya sekarang.
"Eh mut--" belum genap kalimat ku terucap Muti langsung memotong nya.
"Jangan sekarang, mau salat dulu," ia pun langsung bangkit dari kasur.
Jadi dia belum salat? Kemana saja sedari tadi?
"Oh ya Mukena sama sajadah nya jangan dilipat!" Katanya dari luar.
Mendengar nya aku jadi urung melipat Mukena dan sajadah. Aku langsung saja beranjak ke kasur dan tiduran di atas nya.
Aku mulai memikirkan beberapa disain pot bunga. Muti masih salat zuhur. Sepertinya aku harus mencari inspirasi untuk karya ku dan juga aku perlu pendapat teman temanku.
"Nah, tadi mau ngomong apa?" Tanya Muti sambil melipat Mukena.
"Kamu ikut kan nanti sore?" Tanyaku.
"Iya lah,"
"Eh Mut, menurut kamu disain bagaimana yang harus buat?"
"Apa ya...?" Muti berpikir sejenak lalu mulai menyebutkan satu satu pendapat nya.
"Hmm... motif bunga?"
"Sudah pernah, yang lain ah,"
"Batik?"
"Sudah juga,"
"Motif batik kan banya, emang sudah semua?" Aduh Muti bagaimana sih? Aku tau motif batik banyak tapi yang ku bisa buat kan sedikit.
"Ya kan tak semua nya aku bisa buat,"
"Ya terus apa dong?" Yah dia malah tanya balik.
Aku mengangkat bahu tanda tak tahu.
"Hmm... bagaimana jika pemandangan alam? Senja misalnya," usul Muti.
"Usul yang cemerlang Mut!" Seru ku. Akhirnya aku bisa menemukan ide. Terimakasih ya Allah. Lewat Muti engkau menjawab pertanyaan ku.
"Iya dong Muti gitu lho... " ucap Muti bangga. Ah begitulah Muti.
"Ya, terserah lah, oh iya ayo udah jam tiga kurang nih," ucap ku.
"Iya ayo,"
Kami pun keluar dan menemui ibu untuk meminta izin tak lupa kami juga bilang akan berbuka puasa bersama di rumah Amel.
__________"Nah tuh mereka sudah datang, ayo berangkat!" Seru Abas.
"Kami belum menginjak rumah Amel lho bas, sudah di suruh pergi lagi saja," kata ku dengan kekehan diakhir kalimat.
"Iya, cape nih, biarin kita istirahat sebentar dulu!" Pinta Muti. "Memang mau ngapain sih? sampai sampai bersemangat sekali,"
"Mau panen apel. Hm... pasti seger," katanya sambil mendongakan kepalanya ke atas dan memejamkan matanya. Sepertinya ia sedang membayangkan manisnya apel, Astagfirullah
Mendengar penuturan Abas yang seperti itu kami kompak mengatakan, "inget lagi puasa!!"
"Iya inget kok, ya udah lah ayo berangkat!" Pinta nya, " lagian Muti dan Bintang juga sudah hilang kan capek nya?"
"Belom!!" Jawab aku dan Muti kompak. Muka Abas semakin terlipat dan semua nya terkekeh.
"Sudahlah sudahlah, ayo berangkat sebelum sore," ucap Dimas menengahi.
"Kenapa tidak dari tadi sih," keluh Abas dan bangkit dari duduknya.
"Diam kau!"
_______________Halo gaiss im back, ooh iya, maaf nih telat, tapi yang penting up kan?
TBC yakkk tangkyu zeyeng zeyeng quu, ih aku kok geli sendiri yahhh?? Ya bodo amat lah!!
Udah ah spam nya, tinggalin jejak Votment nya ya! Makasih semua byeee
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi
Teen FictionMimpi tentang mimpi mereka. tentang mimpi untuk sahabat mereka. tentang perjuangan menggapai mimpi. tentang Alam yang membantu mereka. sebuah kisah tentang 'mereka'