16

6 1 0
                                    

Hari hari berlalu. Persami lebih tepatnya perkemahan kamis jum'at telah dilalui. Regu kami mendapat rangking kedua. Lencana yang kami dapat 8 tim peringkat pertama mendapat skor full 12 Lencana.

Pasca kejadian rusaknya kebun bunga kami Dimas semakin memperhatikan kebun nya. Pernah suatu ketika rupanya penjaga sekolah berniat mengecek apakah benar ada kebun disitu.

Tanpa diduga dan tanpa persetujuan dari yang lain Dimas telah memasang jebakan. Sang penjaga yang tau apa apa akhirnya terjebak dibungkus jaring. Dan malang sekali ntah apa yang ditambahkan pada jaring itu, penjaga sekolah tak bisa keluar jika tak dibantu dari luar. Banyak warga sekolah yang heboh. Aku pun sampai tak habis fikir. Kepala sekolah pun turut ada dilokasi kejadian.

Walaupun sudah membuat kehebohan wajah Dimas tetap tak menunjukkan wajah bersalah atau menyesal atau apalah, datar saja dasar tembok!

Kepala sekolah mendekati kami. Hati ku berdetak kencang, Abas terlihat gugup tapi sang pembuat kehebohan tetap santai saja.

"Siapa yang melakukan ini?" Tanya kepala sekolah kepada kami. Kami takut takut menunjuk Dimas. sebelum arah jari tunjuk kami mengarah ke Dimas ia sudah lebih dahulu mengakui perbuatan nya.

"Saya" ucap Dimas santai. Kepala sekolah geleng geleng melihat kelakuannya.

"Kamu lagi kamu lagi! Ikut ke ruangan saya!" Putus kepala sekolah. Penjaga sekolah telah berhasil dikeluarkan dari jaring. Kepala sekolah melangkah pergi ke ruangan nya disusul Dimas.

Bagi Dimas ini bukan salah nya. "Salahkan saja Bimo yang membuat ku begini," begitulah balasan nya ketika aku mengatakan dia telah melakukan sebuah kesalahan yang hampir sama besarnya dengan kesalahan Bimo.
____________________

Diruang kepala sekolah.

"Kamu bisa jelasin apa maksudnya kamu melakukan itu?" Tanya kepala sekolah dengan wajah kesal. Ia sangat kenal dengan siswa nya yang satu ini. Sang pembuat onar, sang pembantah, siswa yang selalu seenaknya dan entah apalagi gelarnya di sekolah ini.

"Bisa" jawab Dimas. Ia mulai menceritakan cerita dari sudut pandangnya dan memutuskan Bima lah yang salah. Benar benar seenaknya saja. "Jadi Bima lah yang salah pak! Bukan saya!"

Meja kepala sekolah terletak di sebuah ruangan satu 1 x 2 meter. Ruang guru senyap ada dua tiga guru disini.

"Saya tahu kamu siswa yang pandai, kamu harusnya berpikir dua kali tentang ini, Dimas, ini bisa membahayakan orang orang"

"Salah sendiri siapa suruh kesana," ucap Dimas tak peduli. Ia hanya ingin melakukan apa yang ingin ia lakukan ia tak suka diperintah perintah.

Helaan nafas terdengar dari sang kepala sekolah. Kenapa ia bisa bertemu siswa seperti Dimas ya tuhan?

"Ya sudah kamu boleh ke kelas, inget jangan diulangi lagi!"

"Saya nggak janji pak" Dimas pun menyalami tangan kepala sekolah lalu beranjak pergi.

Sementara Dimas di sidang aku dan Abas menunggu nya di kelas. Hari ini aku putus kab untuk duduk di depan meja Abas bersama tyas. Sebelumnya aku sudah bicara pada kanaya. Agak susah memang tapi akhirnya diizinkan. Aku ini sedikit.... pemaksa.

Pintu diketuk dan masuk lah Dimas bertempat dengan ucapan salam nya yang keluar dari bibirnya. Dimas menyalami tangan guru, berbincang sebentar lalu duduk ditempat nya.

"Kau pindah tempat duduk?" Tanya Dimas.

"Nggak, sehari saja"

Dimas ber-oh ria.
____________________

Hi gusyy...
Gimana nih cerita? Kasih pendapat dong :')
Makasih buat yang baca ily buat yang Votment yang baca sampe sini juga ily.

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang