13

6 4 0
                                    

Selasa pagi yang hangat. Sinar matahari masuk melalui jendela. Pagi ini sarapan matang lebih cepat dari biasanya juga dengan porsi yang lebih banyak dari biasanya. Mungkin karena banyak yang memberi bantuan pada ibu di dapur. Kami duduk di lesehan. Kata ibu, supaya lebih leluasa.

Kedua teman ku datang kira kira dua menit setelah aku sarapan. Setelah berpamitan pada ke dua ortu ku, aku pun berangkat. Semalam hujan mengguyur desa ini. Embun embun masih tetap setia berada di permukaan daun atau di bawah bawah dahan. Embun pagi membuat ban sepeda teman ku basah.

Kami sampai ke sekolah tak lama kemudian. Sekolah belum ramai namun tidak bisa dikatakan sepi, netral netral saja. Kami memasuki kelas, menaruh tas di meja masing masing. Aku berniat menunggu bel dengan mengobrol dengan mereka.

Aku duduk di sebelah bangku Abas dan memulai obrolan. "Eh tau tidak? Kemarin ayah menunda membantu ku mempelajari nama bunga karena jumlah nya yang terlalu banyak,"

Aku terkekeh di dalam hati ketika melihat reaksi ayah, seperti ini, ya ampun bintang ini banyak sekali jenis nya... besok saja ya, melihat nya saja ayah sudah lelah, begitulah katanya.

Namun aku sedikit kesal saat ibu mengejek ku. Ibu selalu seperti itu bila ada ayah, berubah!

"Yah... Aku ingin segera tahu..." keluh Abas dengan muka yang sedikit kecewa.

"Bagaimana jika hari ini kalian mampir ke rumah ku, bagaimana?" Keduanya mengangguk sebagai jawaban. Percakapan kami terhenti ketika mendengar suara langkah kaki mendekat ke kelas kami.
__________________

Siang jelang sore. Kami bertiga bergegas pergi menuju rumah ku ketika mendengar bel berbunyi. Nanti kami akan mempelajari tentang bunga di taman.

Kami sudah sampai di depan rumah ku. Di teras rumah ku terdapat Ayah, Muti, dan Amel sedang mempelajari bunga bunga kami. Mereka curang tidak menunggu kami!

"Kalian curang" kata ku sambil turun dari kuda kuda sepeda Abas. Cukup menyebalkan memang tapi ya sudahlah.

"Sudah sudah ayo bergabung, kita lanjutkan!" Ujar ayah. Aku melangkah mendekati mereka. Ku taruh tas di kursi begitu juga dengan Abas dan Dimas.

Kami duduk bergabung. Ayah memulai lagi penjelasan tentang bunga bunga yang tertunda. Aku dan yang lain menyimak sesekali bertanya.

Kini siang sempurna menjadi sore. Teman teman akan pulang sebentar lagi. Aku sedang makan bersama mereka sekarang. Kami keasyikan menyimak dan ayah keasyikan menjelaskan. Hingga ibu pulang dan melihat teras dengan bunga bunga yang berserakan lantas menyuruh kami melanjutkannya esok atau malam nanti. Aku, maksud ku kami memilih esok saja melanjutkannya.

Tadinya Amel, Abas dan Dimas ingin langsung pulang, namun ibu menyuruh mereka makan bersama. Sempat mereka menolak namun tak bertahan lama, ibu mendapatkan keinginannya lagi.

Piring piring di meja sudah tak berisi lagi. Isinya berpindah ke dalam perut kami. Aku segera membawa gelas dan piring kotor ke belakang dibantu Muti. Saat aku dan Muti kembali dari dapur kami melihat teman teman ku sedang berpamitan dengan orang tua ku. Aku dan Muti melihat mereka menjauh dari rumah ku lewat pintu.

"Ayo masuk sudah mau magrib," ayah berujar. Kami masuk ke dalam rumah. Aku dan Muti memasuki kamar ku. Kami sekamar, Muti tidur di kamar ku.

Aku duduk di kursi belajar ku dan Muti duduk di tepi kasur.

"Sahabat mu ramah ramah ya!" Ujar Muti. Sahabat ku memang ramah ramah hanya Dimas kadang cuek terhadap sekitar.

"Tentu saja, berapa bunga yang aku lewatkan tadi?"

"Tak banyak, sekitar 30 macam bunga saja," weh apa katanya? 30 bunga? Yang benar saja?

"Itu banyak tau!" Aku bersungut. Bagaimana dia bisa bilang tak banyak?

Malam semakin larut karena tidak ada kegiatan aku pun beranjak tidur begitu juga Muti.
_________

Haloo gasyyy
579 kata nih, ini ceritanya aja ya, nggak pake sapaan Author kalo pake nih ya, total kata nya jadi sekitar 600 kata. Tapi ya udah lah ya.... lanjut ke next part

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang