y19

7 1 0
                                    

Sore ini sehabis pulang sekolah aku dan sahabat sahabat ku serta sepupu berkumpul di kebun untuk menanam bibit bunga yang baru. Bunga yang kami kemas minggu lalu sudah habis terjual menghasilkan uang sebesar dua ratus ribu ditambah uang penjualan apel menjadi dua ratus lima puluh ribu rupiah.

Jika ditotal dari hasil yang kemarin kemarin mungkin sudah ada sekitar satu juta. Dari uang itu kami dapat membeli cat tambahan dan bibit bunga dan sedikit pupuk kimia. Sisa uang kami setelah dipakai belanja disimpan Dimas. Kami sudah membayar uang pinjaman dari ayah Abas.

"Sudah selesai semua, yeyyy" seru Muti gembira. Pekerjaan ini cukup melelahkan, apalagi untuk kami yang sedang berpuasa.

"Iya, ayo lekas dibereskan agar bisa segera pulang," ujar Amel.

"Iya, ayo!!"

Kami mulai gotong royong membereskan alat alat berkebun. Setelah beres kami beristirahat sebentar di bawah pohon mahoni.

"Ah lelah sekali ya..." ucap Muti sambil menyandarkan tubuhnya ke batang pohon dan meluruskan kaki nya yang pegal.

"Iya nih" Amel juga sepertinya kelelahan.

"Sudah langsung pulang saja, kalian bisa beristirahat di rumah kan lebih nyaman..." Ucapan Dimas ada benar nya juga. Aku dan yang lain mengangguk kemudian berdiri dan pulang ke rumah masing masing.

Aku dan Muti mengobrol disepanjang perjalanan hingga jarak kami ke rumah tinggal tiga meter lagi. Ibu sudah menyambut kami di pintu. Kali ini bukan senyum halus melainkan tatapan galak yang menyambut.

"Dari mana saja hei? Kalian baru pulang jam segini! Jam lima lebih dua puluh menit! Kalian tau? Dua puluh menit lagi azan maghrib berkumandang!...."

Kami diam saja saat ibu mengeluarkan suara emas nya yang super indah saking indahnya sampai membuat telinga berdengung bila terlalu lama mendengar nya.

".... Dan lihat lah kalian, haduh apakah kalian sudah sholat ashar?"

Kami saling lirik. Ya ampun kami lupa.

Aku dan Muti menggeleng patah patah.

"Ada apa ini bu?" Ayah keluar dari dalam dengan tatapan heran nya. Heran mengapa kami di luar sangat ribut. Ayah melirik kami.

"Nah kalian sudah pulang rupanya, dari mana saja sih?" Tanya ayah. Intonasi suara lebih lembut dibandingkan ibu yang sedang marah.

"Lihat yah, anak dan keponakan mu itu, sudah pulang terlambat, tidak sholat ashar pula!" Adu ibu. Gawat ini ayah akan ikut marah pada kami.

Ayah bergeleng geleng mengetahui kelakuan kami.

"Masuk!" Suruh ayah. Kami memasuki rumah dengan langkah tertunduk.

Kami melangkah masuk sambil menundukkan kepala.

"Duduk!" Ucap ayah tegas. Bila telah begini kami pasti akan kena sidang.

"Kenapa kalian nggak salat?" Tanya ayah kami masih menunduk. Ibu berdiri dibelakang kursi ayah dengan tatapan mengintimidasi.

"Ka-kami..." aku ingin menjawab tapi lidah ku terasa kaku.

"Sudah ayah tak mau dengar alasan dari kalian, cepat mandi!" Putus ayah. Kami pun segera bangkit dan pergi dari ruang tamu.
_________

Besok nya aku berangkat kesekolah seperti biasa. Ayah ku akan kembali bekerja lagi hari ini, namun dengan jam kerja baru, yaitu berangkat pukul tujuh pagi dan pulang pukul tiga sore. Jadi ayah akan tetap di rumah sampai lusa mendatang. Itu artinya Muti pun akan pulang lusa, yah teman ku akan berkurang....

Aku duduk dibangku ku lagi. Tak berselang bel berbunyi dan guru pun datang serta kegiatan belajar mengajar pun dimulai.

Pelajaran berhenti ketika bel istirahat dibunyikan. Anak anak segera berhamburan keluar kelas. Ada yang ke kantin, ada yang bermain, ada juga yang hanya duduk di teras kelas sambil mengobrol. Seperti aku yang memilih duduk di teras bersama teman teman sekelas ku. Ya... walau tak semua sih,

"Eh eh, waktu hari minggu aku melihat kalian berdagang bunga di pasar, bunganya bagus bagus sekali!!" Puji Eli. Kalian pasti belum mengenal Eli bukan? Iya lah, aku pun belum menceritakan nya.

"Bila suka beli dong!" Ucap Dimas. Benar juga ya... dari pada hanya mengagumi lebih baik memiliki.

"Hmm oke deh, tapi didiskon ya!"

"Tenang saja El, tak perlu didiskon pun harganya murah kok!" Sahut Abas.

"Wah memang nya harga nya berapa?" Tanya Eli.

"Khusus untuk mu, satu pot bunga seharga 2 juta saja," canda Abas. Aku terkekeh mendengar candanya. Mana ada harga segitu dibilang murah untuk satu pot bunga.

"Hah?! Itu sih mahal dong! Tidak jadi ah," ucap Eli.

Aku hanya menyimak percakapan mereka sambil memakan bekal ku.

"Yah Eli... beli lah, tadi hanya bercanda kok!"
_________________

Haloo teman teman ku tercinta, akhirnya selesai juga part ini yang sempat tertunda karena aku sedang PAT.

Btw part ini panjang lho gaiss word nya mencapai 700 kata lebih, itu termasuk sapaan Author ya! Dan klo yang cerita nya saja, hmmm... hanya... 684 kata gusyy

Oke langsung saja, TBC!!!

Eh eh bentar! Jangan lupa tinggal kan jejak fot n komen!!!

Tangkyuuu

MimpiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang