Siang menjelang sore. Aku sendirian di rumah. Ibuku bekerja di kebun sayur milik pak Ahmad, Ayah ku bekerja di kota sebagai petani hidroponik.
Aku memutuskan untuk pergi kerumah Abas. Aku keluar, tak lupa mengunci pintu. Ku taruh kunci di bawah rak sepatu.
Cukup berjalan kaki beberapa menit aku sudah sampai di rumah Abas.
"Assalamualaikum, abasss!!!" Panggil ku. Tak ada jawaban terdengar. Ku coba panggil lagi namun tetap tidak ada jawaban. Sudah mencoba beberapa kali aku panggil namun tetap tidak ada jawaban, akhirnya aku memutuskan untuk pergi ke rumah Dimas yang hanya berjarak tiga rumah dari rumah abas.
Sesampainya di sana ku ketuk pintu berbarengan dengan salam ku. Terdengar suara langkah kaki dari dalam. Semakin dekat, semakin dekat, dan akhirnya pintu pun terbuka menampilkan wajah asisten rumah tangga yang memang di sewa orang tua Dimas.
"Nyari den Dimas neng?" Aku mengangguk. "Den dimas masih di kamar neng, masuk dulu"
Sesuai perintah pembantu nya Dimas, bi Arum, aku duduk di sofa ruang tamu. Aku memperhatikan rumah Dimas. Nuansa coklat. Indah dan manis, seperti coklat asli. Tak lama kemudian ku lihat Dimas berjalan menghampiri ku.
"Ada apa?" Tanya nya."Ayo temani aku ke rumah Amel" Amel. Amel adalah sahabat ku, sama seperti Dimas dan Abas.
"Dimana abas? Biasanya jika kau kemari pasti di temani Abas,"
"Tadi aku sudah ke rumah nya tapi tidak ada jawaban apapun ketika ku panggil." Jawabku jujur.
"Oooh ayo kita ke rumah Abas, siapa tau dia cuma pergi sebentar dan sekarang sudah kembali." Usul Dimas. Ya, ada benarnya juga ucapan Dimas. Kami pun kesana.
Sama seperti tadi, tak ada jawaban apapun dari orang rumah. Aku dan Dimas memilih pergi ke rumah Amel lebih dulu, siapa tau Abas sudah di sana, namun jika tidak ada kami akan mencarinya bersama.
"Assalamualaikum," kata ku sambil mengetuk pintu dan dimas sedang duduk di kursi yang ada di samping pintu.
"Waalaikumusalam" terdengar Amel menjawab salam ku. Dimas kini bangkit dari duduknya dan dan berdiri di samping ku. Pintu tebuka tampak lah Amel.
"Eh kalian, ada apa, bintang, Dimas?" Sapa Amel.
"Apa ada Abas di sini?" Tanya Dimas to the point.
"Tidak" jawab Amel.
"Apa kau sibuk?" Kali ini aku yang bertanya
"Tidak juga sih, tinggal cuci piring saja,"
"Ooooohhh"
"Ayo kita bantu," ucap Dimas.
"Eh tak usah dim,"
"Sudah lah mel, biar cepat" kataku membujuk.
"Baiklah ayo kebelakang" kami pun masuk menuju rumah belakang Amel. Kami berjongkok dan mulai mencuci piring piring yang ada. Aku dan Amel yang mencuci piring dan Dimas yang membilas. Sesekali dimas jail menyipratkan air pada kami dan kami pun membalas nya dengan menempelkan busa sabun ke muka dimas namun tidak mengarah ke mata, hanya ke pipi. Kami tertawa sampai tak sadar jika semua piring telah tercuci.
"Ayo kedepan" ajak dimas.
Kami pun mengikuti dimas kedepan. Rambut dan wajah Dimas basah akibat membilas busa sabun.
"Ayo kita cari Abas," ajakku. Keduanya mengangguk. Amel menutup pintu rumahnya dan kami pun pergi bersama mencari Abas.
__________482 kata gusyy
Baca terus ya....
Semoga kalian nggak bosen, kalo ada saran komen aja ya, aku terima kok
KAMU SEDANG MEMBACA
Mimpi
Teen FictionMimpi tentang mimpi mereka. tentang mimpi untuk sahabat mereka. tentang perjuangan menggapai mimpi. tentang Alam yang membantu mereka. sebuah kisah tentang 'mereka'