🌿DTP 10🌿

3.3K 598 17
                                    

Malam telah tiba, Namjoon duduk di dek kapal, sendirian. Cahaya bulan dan lampu kapal menjadi penerang di tengah lautan yang luas dan gelap.

"Sendirian lagi?"

Suara lembut itu mengalun di telinga Namjoon, tapi ia lebih memilih untuk memandangi langit malam, juga bulan.

"Bukankah bulan terlihat indah? Itu artinya ibuku juga indah bukan?"

Namjoon menoleh pada Seokjin, pemuda itu sedang tersenyum sambil menatap langit malam. Cahaya bulan menyinari wajahnya, beberapa helai rambut Seokjin tertiup hembusan angin laut. Manik hazel yang memantulkan cahaya bulan, kulit putih itu, dan bibir semerah mawar itu, tanpa sadar membuat Namjoon terus memandangi Seokjin.

"Aku harap, aku bisa seindah ibuku. "

"Kau indah. " Suara berat itu membuat Seokjin menoleh pada Namjoon, manik hazelnya menatap manik emerald pria itu. Seokjin bergeming, tatapan Namjoon membuatnya terpaku dan tanpa sadar jantungnya berdetak lebih cepat.

"Kau indah dan aku tak pernah melihat makhluk seindah dirimu. "

"A-apa?"

"Tidak, lupakan saja." Namjoon langsung mengalihkan pandangannya dari manik Seokjin. Ia menatap kosong ke depan dan Seokjin tersenyum canggung, setelahnya, pemuda itu berdiri.

"Kalau begitu aku masuk dulu, jangan terlalu lama diluar, kau bisa kedinginan."

Namjoon tetap bergeming saat Seokjin berjalan pergi meninggalkannya. Pria itu menghela nafas lalu tersenyum tipis, ucapan Seokjin barusan membuat hatinya menghangat.

●●●

Pagi telah tiba, biasanya cahaya matahari mulai terlihat, tapi kini tidak. Kedua belas demigod itu tiba di pantai yang berkabut sangat tebal, seolah mereka berada di perbatasan dua alam.

Taehyung turun dari kapal, ia memperhatikan sekitar, memastikan jika pantai itu aman. Pria itu menoleh pada teman-temannya lalu mengangguk, memberi isyarat untuk turun.

Seperti sebelumnya, Daniel berada di depan karena ia yang membawa peta serta menunjukkan jalan. Seokjin menoleh ke samping lalu ke depan saat ia tidak melihat Chaira. Setelahnya, pemuda itu menoleh ke belakang dan menghela nafas lega begitu menemukan Chaira. Ia memindah posisinya ke belakang, menyuruh agar Putri Hestia itu berada di depannya. "Pindahlah ke depan, jangan berada di belakang."

Chaira mengangguk, lantas menuruti Seokjin. Seokjin terus menatap sekeliling dengan perasaan was-was, sesekali ia menoleh ke belakang saat mereka memasuki hutan berkabut. Di tempat seperti inilah, kemungkinan datangnya bahaya sangat besar.

"Oh astaga, ini menyeramkan." Annetha bergidik ngeri sambil menatap sekitar, berada di tengah-tengah hutan, diselimuti kabut tebal, juga kesunyian yang mencekam.

"Aku tau, karena itu tetaplah berada di tengah bersama Elene dan Chaira." Wanita itu mengangguk mendengar ucapan Seokjin. Yoongi menatap lurus ke depan, "Bukankah kita tidak bisa beristirahat disini?"

Daniel mengangguk mengiyakan, ia terus berjalan sambil beberapa kali melihat peta. "Kau benar, tempat ini terlalu berbahaya."

"Memang kabutnya tidak bisa hilang?" Jungkook mengernyit heran, Namjoon menoleh pada pemuda itu. "Tidak, ini adalah hutan berkabut."

Jungkook mengangguk paham, setelahnya ia menoleh pada Daniel. "Memang berapa lama kita disini?"

"Aku tidak tau, kita hanya harus mengikuti arah petanya saja dan berhati-hati terhadap sekitar. Jangan sampai lengah ataupun berpisah."

Destroy The Problem [ NamJin ]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang