Apa aku menyukainya?
Pertanyaan itu terus terulang-ulang di kepala Seokjin. Pemuda itu berjalan sambil melamun hingga ia tak sadar jika dirinya sudah berada di depan rumah Laila. Seokjin melangkahkan kakinya menaiki anak tangga yang terbuat dari kayu. Ia masih melamun hingga pemuda itu tersandung, beruntung seseorang menolongnya.
Seokjin merasakan sebuah lengan berada di pinggangnya untuk menahan tubuh pemuda itu. Ia mendongak, lantas menemukan sepasang manik emerald yang menatapnya tajam. Sadar jika jantungnya mulai berdetak tidak karuan, Seokjin langsung menjauhkan lengan Namjoon.
"Terimakasih." Satu ucapan dengan nada dingin itu keluar dari bibir Seokjin. Tanpa memandang sosok Namjoon, pemuda itu langsung melangkah pergi, tapi satu detik setelahnya, Seokjin merasakan sebuah tangan menarik lengannya.
Namjoon menarik Seokjin hingga pemuda itu berada di depannya, manik hazel Seokjin menatap Namjoon tajam. "Apa maumu?"
"Berhenti bersikap dingin padaku." Suara Namjoon terdengar dingin dan menuntut secara bersamaan di telinga Seokjin. Pemuda di depannya mendengus, berusaha menutupi kegugupannya kala sentuhan tangan Namjoon terasa hangat di lengannya. "Maaf saja, tapi aku tak punya waktu untuk mengurusi pria yang mengacuhkan segalanya hanya untuk seorang gadis."
Namjoon menggeram rendah, "Kau salah paham."
"Oh lalu? Apa aku harus mendengarkan penjelasanmu? Memangnya kenapa jika aku salah paham?" Seokjin terkekeh sinis lantas melepaskan cengkraman Namjoon di lengannya. Pemuda itu berdecih lantas menatap pria yang lebih tinggi darinya, "Aku permisi- "
"-terlalu muak melihat wajahmu." Usai mengatakan hal itu, Seokjin melenggang pergi tanpa mempedulikan raut wajah Namjoon yang mengeras.
●●●
Laila melangkahkan kakinya menyusuri rumah, mencari seseorang yang beberapa hari ini sudah membuatnya menaruh perasaan. Sebuah senyum terbit dari bibirnya kala netranya menangkap sosok yang tengah dicari.
Ya, sosok itu..
Namjoon Kim.
Yang entah bagaimana berhasil membuatnya jatuh hati. Senyuman Namjoon selalu hadir di ingatannya dan perlakuan pria itu sukses membuat jantung Laila berdetak lebih cepat diikuti pipinya yang merona.
Laila mendekati Namjoon lantas berdiri di sampingnya, "Sedang melamunkan apa?"
Namjoon sedikit tersentak, ia menoleh pada gadis itu sambil tersenyum. "Tidak, aku tidak melamunkan apapun."
Laila mengangguk, tak lama ia menundukkan kepala, berusaha menyembunyikan kegugupan yang melanda dikala gadis itu berniat mengucapkan sesuatu. "Emm Namjoon.. "
"Ya?"
"Bi-bisakah kau menemuiku nanti malam? Di dekat balai desa? Aku ingin membicarakan sesuatu."
Namjoon terlihat menimang-nimang sebentar, berpikir apakah ia harus menyanggupi ucapan Laila. Beberapa detik setelahnya, pria itu mengangguk. "Oke baiklah."
"Ka-kalau begitu, aku pergi dulu. Sampai jumpa nanti." Laila tersenyum tanpa bisa menyembunyikan rona merah di pipinya, gadis itu menunduk malu-malu lantas beranjak pergi dengan cepat. Namjoon menghela nafas, ia tau pasti apa yang akan dikatakan Laila nanti malam dan kali ini, pria itu harus mengalah.
Tanpa disadari, seseorang mendengar percakapan itu dari balik jendela. Tangannya terkepal erat, seiring rasa sesak dan takut yang tiba-tiba melanda relung hatinya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroy The Problem [ NamJin ]
FanfictionNamjoon menatap lurus ke depan, ke arah kegelapan dan pepohonan yang bergerak tertiup angin. "Because I don't want my lili flowers wilted." Dan Seokjin tak mengerti apa maksud pria itu. WARN! BL, demigod au, half-blood, fantasy