Seorang pemuda tengah duduk di dek kapal. Kepalanya mendongak, menatap langit malam berhias bintang-bintang. Kelopak mata lentiknya menutup sejenak, sekedar menikmati hembusan angin laut yang membuat sekujur tubuhnya terasa dingin.
Tapi ia tak peduli, ia sama sekali tak peduli jika dirinya kedinginan. Pemuda itu hanya ingin mengenang seseorang yang telah pergi darinya, dari dunia ini.
"Seokjin.. "
Ia membuka mata kala Taehyung memanggil namanya. Pemuda itu bergeming, sama sekali tak merespon walau hanya sekedar menoleh.
Taehyung menatap Seokjin prihatin sekaligus khawatir. Ia menghembuskan nafas lelah, "Masuklah ke dalam, di sini dingin."
"Pergi, biarkan aku sendiri." Seokjin berkata tanpa menatap Taehyung, membuat pria itu menghela nafas pasrah, lagi.
Sejak mereka kembali dari Gunung Abyras dan telah berhasil membuat portal itu tertutup, hingga sekarang mereka melakukan perjalanan kembali ke Desa Arsell, Seokjin menjadi pendiam. Ia tak protes saat Chanyeol mencoba menghiburnya dengan menjahilinya seperti dulu, reaksi yang dikeluarkan Seokjin saat itu hanyalah bergeming atau menatap Chanyeol tajam. Tak lagi ikut bergabung dalam lelucon yang dilontarkan Jimin maupun Hoseok dan mereka semua sadar, Seokjin kehilangan.
Saudaranya baru saja pergi dan sekarang, orang yang dicintainya juga pergi. Nyawa Seokjin terasa lenyap saat itu juga. Jiwanya mati dan cakaran dari rasa sakit terus memenuhi relung hatinya.
Mengetauhi Taehyung masih berada di dekatnya, Seokjin kembali berucap. "Biarkan aku sendiri, tidakkah kau mengerti, Taehyung?"
Mengalah dengan pemuda itu, Taehyung berbalik, menyempatkan diri untuk menoleh pada Seokjin sekilas sebelum akhirnya melangkah pergi.
Aku berjanji, akan membawanya kembali Seokjin. Sekalipun aku harus mengorbankan perasaanku dan merelakan dirimu untuk melihatnya bersamamu lagi.
Usai mengetauhi bahwa Taehyung pergi, Seokjin menghela nafas. Ia bangkit dari duduknya dan melangkahkan kaki ke pinggiran kapal, menatap air laut yang memantulkan bayangannya dari sana sebelum kembali mendongak hanya untuk melihat bintang-bintang yang menghias langit malam.
Sebuah senyum sendu terbit di bibirnya. Moment itu kembali hadir dalam ingatannya, memberi rasa senang dan sakit secara bersamaan.
Seokjin masih ingat, ketika dirinya mendatangi Namjoon yang tengah duduk sendirian di dek kapal hingga kalimat yang pernah terucap dari bibir pria itu.
"Kau indah.. "
"Kau indah dan aku tak pernah melihat makhluk seindah dirimu.. "
Seokjin terkekeh kecil saat ingatannya melayang pada hal itu. Menyadari betapa bodohnya dia karena sama sekali tak peka dengan maksud ucapan Namjoon. Beberapa detik setelahnya, Seokjin terdiam.
Jika bisa, Seokjin akan melakukan apapun untuk mengulang waktu, tapi sayangnya, pemuda itu tak akan pernah bisa dan tanpa sadar maniknya berkaca-kaca. Seokjin menggigit bibir bawahnya, mencegah mulutnya agar tak menghasilkan isakan.
Tapi pada akhirnya Seokjin tak bisa. Tangisannya pecah begitu saja dan rasa sakit kembali menjalari setiap sisi relung hatinya. Mencakar, merobek, apapun itu, membuat Seokjin tak sanggup bernafas dengan normal. Tangannya tergerak memegangi dada, meremasnya kuat-kuat dan berharap hal itu bisa mengurangi rasa sakitnya yang nyatanya tidak sedikitpun.
Dirinya bersimpuh dan air matanya semakin deras. Tak dapat dipungkiri, bahwa Seokjin begitu kehilangan. Ia merasa marah, sedih, putus asa, dan mati secara bersamaan. Tangisannya terdengar pilu, memecah keheningan di tengah lautan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Destroy The Problem [ NamJin ]
FanfictionNamjoon menatap lurus ke depan, ke arah kegelapan dan pepohonan yang bergerak tertiup angin. "Because I don't want my lili flowers wilted." Dan Seokjin tak mengerti apa maksud pria itu. WARN! BL, demigod au, half-blood, fantasy