Story 27

182 9 2
                                    

*Dara Pov

Aku tergoda untuk menceritakan masalahku padanya.

"Mm.. yaa.. sebenarnya..~"
Logikaku tiba-tiba kembali. Oke, aku tersihir mata indah itu. Dan juga aku tidak tahu harus bercerita darimana.

Masih dengan pikiran yang berkecamuk. Baekhyun tiba-tiba berteriak.

"YEAAAYY! AKU MENANG!"
Baekhyun tertawa lepas dengan senyum terlebarnya.

"HYUNG! KAU BERISIK!!" Sehun yang kesal melemparkan bantal ke arah Baekhyun. Member lain cuma bisa geleng-geleng dan tersenyum samar melihatnya.

Aku berdiri dan berniat untuk keluar mencari angin segar. Aku berjalan sebentar dan duduk di ayunan taman yang ada di depan dorm.
Aku menghembuskan nafas lagi. Tidak tahu kenapa aku terus melakukannya. Mungkin mencoba menghembuskan masalahku dari dalam kepala. Mendengar suara langkah kaki mendekat, aku menoleh ke sumber suara dan mendapati Kai sedang menuju ke arahku.

"Oke! Apa yang harus aku lakukan sekarang?" Aku hanya menunggu diam ditempat, dan Kai tiba-tiba sudah berada di sampingku.

"Ada yang ingin kubicarakan denganmu." Kai memecah keheningan.

Aku mendongak ke atas, memandangnya. Kai lalu duduk di ayunan di sampingku. Mataku terus mengikuti pergerakannya.

Ada hening beberapa saat. Kita sama-sama tidak tahu bagaimana memecah ke sunyian ini.

"Sepertinya ini saat yang tepat untukku mengatakan pada Kai kalau aku sudah ingat semuanya. Aku tidak ingin menyembunyikan apa-apa lagi darinya. Dia sudah cukup tersakiti"
Aku memantapkan hatiku untuk menerima apapun reaksi Kai nantinya.

"Kai, aku...."

"HyunSoo....."

Aku dan Kai berbicara di saat yang bersamaan. Kami saling bertukar pandang dengan canggung. Kai menggaruk belakang kepalanya.

"Kau duluan..."
Kataku

"Hmm..." Kai diam sejenak. Kepalanya menengadah keatas, matanya memandang langit gelap tanpa bintang.

"Aku tidak tahu apa kau mengerti atau tidak apa yang kubicarakan."
Dia berhenti. Mungkin merangkai kata-kata.

"Aku hanya ingin mengatakan aku tidak mengerti dan aku bingung dengan perasaanku setelah kejadian itu. Surat itu. Tidak berarti apa-apa." Ada jeda sebentar diantara kata-katanya

"Surat itu. Aku hanya.. hanya tidak bisa membuangnya. Aku marah setelah tahu apa yang terjadi. Aku sedih. Aku benci, karena semua orang meninggalkanku setelahnya. Hanya aku seorang diri di dalam keputusasaan. Tidak ada yang menghiburku. Semuanya melarikan diri." Kai menenggelamkan kepalanya di tangannya.

Kai sadar Dara hilang ingatan. Tapi beban yang terus ada di batinnya memaksanya mengatakan semuanya kepada Dara. Kai tidak perduli apakah Dara paham atau tidak, dia hanya ingin semua kesalahpahaman ini lenyap.

"Hanya ada kesedihan di masalaluku. Semua orang mengkhianatiku dan meninggalkanku!" suara Kai meninggi tapi bergetar.

Aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan. Selama Kai bercerita aku hanya diam.
Kai terus saja bercerita. Dari awal dia bertemu denganku, bertemu Krystal, saat aku kecelakaan, sampai Luhan yang memberikan suratku padanya, mengapa dia sangat membenci wanita itu. Aku tahu yang dimaksud Kai wanita itu adalah aku. Dia benar-benar mengeluarkan semua batu-batu beban di hatinya. Kai terus menghela dan mengeluarkan nafas dengan keras.

*Author PoV

Dara tidak tahu apa yang harus dia katakan. Ada sedikit perasaan bersalah.
Kai tiba-tiba beranjak, menatap mata Dara tanpa kata-kata. Ekspresinya datar tidak dapat di baca tapi matanya sedikit sendu. Lalu Kai memutar badannya dan berjalan menuju pintu masuk.

"Kai!"
Dara memanggil Kai yang sudah memegang knop pintu. Kai menoleh pada Dara. Dara tercekat. Dia tidak tahu apa yang mau dia katakan. Dia memanggil Kai tiba-tiba karena reflek dari rasa bersalahnya.

"Hmm.. nothing. Sorry, Aku tidak memberimu respon yang baik padahal kau sudah bercerita sangat panjang."

Kai tersenyum kecil, lalu masuk kerumah.

"Kai.. sebenarnya.. sebenarnya, aku sudah mengingatnya. Ingatanku sudah kembali." Dara berbicara sangat pelan pada dirinya sendiri. Ternyata dia masih belum siap mengatakannya pada Kai.

Hari-hari berlalu seperti biasa.
Siang itu, Luhan berjalan-jalan di sekitar stasiun tv M. Dia melewati jalan setapak yang mengarah ke taman kecil di belakang gedung. Beberapa orang melewatinya, tapi Luhan tidak memperhatikan karena dia berjalan sambil menundukan kepala, sibuk dengan ponselnya. 

Seseorang dari rombongan yang melewati Luhan tadi berhenti, dan menoleh.

"Kai! Kenapa? Kau lihat apa?" Chanyeol yang melihat Kai berhenti dan terdiam seperti orang melamun memanggilnya.

Luhan yang belum jauh berjalan mendengar nama Kai disebut, membuatnya menghentikan langkahnya saat itu juga dan menoleh ke sumber suara. Luhan dan Kai saling berpandangan memastikan pikirannya masing-masing.

"Luhan?"

Kai memanggil nama Luhan dan memastikannya lagi.

Luhan kemudian tersenyum, karena bertemu dengan teman-teman lamanya.

"Kai! Chanyeol! Kenapa?! Cepat! Kita harus segera make-up" Suho dengan tidak sabar meneriaki mereka yang berdiam diri.

"Hei, tunggu aku jam 9 malam didepan gedung setelah kau selesai siaran. Semangat." Luhan melambaikan tangannya dan balik badan kemudian berlari ke arah taman.

Kai masih berdiam diri ditempatnya. Tidak percaya bisa bertemu Luhan. Chanyeol menghampirinya dan merangkulkan tangan ke pundak Kai. Menarik Kai ke ruang tunggu artis.

"Luhan sudah pulang ke Korea? Dari kapan? Apa yang dia lakukan disini?"  Kai tidak tahu apa yang dia rasakan saat ini. Hampa? Senang? Sedih? atau Kecewa?

Kai dan EXO selesai recording performance stage jam setengah 10 malam.

"Apa dia masih menunggu diluar gedung?" Kai melihat jam di tangannya.

Kai bilang pada member dan managernya kalau dia akan pergi bertemu dengan temannya, dia harus menekankan pada Chanyeol kalau dia tidak boleh mencerikan pada siapapun kalau mereka bertemu Luhan. Kai pergi menuju pintu keluar belakang stasiun tv yang terlihat sepi. Kai melihat sekeliling jalan dan tidak menemukan Luhan. Dia menunggu selama setengah jam, tapi batang hidung Luhan belum juga nampak. Kai menghela nafas panjang dan mulai berjalan pulang.

"Kai!" Belum sepuluh langkah dia berjalan, Kai mendengar seseorang memanggilnya.

"Aahh.. ternyata benar kau. kukira kau tidak akan datang. Aku tadi membeli minuman di vending machine sana." Luhan tersenyum lebar melihat Kai didepannya.

"Lu, kapan kau sampai di Korea? Kenapa kau tidak mengabariku dan yang lain?" 

"Hmm, sudah 3 minggu ini." Luhan menjawab dengan ceria.

"Ayo pergi! apa kau mau makan di restoran tteokbokki favorit kita dulu? Kita ngobrol sambil makan" Luhan menarik lengan Kai yang sedari tadi masih diam tanpa ekspresi.

Luhan tau apa yang ada dipikiran Kai. Karena dia terus dan selalu memikirkan sahabatnya saat dia sedang di luar negeri. Tapi kembali dan menetap di Korea juga bukan pilihan yang bisa dia ambil saat itu. Dia sangat-sangat menyesal untuk Kai. Luhan dan Kai sama-sama hancur dulu, mungkin masih sampai saat ini.

==============================
~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~~

Call Me Baby (EXO Fanfic)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang