Bagian 37🌻

3K 47 0
                                    

Aku berlari, terus berlari kedalam hutan, meski, kaki ku terkena ranting ranting pohon dan terluka.

Bodyguard joan dan juna, mengejar ku, aku tidak boleh sampai tertangkap.

Bluuuuuung.

Aku terjatuh di lobang yang tertutupi ranting, aku tak melihat nya karna malam yang sudah sangat larut.

Hmm bagaimana ini, lubang ini cukup dalam, bagaimana aku bisa keluar.

Jika aku tertangkap salah satu dari mereka, atau keduanya, semuanya akan kacau.

Tiba tiba ada tangan yang mendekap ku dari belakang.

"shhhtt, diam lah kau akan aman", ucap nya, sambil menutupi lobang dengan ranting.

Tangan nya tidak menyentuh ranting ranting itu, dia menggunakan udara.

Sepertinya ia adalah pengendali udara, yang bersembunyi di hutan ini.

Dia menarik ku agar ikut dengan nya, aku hanya mengikutinya tanpa bertanya apa pun.

Ternyata di dalam sana ada trowongan, dia menyuruh ku untuk mengikuti nya.

Sampailah di ujung trowongan, di sana ada mata air.

Yang di atas nya ada lubang untuk menghubungkan kepermukaan.

Dia mengajak ku ke gubug yang kecil, dan nyaman.

Setelah kami masuk, dia langsung merebahkan diri nya ke sofa.

Aku hanya berdiri di sebelah nya.

"tunggu apa lagi, duduk lah", ucap nya kasar kepadaku.

"ehemm, maaf tuan, namun anda sudah berbaring di sofa dan tak ada kursi di sini", ucap ku sopan.

"duduk di bawalah, sekalian pijat kaki ku, dasar orang yang tak tau terimakasih", ucap nya seenak nya.

Aku menatapnya tajam, dan menghembuskan nafas kasar.

Yasudah lah, kuturuti saja kemauan nya, itung itung balas budi pada nya.

Kupijat kedua kakinya, ku lihat dia menikmati pijatan ku.

"cukup, sekarang mandilah, dan tunggu aku di kamar", ucap nya.

Yasudahlah, aku mandi saja, lagi pula aku juga berkeringat.

Aku tidak punya pakaian lagi, kubuka lemarinya, pakaian nya semua kebesaran untuk ku.

Terpaksa aku hanya memakai selimut, dan tiba tiba pintu kamar terbuka.

"duduk lah, aku akan mengobati kaki mu", ucap nya menatap ku.

Aku pun duduk di pinggir ranjang.

Dia mulai mengoleskan obat di kaki ku yang sakit.

Dan memperban nya, di beri plester dan ahir nya selesai.

Dia menatap tubuh ku, dan segera aku menutupinya.

Namun dia mencegah nya dan duduk di sebelah ku.

"siapa namamu cantik?", ucap nya membuka selimut ku, namun ku tahan.

"hmm, julia tuan", ucap ku menutupi badan ku.

Aku membalik kan badan ku dan membelakangi nya.

"sebelum nya aku sudah tau namamu, dan aku juga tau kau sudah tau sebenarnya siapakau", ucap nya lagi lagi ingin menarik selimut ku dari belakang.

"kau sudah tau, kau mempunyai kekuatan yang luar biasa, namun tidak di dirimu, namun di sini", ucap nya, dia mengusap perut ku dari belakang.

"kau tau juna dan joan, ingin kau menghasilkan keturunan untuk mereka, dengan anak mu mereka bisa memprofokasi nya untuk menguasai negara ini",lanjut nya.

"lalu apa kau berfikir hal sama, tuan?", ucap ku ketus.

"tidak, aku adalah lelaki, tentu aku tak kuasa menahan birahiku pada gadis cantik tak berbaju sepertimu", ucap nya menurunkan selimut ku pelan pelan.

Nafas beratnya ada belakang telingaku, aku hanya bisa terdiam dengan apa yang ia lakukan.

"aku akan membantumu, untuk mencegal hal yang tak kau inginkan terjadi", ucap nya berbisik di telingaku.

Tangan besar nya mempermain kan tubuh ku semaunya, ukuran tubuh nya yang sangat besar membuat ku tak bisa bergerak.

Aku hanya menutup mata dan membiarkan nya menggagahiku.

Keesokan paginya aku tak melihat nya di ranjang.

Aku keluar dengan hanya memakai selimut, dan melihat nya sedang minum kopi di teras.

Aku menghampirinya, dia hanya menatap ku sambil meneguk kopi nya.

"jangan pakai selimut saja di sini, atau orang akan tergoda dengan mu", ucap nya sambil menikmati kopi.

"pakai pakaian mu yang kemarin, dan kita akan berbelanja", ucap nya menaruh cangkir kopi ke meja.

"bukan kah ini hutan, dan siapa nama mu, aku benci memanggil mu dengan sebutan tuan", ucap ku ketus.

"panggil aku suami jika kau tak mau di usir dari sini", ucap nya tersenyum.

"apa?", ucap ku kaget.

"penduduk di sini akan mengusir orang tak di kenal, dan tak punya hubungan di sini", ucap nya santai.

Aku ingin marahhhhg.

Ah sudahlah, aku pun mengganti baju dan ikut dengan pria mengesalkan ini.

Ternyata di sini ada pasar tradisional, aku membeli beberapa baju dan pakaian dalam.

Ada seorang penjual yang menanyakan siapa diriku, pria itu menjawab aku istrinya, ingin aku membantah, namun aku tak mau di usir dari sini.

Dan aneh nya semua orang memanggil nya dengan sebutan tuan, sebenarnya dia siapa.

Ah bodo amat.

Kami pun kembali ke rumah kecil mungil kami.

Aku menaruh belanjaan ku di meja, dan pria itu pergi ke ruang tv.

"kemarilah, akan ku perkenalkan diriku", ucap nya tanpa mengalih kan pandangan dari tv.

Aku pun mendekatinya dan duduk di samping nya.

"namaku alex, aku putra dari kepala suku di sini, karna orang tua ku wafat, aku yang menggantikan nya", ucap nya menekan nekanremot tv.

Ohh makanya semua memanggilnya dengan sebutan tuan.

"aku juga bisa membaca pikiran orang, kau sangat jengkel pada ku kan", ucapnya tersenyum.

"aku juga tau loh, kamu merasa keenakan atas perlakuan ku semalam", ucap nya sambil tersenyum.

Aaaaaku maluu.

Bersambung🌻.....

SIMALAKAMA💋Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang