***Perlahan kelopak mata yena terbuka.Menatap sekeliling ruangan yang nampak begitu asing dimatanya.Terutama ada dokter yang kini memeriksa denyut nadinya.
"Bagaimana keadaannya dok?" Yena menoleh pada woojin yang sekarang menatapnya cemas.
Yena masih diam,dia beberapa kali mencubit pipinya sendiri saking terkejutnya.
"Ini beneran lagi dirumah sakit?" Gumamnya kemudian menekan bagian samping kepalanya yang terasa sangat nyeri.
Woojin yang menyadari itu kemudian memegang tangan yena dan menjauhkan tangan itu dari kepalanya.
"Lu ngapain sih yen!" Ucap woojin yang bingung dan cemas melihat yena yang menekan-nekan kepalanya.
"Gue kenapa?"
"Lo Jatuh dari tangga."
Yena diam segelintir ingatan kembali merasukinya.Dimana jihoon dengan tega mendorongnya dari atas sana.
"Jihoon." Gumamnya pelan yang membuat woojin menoleh.
"Oh jadi ini kerjaanya jihoon!? BRENGSEK!!" woojin udah gak bisa nahan kemarahannya lagi.
Tapi tiba-tiba dokter bersuara.
"Pasien mengalami pendarahan."
"Pendarahan? maksud dokter??" Woojin bingung apa yang dokter itu maksud.
"Pasien sedang hamil,untung saja pasien berhasil menahan beban tubuhnya dan tidak berakibat fatal dan keguguran."
Sorot mata Woojin berubah dingin tatkala menatap perempuan yang kini menunduk menahan air mata yang ingin keluar begitu saja.
"Gue butuh penjelasan." Ucap Woojin dingin.
Setelah dokter pergi.Woojin duduk dihadapan yena dan mulai mengintrogasi perempuan itu.
"Jelasin sama gue! maksud dokter itu tadi apa?"
Yena menggeleng lemah,dengan ekspresi woojin yang seperti ini cuman buat yena makin takut buat ngejelasin semuanya.
Woojin yang sadar akan itu kemudian menghela nafasnya berat sebelum terarah untuk mengulurkan tangannya dan mengelus surai hitam yena.
"Gue sahabat lo yen,lo harus jelasin semua ke gue."
Yena masih diam.
"Maafin gue yang udah gak becus jadi sahabat lo yen."
Yena masih diam.
"Gue janji gak akan terlibat dalam urusan lo tapi gue gak bisa janji kalau gak bantu lo."
Yena akhirnya sedikit mengangkat kepalanya dan menatap woojin samar-samar karena kini bulir bening itu berhasil lolos dari matanya.
"Gue hamil jin."
"Siapa?"
"Hah?"
"Siapa Ayah dari anak itu." Tunjuk woojin pada perut rata yena.
Yena menggeleng lemah.
"Lo gak perlu tau."
"Jihoon?"
Yena diam.
"JIHOON BRENGSEK! LIAT AJA GUE BAKAL BIKIN PERHITUNGAN SAMA TU ANAK!"
"Please jangan! lo cuma bakal nambah masalah jin,lagipula gue emang gak minta pertanggungjawaban dari dia.Gue cuman mau minta tolong sama lo jin,kalau jihoon nanyain tentang gue,bilang aja anaknya udah mati."
Woojin hanya bisa mengangguk dan menurut.
"Ju,lu ada liat yena gak?" Tanya jihoon ke minju yang sekarang lagi duduk sambil baca bukunya.
"Tumben nyariin? kan udah bosen main sama dia." Jawab Minju Sarkas.
Jihoon sebenarnya khawatir tentang yena karena tiga hari ini yena sama sekali gak keliatan di sekolah.
Jihoon bener-bener brengsek karena dia emang gak tau malu.
Padahal yang ngelukain yena waktu itu dia.Tapi kenapa dia malah datang dan mencari yena tanpa ada rasa bersalah sama sekali.
Minju sendiri sebenarnya gak tau yena sekarang dimana.Dia benar-benar khawatir bahkan orang tua yena pun sempat menelfonnya dan menanyakan keberadaan yena.
Tiba-tiba woojin datang menghampiri Jihoon dan minju.
"Kalau lu cari yena,lo harus berhenti karena sekarang yena udah mati sama bayi yang dia kandung."
Telatt Update... Lage...
Menurut kalian part ini gimana guys?