2

934 161 13
                                    

Kageyama menatap landasan pesawat dengan tatapan kosong.

Benar, dua tahun yang lalu laki-laki ini datang. Tanpa diundang, tanpa memberitahu perempuan yang ia sayang. Tak tahu kenapa, Kageyama tak mau [F/N] tahu. 

Ia tak bermaksud menguntit, sama sekali tidak. Laki-laki itu hanya mau memandang [F/N] untuk yang terakhir kalinya. Hati kecilnya mengatakan perempuan itu tak akan kembali dalam waktu yang dekat—secara harfiah, juga perasaannya belum tentu kembali pada Kageyama.

Beberapa menit yang lalu, Kageyama turun dari taksi yang ia tumpangi. Tangannya merapatkan sweater abu-abu yang ia gunakan, kepala menengok kesana-kemari mencari-cari yang belum pasti. Hingga iris biru lautnya membulat sempurna, mendapati orang yang ia cari ada di depan mata.

“Nggak ada yang ketinggalan?” tanya seorang laki-laki dengan nada lembut.

[F/N] tersenyum tipis, menggeleng pelan. “Kalaupun ada nanti minta antar Ayah aja.”

Laki-laki yang bersama [F/N] tersebut tahu-tahu merangkul bahu, bergumam tentang betapa dinginnya cuaca serta beberapa kali merapatkan tubuhnya dengan si perempuan.

Kageyama terdiam, hingga pesawat yang membawa kekasihnya itu pergi wajahnya terlihat pucat pasi. Bermenit-menit ia berdiri memandangi, mengasihani diri sendiri atas segala hal yang telah terjadi.

"Kenapa nggak dikejar?" tanya seorang laki-laki yang Kageyama kenal. Iris biru laut itu bertabrakan dengan iris hazel yang menatap tajam.

Oikawa tak berkata banyak setelah melihat Kageyama menunduk. Ia hanya menggerakan tangan kanannya keatas kepala orang yang lebih muda, menepuk-nepuk hingga diam-diam Kageyama terisak.

"Aku sangat menyayanginya."

Oh baby, watching you walk away
Why didn't I make you stay?

 heartache. | tobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang