1 》 y/n's pov 《

1K 169 3
                                    

So they say that
i didn’t know what i had in my life
until it’s gone


"Kok kayak yang nggak seneng gitu?" laki-laki bermarga Miya itu bertanya saat dirinya dan aku tengah berada didalam pesawat yang akan segera berangkat.

Aku bersyukur. Tersenyum tanpa beban, beberapa kali menghela nafas diikuti kekehan.  "Aku seneng kok. Semuanya berjalan lancar. Setiap perlombaan yang aku ikuti juga aku menangkan."

Saat pesawat lepas landas, Atsumu menggenggam tanganku kuat-kuat. Ia tahu betul aku sangat takut dengan guncangan sekecil apapun.

Teman kecilku ini sangat marah saat mengetahui Kageyama menamparku beberapa saat yang lalu, padahal yang Atsumu tahu hubunganku dan Kageyama sebelumnya berjalan baik-baik saja.

"Nanti disana baik-baik, aku nggak bisa nemenin kamu terus."

Aku lagi-lagi tersenyum, "tentu."

Enam bulan. Aku menjalani hari bersama Kageyama hanya enam bulan. Namun rasanya sakit sekali saat ia berkata secara tidak langsung bahwa aku tidak penting.

Mungkin sejak awal aku tidak seharusnya menerima laki-laki itu. Tidak seharusnya aku mengganggu Kageyama yang sangat ambisius dengan cita-citanya.

Seharusnya kubiarkan saja Kageyama menjalani hidupnya sebagaimana yang ia inginkan. Sebuah kebetulan yang sangat ketika ia langsung menyukaiku saat pertama kali kami bertemu.

"Jangan melamun," Atsumu lagi-lagi menegur, "lupakan saja yang sudah-sudah. Laki-laki itu bahkan nggak datang saat acara perpisahan dirumahmu kemarin. Pengecut."

Aku termangu, mungkin Kageyama sangat benci kepadaku? Karena membuatnya sedikit terganggu dengan setiap perlombaan yang ia tunggu-tunggu. Saat ia kalahpun aku malah membebani, tidak membantu sama sekali.

Memang, dari awal aku yang salah 'kan?

The truth is
that i knew you were the live
we never knew it would end.

 heartache. | tobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang