Atsumu menatap langit-langit ruang tamu dengan sorot mata sendu. Nafas ditarik panjang lau keluar dengan sebuah hentakan.
"Bangun." Saudara kembarnya menendang samping perut, "Ngalangin."
"Muter aja kenapa sih?" Atsumu berdecak, "Orang lagi galau juga."
"Pft." Cowok kalem itu menahan tawa, "Tunangannya batal."
"Bacot banget ya antum?!" Atsumu berdiri dengan tatapan marah, mengacak rambut seraya menatap kembarannya melas.
"Baru kali ini aku ditolak cewek."
Osamu mengangguk, "Waktunya ganti susuk."
"Goblok." Saudara yang lebih tua mendudukan diri diatas sofa, "Udahnya dia nanya 'Kak, kita masih temenan kan?' sorot matanya tulus banget anjir, makin nyesel aku pisah sama dia."
"Balikan lagi sama mantannya?"
"Iya." Atsumu lagi-lagi mengacak rambut, "Nyadar nggak sih 'Sam? [name] pinter banget baca perasaan orang lain sama dirinya sendiri. Dia lebih milih gambling putusin aku karena masih punya perasaan sama yang lain, katanya hubungan kita kedepan bakal nggak sehat kalau dipaksain terus."
Osamu bergumam, "Makannya kalian gak cocok. [name] dewasa, kamu enggak."
Pahit Atsumu telan bulat-bulat, "Dan dia mutusin aku sebelum nemuin mantannya. Bayangin, Sam. Dia ngambil resiko ditinggalin dua cowok demi nggak nyakitin aku."
Osamu mengendikan bahu, tak mau dilibatkan lebih jauh dengan urusan kakak kembarnya itu.
[]
"[name]-san."
"Hai, Wakatoshi!"
"Uhm." Alumni Shiratorizawa itu menunduk sopan, "Menonton Kageyama?"
"Iya," [name] menggenggam lengan buah hatinya. "Rei juga belum pernah menonton pertandingan ayahnya, nggak boleh ketinggalan."
"LOH KAGEYAMA? SUDAH MENIKAH?" Hoshiumi Kourai bertanya dengan nada antusias.
Hampir semua orang yang terlibat di pertandingan kali ini sudah mengenal satu sama lain semenjak SMA. Sebuah fakta yang mengejutkan, Tobio bahkan sempat misuh-misuh ketika tahu Hinata dan Atsumu berada pada tim yang sama. Menjadi lawannya pula. Tapi, ya. Tobio sendiri memiliki rekan sehebat Ushiwaka dan Hoshiumi yang dulu pernah mengalahkan sekolahnya.
Jadi, pertandingan kali ini benar-benar membawa antusias yang tinggi.
Setter jenius itu mengangguk pelan, "Iya. Sudah."
"Kapan? Dimana? Jahat sekali kau tidak mengundang!" Hoshiumi merengut, padahal dirinya merasa lumayan dekat dengan setiap anggota timnya. Tapi kenapa saat ada acara sebesar pernikahan, Tobio tak repot-repot mengundang?
"Kami mengundang teman-teman Karasuno saja." [name] tersenyum tipis. "Nanti acara ulang tahun Rei yang ke enam, Hoshiumi-san datang ya?"
Hoshiumi masih tampak ngedumel, namun mulutnya berkata iya secara singkat.
"Papa," Rei menarik ujung jersey sang ayah pelan. "Mau pipis."
[name] berlutut, menyamakan tinggi dengan sang buah hati. "Mau mama antar ke kamar mandi?"
"Memang mama boleh masuk ke kamar mandi laki-laki?"
"... enggak." Perempuan itu sedikit bingung dengan percakapan yang terjadi, tak mau ambil pusing, [name] melirik suaminya dengan gestur agar segera mengantar pergi.
Tobio dan Rei berjalan seraya saling berpegang tangan.
[]
"Kageyama? Ini seriusan anakmu?""Hm." Cowok itu menatap malas teman lamanya yang terlihat Antusias. "Hinata Boge, memangnya kau tidak pernah melihat anak kecil sebelumnya?"
Hinata mengabaikan pertanyaan retoris bernada sinis dari Tobio yang menatap bengis. "Lucu banget!"
Rei menatap bingung.
"Eh, bentar." Hinata tetiba mendekatkan diri dengan Kageyama Junior, "Kok lebih mirip Kak Atsumu ya?"
"Hah." Sang Setter menatap tajam, "Jangan pegang-pegang."
Tangan Hinata yang mengusap rambut Rei ditepis kasar, tepat setelah nama Atsumu keluar dari mulut bodohnya.
Tobio bete.
"Ah! Sakit!"
"Papa." Rei memanggil, mengadah pelan seraya menatap Tobio penasaran.
"Atsumu siapa?"
"Bukan. Bukan siapa-siapa."
"Aaaaah suaranya juga lucu bangeeeet!"
"Oi."
Tak jauh dari area kamar mandi, dibalik vending machine Miya Atsumu bersembunyi. Dadanya terasa sakit, senyum miring yang semula dipatri kini hilang ditelan bumi.
Setelah bertahun-tahun, laki-laki itu masih menaruh rasa. Masih sakit hati karena orang yang sama, masih mencinta walau tahu akhirnya tak akan membuahkan apa-apa.
"[name]...."
KAMU SEDANG MEMBACA
heartache. | tobio
FanfictionMenyenangkan 'kan? Memiliki seseorang yang mengerti diri. Mendengarkan saat dibutuhkan, memberi saran tanpa menggurui. Kamu disana apa kabar, Tobio? Apa kamu punya seseorang yang bisa dijadikan sandaran saat beban yang kamu punya sudah tak tertahan...