21 [PRESENT]

1K 142 66
                                    

So this is heartache?
So this is heartache?


"T-tunangan?"

"Iya."

"Sama siapa?"

"Atsumu."

"Nggak boleh!"

[F/N] menatap kaget mendapati suara Kageyama yang meninggi.

"Kok nggak boleh?!" Gadis itu dengan berani balas meneriaki. "Selama dua tahun ini kamu nggak pernah hubungi aku, egois! Kamu tahu berapa lama aku nunggu?!"

"Itu 'kan udah disebut dua tahun."

"Diem dulu! Aku lagi marah nih!"

Dari kejauhan, Hinata yang sedang berjalan hendak memanggil rekan satu timnya itu mendadak berhenti. Ia bersembunyi, ingin tahu apa yang tengah terjadi.

Kageyama menekuk kedua alisnya.

"Kamu kira aku nggak nunggu juga? Kamu pikir aku nggak pusing mikirin kamu tiap hari? Ngeliat kamu lari-lari di kepala aku kayak hachi yang nyari ibunya?!"

Analoginya jelek banget.

"Kamu 'kan sempet ketemu sama Kakak aku. Kenapa nggak minta kontak aku ke dia? Nggak ada usaha!"

"Nanti lagi berantemnya, aku ada tanding."

"Tuh kan. Ngatain aku nggak penting lagi."

"[F/N], pertandingan sekarang penting banget."

"Lebih penting dari aku yang mau tunangan?"

Kageyama menatap tajam. "Pokoknya kamu jangan kemana-mana."

"Gak."

"Ya terus ngapain dateng hah?!"

"Kageyama!"

Hinata berlindung dibalik pundak Tanaka dan Nishinoya, bersyukur kedua senpainya sangat bisa diandalkan dalam keadaan apapun.

"Ah, maaf. Apa pertandingan akan segera dimulai?" Netra biru mengalihkan tatap, atensi [F/N] ikut teralihkan.

"Bentar lagi!" Kata Nishinoya semangat.

Keduanya memasang air muka sangar, sampai tatapan jatuh kepada perempuan disamping sang adik kelas. Tanak dan Nishinoya ternyata sama-sama cemen menghadapi persoalan wanita, keduanya malah diam tak bersuara. Menatap [F/N] dan memuji dalam hati.

"Jangan kemana-mana." Kata Kageyama final.

[F/N] berdecak, "emangnya kalau aku kemana-mana kamu mau ngapain? Mau nampar aku lagi?"

"Oh? Mau ditampar lagi?"

"Tampar nih, tampar." [F/N] menunjuk pipi kanan, bekas tekanan keras di masa lalu pernah mendarat.

Kageyama menukik alis, saat gadis itu menatap kearah lain, Kageyama buru-buru bergerak maju. Mencuri sebuah ciuman tepat pada pipi yang setelahnya memerah lucu.

"Dah. Diem."

Punggung bernomer sembilan buru-buru menjauhkan diri, diikuti teriakan ricuh dari teman satu tim. Meninggalkan [F/N] yang memegani pipi seraya mengulum senyum tipis. 

》《

Kageyama sangat bersyukur dirinya memilih melanjutkan sekolah di SMU Karasuno. Dirinya banyak berubah, banyak menerima pelajaran yang tak akan ia dapatkan ditempat lain.

Kontrol emosinya juga semakin membaik. Buktinya, setelah mendaratkan ciuman singkat pada pipi gadis yang belakangan menghantui pikirannya, Kageyama tetap bisa fokus. Kakinya melangkah memasuki area pertandingan, otaknya langsung melupakan segala pemikiran yang tak akan digunakan.

 heartache. | tobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang