5

822 145 16
                                    

All this pain in the chest, my regrets
And things we never said, oh baby

"Telepon aja sih." Kak Tetsurou memandang khawatir.

"Kasih kata-kata penyemangat atau apa gitu, dikalahin kakak kelas sendiri nggak enak tahu."

"Aoba Johsai itu sekolah Kak Tooru?"

"Iya, si Oikawa-Oikawa itu. Kakak kelas kalian kan?"

"Iya."

Kak Tetsurou diam. Aku menimang-nimang merasa bimbang tak kunjung hilang.

"Nggak capek kamu nahan perasaan terus? Siapa tau dia ngerasain hal yang sama juga."

"Emang Kakak gaada denger dia deket sama cewek lain gitu?"

"Nggak." Kak Tetsurou menggaruk belakang kepalanya yang aku yakin tidak gatal sama sekali. "Karasuno punya dua manajer sih, yang satu imut yang satu dewi surga kayaknya cakep banget."

Aku tertawa ringan.

Kak Tetsurou menghela nafas. Berdiri seraya berjalan pergi. Jam dinding menunjukan pukul sembilan malam, rasa-rasanya laki-laki itu sudah tidur sejak satu jam yang lalu.

"Minggu depan Kakak ada Pelatihan. Shinzen, Fukurodani, Ubugawa, sama Karasuno juga ikut."

Aku menatap ragu, "aneh nggak sih kalau aku nemuin dia sekarang?"

"Nggak lah, aneh kenapa?"

"Habisnya udah hampir dua tahun kami nggak ketemu."

•••••••••••••

Kak Tetsurou menatap lembut, diam lama sebelum akhirnya membuka mulut. "Yakin nggak akan bareng?"

Aku mengetuk-ngetuk setir mobil dengan jari telunjuk, "enggak deh. Aku nanti aja."

"Oke," Kak Tetsurou mengendikan bahu. "Kalau ada apa-apa telfon aja, ya?"

Aku tersenyum tipis seraya mengangguk.

Setelah berpikir lama, keputusanku akhirnya ada juga. Aku tak mau, belum mau, menemui Tobio Kageyama.

Kenapa?

Aku masih takut.

Ya. Sebut saja pengecut. Nyatanya tamparan keras serta pertanyaan sarkas malam itu masih membekas.

So this is heartache?

Masih terbayang di kepala, masih terasa sesak di dada.

So this is heartache?

Aku akan menemuinya, tapi tidak sekarang. Kapan-kapan saja.

Waktu yang bagus? Mungkin saat timnya akan melawan Shiratorizawa. Aku akan datang. Kalaupun dirinya kalah dan bersikap seperti waktu itu, akan kutampar dan kuludahi sekalian.

Huft, merindukan orang yang sudah tak lama bertemu ternyata membuat pikiranku hiperbola.

Sore hari, setelah aku sampai di rumah dan memarkirkan mobil di garasi, tetiba ponselku dipenuhi notifikasi. Dari Kak Tetsurou, pop up menunjukan ia mengirim gambar.

Typingnya

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Typingnya....

Aku tersenyum

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Aku tersenyum. Benar kata Kak Tetsurou, salah tingkah memang benar-benar terjadi. Suruh siapa memasang ekspresi bingung yang menurutku menggemaskan itu?

Penyesalan mulai kembali menyapa, seharusnya meskipun dihadang jarak komunikasi bukan hal yang harus dihindari.

Kenapa tak coba kuhubungi saja dari waktu itu? Kenapa aku mengganti nomor telefon dan hanya karena sinyal indihome di rumah sangatlah bapuk? Ya, alasan kedua memang tak bisa dihindari.

Tiga huruf yang membuat sendu terkikis rindu. Satu kata yang sanggup membuatku tak tahan ingin bertemu.

Hai juga, Tobio. Bagaimana kabarmu?

 heartache. | tobioTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang