So this is heartache?
So this is heartache?
"[name], p-plis. D-dengerin aku."Kageyama mengerang keras, tangannya mengepal kuat-kuat dengan wajah yang tak bisa didefinisikan. perasaannya kalut, hatinya diselimuti rasa takut.
"Dengerin!"
"... jangan teriak?"
Laki-laki itu bergerak gelisah, menggeram dengan mata terpejam. Menggeleng-gelengkan kepala, menampar pipi dengan telapak sendiri.
"O-oke. Err, gini... aduh!"
[name] mengernyitkan dahi, "Kenapa?"
"I-itu!"
Tobio masih memejamkan mata, sungguhan takut dengan keadaan yang tengah menimpa. Kesempatan besar yang ada di depan mata, bisa saja hangus begitu saja kalau dirinya tak hati-hati dalam berkata.
"Tobio, tenang."
Bagaikan sebuah mantra, suara [name] yang memanggil nama membuat Tobio menghela nafas pelan. Lega, sedikit. Netra biru mulai membuka, bersiap menjelaskan semuanya yang dirasa beban selama beberapa tahun belakangan.
[]
Daichi mengecek ponselnya sesaat setelah Tim Karasuno mempersiapkan diri untuk kembali ke sekolah lagi. Satu notifikasi, Daichi tertawa dalam hati dan tersenyum dengan sendiri.
"Teletabis?" Celetuk Sugawara saat netra sayunya mengintip kepunyaan Daichi, "Grup apa?"
Sang Kapten mendengus geli, mengibaskan tangan di udara seakan jawaban dari pertanyaan yang dilemparkan berisi kekonyolan. "Biasa, kepala suku."
Sugawara bergumam kecil, "Kayak anak kecil aja nama grupnya."
"Kageyama belum balik?" Daichi memastikan, mendapat senyum serentak dari semua anggota tim. Well, hampir semua. Nishinoya dan Tanaka malah memasang wajah envy, serasa si setter muda bergerak melangkahi.
KAMU SEDANG MEMBACA
heartache. | tobio
FanficMenyenangkan 'kan? Memiliki seseorang yang mengerti diri. Mendengarkan saat dibutuhkan, memberi saran tanpa menggurui. Kamu disana apa kabar, Tobio? Apa kamu punya seseorang yang bisa dijadikan sandaran saat beban yang kamu punya sudah tak tertahan...