01 | Kebiasaan

3.4K 327 326
                                    


***

Ku tak seindah malaikat yang jatuh di bumi
Tapi ku akan selalu menjadi sayapmu
Meski aku tak sempurna, tapi aku milikmu
Kau sembuhkan semua, luka di jiwaku
Kau malaikat dihidupku
Kau peluk jiwaku
Ku kan selalu ada menemani setiap langkahmu
( Mikha Tambayong – Aku Milikmu )

***

“Gue harap lo akan selalu seperti ini, jangan pernah berubah. Karena, lo adalah salah satu orang yang terpenting dalam hidup gue,”
~  Lovely Ayla Putri ~

***

Kring.... Kring... Kring....

Suara alarm itu menganggu ketenangan tidurku pagi ini, aku langsung berusaha membuka mata, mengucek kedua mataku perlahan. Sial! Saat kumelihat ponselku ternyata sudah pukul 05.30 Wib.

“Mampus! Gue telat bangun, jam pelajaran pertama ulangan si guru killer lagi!” kataku langsung bangun, dengan cepat menuju kamar mandi.

Secepat kilat aku mandi, setelah itu aku bersiap-siap untuk berangkat ke sekolah. Tak lupa aku mengecek semua keperluan sekolah yang ada di tasku, tak ada yang boleh ketinggalan termasuk peralatan perangku. Senyumku merekah saat melihat peralatan itu sudah tertata rapi. Karena sudah siang, aku memakai sepatu sembari berjalan menuju ruang makan. Aku harus sarapan terlebih dahulu, di sana sudah ada Mama dan Kak Ray yang sudah duduk manis memakan nasi goreng buatan Mama.

“Pagi, Mah, Kak Ray,” Sapaku kepada dua orang yang sangat aku sayangi di dunia ini, mereka selalu mendukung apapun yang aku lakukan asal tidak bersifat negatif.

“Pagi Sayang, sarapan dulu, ya. Kamu tuh, ya, masa udah jam segini masih di rumah. Yang lain udah pada sampai sekolah,” ucap Mama kepadaku, aku hanya bisa tersenyum membalas perkataannya. Tanganku perlahan mengambil piring dan menyendok nasi goreng yang terlihat sangat enak dan mengugah seleraku itu.

“Vel, lo itu cewek, Dek. Kenapa penampilan lo selalu model kayak anak cowok nggak jelas gitu, sih?” kata Kak Ray melihat aku yang masih sibuk sarapan, aku hanya menatapnya sekilas. Aku sedang malas berdebat.

“Lovely Ayla Putri, lo dengerin omongin gue, nggak, sih?” kata Kak Ray mulai kesal melihatku terlalu fokus dengan makananku.

“Iya, Kak. Vely denger kok tenang aja. Kak Ray ‘kan tahu gue gimana? Ini gaya gue, Kak,” kataku menatap Kak Ray dengan santai. Setelah itu, aku yang sudah menghabiskan sarapanku langsung berjongkok di depan Mama. “Vely, berangkat sekolah dulu, ya? Vely janji bakalan pulang cepet kalau kerjaan Vely di restoran udah selesai,” kataku sembari mencium punggung tangan Mama.

“Hati-hati, ya, Sayang. Mama nggak apa-apa kok sendirian di rumah,” kata Mama tersenyum kepadaku, aku jujur tidak tega meninggalkan Mama dengan keadaannya yang sekarang. Mama tidak seperti dulu lagi, sekarang dia sehari-hari menggunakan kursi roda. Karena beberapa tahun yang lalu, Mama mengalami kecelakaan.

“Iya, Mah. Assalamua’alaikum.. Kak Ray, Vely berangkat dulu, ya? Dadah...” kataku sembari melambaikan tangan meninggalkan Mama dan Kak Ray.

Aku berlari menuju halaman, di sana sudah terparkir kendaraan kesayanganku, si Venyu – Vespa Unyu. Itulah nama yang aku berikan kepada vespa yang selalu menemaniku itu.

Letter in Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang