27 | Kesedihan

750 94 61
                                    

3 Part menuju ending....

Kalian siap?

Jangan lupa klik tombol bintang di sebelah kiri bawah ya...



***

Ijen oerowondo seulpeodo uljineuma

Maleopsi neol anajulge neoui yaegil deureojulge

Dorabwa naega isseulge niga

Heullinnunmul modu dakkajulge

Neoui oeroumdo

( Yoon Mi Rae - I'll Listen To What You Have To Say )

***

Kesedihan itu terkadang membuat kita lemah. Namun, kita berusaha menjalani semuanya dengan ikhlas. Maka, kita akan merasakan sebuah hal yang bisa membuat kita mengerti artinya hidup.

***

"Please, buruan! Gue nggak mau sampai terlambat sampai rumah sakit, Kak," kataku, dengan air mata yang sudah menetes sangat deras.

"Oke," Kak Rigel mengelus kepalaku. Membuat jantungku berdetak lebih kencang. Setiap merasakan sentuhan cowok itu, selalu membuatku ada keanehan yang hatiku rasakan.

Jangan hilangkan dia

Aku hanya bisa diam memperhatikan jalanan dari kaca mobil Kak Rigel. Hatiku sekarang campur aduk. Tidak tenang, pikiranku bercabang. Rasanya ingin pecah, kenapa semua masalah datang di saat yang tidak tepat. Aku tak mampu menghindar. Walaupun ingin, namun aku sudah tak bisa melangkah menjauhi masalah yang silh berganti datang. Haruskah aku menghadapi semua ini. Jawabannya mungkin iya. Kesedihan selalu menyertai kehidupanku. Aku tak mungkin menyalahkan takdir, karena itu sudah tertulis tanpa aku bisa menghindar. Hanya waktu yang bisa membantuku untuk menjalani semua ini.

"Siapa tadi yang telepon lo? Kok lo buru-buru banget pengen ke rumah sakit?" tanya Kak Rigel, dia mencoba mencairkan suasana. Tetapi, justru semakin membuatku kesal. Dikeadaan yang genting seperti ini, dia masih saja menanyakan hal yang hal seperti itu.

"Rio semakin kritis, gue harus sampai sana secepatnya. Harusnya gue nggak ikut Kakak pergi tadi!" kataku, meninggikan suara.

"Kok, lo nyalahin gue, sih? Gue cuma pengen ngehibur lo! Oke, kalau lo nyalahin gue terus, setelah ini gue bakalan pergi." Kak Rigel menatapku tajam. Dia terlihat serius dengan ucapannya itu.

Entah kenapa, hatiku merasa kecewa dengan perkataan Kak Rigel. Ada rasa yang membrontak, tak ingin cowok itu benar-benar menjauhiku. Akan tetapi, bukannya itu lebih baik daripada aku harus semakin mendapat masalah bila dekat Kakak kelasku itu. Karena, kami memang bersaudara. Aku tak boleh mengharapkannya lagi. Apakah aku sudah jatuh cinta dengan Kak Rigel? Aku selalu berusaha menyangkal, namun itu tidak ada gunannya karena rasa itu semakin kuat. Aku hanya butuh mengingat kalau diantara kami ada status yang tak bisa menyatukan rasa aneh itu.

***

Sesampai di rumah sakit, aku langsung memeluk Mama Rio. Beliau sangat terlihat sedih, aku bisa merasakan itu. Sebagai seorang Ibu, pasti sangat terpukul melihat anaknya terbaring lemah. Harus berjuang melawan penyakit Leukimia yang sampai sekarang sangat susah disembuhkan. Mungkin hanya keajaiban yang bisa membuat sahabatku itu sadar.

Letter in Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang