21 | Kejutan

810 104 28
                                    

***

Perasaan ini takkan pernah aku mengerti

Sejenak khilafku lupakan dia yang miliki diriku

Seandainya cinta ini, tak pernah terjadi

Takkan air mata, dan hati perih terluka

( Ari lasso – Seandainya )

***

Kejutan tak selamanya berupa hal manis, namun bisa saja hal yang bisa membuat kita sakit.

***






Pagi-pagi aku sudah sampai di sekolah. Tujuanku sekarang adalah, perpustakaan. Aku ingin menikmati suasana tenang. Karena, pikiranku sekarang dipenuhi banyak hal yang harus aku temukan jawabannya.

Bukannya membaca buku pelajaran, aku justru fokus membaca novel yang berjudul "Saga" karya PitSansi, itu mencerita kisah remaja penuh dengan teka-teki. Ada rasa penasaran yang membuatku tertarik untuk membaca novel itu, aku berpikir mungkin bisa belajar memecahkan rahasia setelah membaca ceritanya. Dan, sepertinya benar. Aku sekarang mulai bisa mencerna maksud teka-teki di novel itu. Membuatku berpikir aku harus menemukan siapa pelaku yang sering pengirimiku surat misterius.

Cukup lama aku di sana, hingga bel masuk berbunyi. Aku berlari tergesa-gesa menuju kelasku yang ada di lantai 1. Tanpa sengaja aku menabrak seseorang yang langsung kesal kepadaku.

"Kalau jalan pakai mata dong, kerjaan lo emang cuma bisa ngerjain orang!" kata orang itu, aku hanya diam menatapnya. Entah kenapa, lagi-lagi tak bisa marah kepadanya.

"Maaf, gue nggak sengaja Kak Mensa," kataku, langsung meninggalkan Kakak kelasku itu. Melihat Kak Mensa, aku kembali teringat kejadian di mana dia memeluk Kak Rigel di taman belakang sekolah.

Di depan lift, aku bertemu dengan gadis yang memfavoritkan coklat. Senyumnya langsung terbit, seraya meledekku. Aku tahu, gadis itu tak pernah menyukai karena aku sering mengerjainya.

"Hai, Adik kelas jail. Habis dari mana, nih? Nyariin Ogel, ya? Sayangnya lo nggak ketemu dia, kan? Kasian banget, sih," kata Kak Widy.

"Gue nggak nyari Kak Rigel, kok. Gue habis dari perpustakaan, oh... ya, Kak. Coba lihat deh di bahu Kakak," kataku berusaha tersenyum lalu secepat mungkin masuk ke dalam kotak besi yang menghubungkan lantai satu dengan lainnya.

"Vely!" teriak Kak Widy, aku bisa melihat dia sangat kesal kepadaku. Siapa suruh meledekku terus menerus. Itulah akibatnya, mungkin bukan hal yang besar. Tapi itu udah cukup membuatku puas, melihat seragam Kak Widy terkena permen karet yang baru saja aku makan.

***

Di kelas, aku masih memikirkan siapa pengirim surat misterius itu. Sampai saat ini, aku belum bisa menentukan pelakunya. Banyak yang aku curigai, wajar aja karena aku belum menemukan bukti yang kuat. Tulisan di surat itu, hampir semua mempunyai motif yang sama. Kecuali, tulisan dari Papa. Aku belum mengeceknya, karena aku malas berurusan dengan laki-laki itu.

"Lo kayak banyak pikiran, Vel? Cerita dong sama kita," kata Senja, dia memang sangat peka dengan perasaanku.

"Iya, Vel. Jangan dipendam sendiri, nanti bisa jadi bom yang siap meledak. Kan bahaya kalau begitu," kata Starla, tersenyum dan membuat lelucon yang tidak lucu sama sekali.

Aku menggeleng, karena belum bisa memberitahu mereka tentang surat misterius yang aku dapat. Biarlah sekarang hanya aku yang tahu, mencari tahu sendiri dulu. Karena, aku tak mau merepotkan orang terdekatku.

Letter in Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang