03 | Kemampuan

1.8K 215 299
                                    


Ada rasa yang tak biasa,
yang mulai kurasa.
Yang entah mengapa,
mungkinkah ini pertanda aku jatuh cinta.
Cintaku yang pertama.

( Mikha Tambayong - Cinta Pertama)

***



Kita perlu menunjukan kemampuan yang kita miliki, agar orang tidak bisa merendahkan apa yang bisa kita lakukan.
~ Letter In Love ~

***


Aku sekarang berada di ruang ekstrakurikuler Jurnalistik. Entah kenapa, tiba-tiba ada yang memanggilku dipanggil kesana. Aku yakin ada sesuatu yang penting.

"Lo Lovely kelas X AP 1, kan? Gue punya tugas penting buat lo," kata Kakak kelas cewek yang aku tahu ketua ekstrakurikuler Jurnalistik.

Aku mengangguk, "Iya, Kak. Tugas apa yang harus gue lakuin?" aku menatap bingung ke arah cewek itu.

"Gue pengen lo cari info tentang tips sukses dari Ketua OSIS Rising Star, dia itu anaknya pintar banget. Juara kelas, jago musik, jago basket dan orangtuanya juga sukses," kata Kak Musca.

"Namanya siapa, Kak?" kataku penasaran siapa nama Ketua OSIS yang dimaksud Kak Musca.

"Lo selama ini ngapain di sekolah ini, Lovely! Masa nama Ketos sekolah aja nggak tahu, sih!" kata Kak Musca terlihat kesal, aku memang tak mengetahui hal-hal seperti itu.

"Gue belajar Kak di sini, gue bukan mau stalking kehidupan orang. Jadi gue mana pernah tahu soal Ketos sekolah ini. Nggak penting juga buat gue," kataku yang sudah kesal dengan Kak Musca yang seperti merendahkanku. Kalau saja, dia bukan seniorku di sini. Sudah pasti aku kerjain dia sekarang juga dengan mengeluarkan si putih aku taruh di rambutnya yang terurai panjang itu.

"Nama Ketos Sekolah kita itu Rigel Oceano Putra. Dan sekarang jadi tugas lo cari tahu semua info tentang Rigel, Lovely!" kata Kak Musca.

"Ish.... Kenapa nggak ngeliput orang lain aja, sih? Misalnya ; Sammy, Shawn, atau Afgan aja sekalian. Itu lebih bagus daripada ngeliput orang yang nggak gue kenal, Kak," kataku semakin kesal dengan tingkah Kak Musca yang sok berkuasa dengan jabatannya sebagai Ketua Jurnalistik.

"Kalau lo nggak mau nggak masalah, kok. Padahal itu tugas penting, lo bisa dapat uang dan yang pasti beasiswa lo bakalan bisa bertahan sampai lulus," kata Kak Musca.

Mendengar kata itu, aku langsung berpikir ulang. Aku Tak mau menyia-nyiakan kesempatan emas yang mungkin hanya datang satu kali.

"Gimana? Lo mau nolak kesempatan bagus ini?" kata Kak Musca, aku yang awalnya ingin menolak sekarang tidak bisa berkutik dengan penawarannya.

"Oke, gue setuju. Tugas gue cuma jadiin dia narasumber doang, kan? Cari tahu semua hal tentang cowok itu, siapa tadi namanya, Kak? Bekal, Behel, Begal, Regal atau siapa tadi?" kataku mencoba mengingat nama Ketua OSIS SMK Rising Star.

"Rigel, Vel. Rigel Oceano Putra, lo selama ini hidup di hutan atau di luar angkasa, sih!" kata Kak Musca mendengkus kesal menatapku. Aku hanya pura-pura tak mengetahui itu.

"Oke, semua aman kalau gue yang tanganin, Kak. Santai aja, Oke?" kataku sembari tersenyum penuh semangat, padahal aku sejujurnya malas mencari tahu informasi tentang orang yang belum aku kenal.

"Deal!" Kak Musca mengajakku bersalaman seraya melakukan perjanjian.

"Deal!" kataku semangat, aku melakukan itu demi masa depan.

***

Aku sekarang berjalan menuju ruang OSIS, tapi tiba-tiba aku mendengar suara musik dari salah satu ruangan yang aku lewati. Ruang musik, aku berhenti tepat di depan pintu ruangan itu. Aku terdiam melihat ke arah orang yang sedang duduk, gadis itu sedang bernyanyi sembari memainkan piano. Seketika aku menjadi teringat dengan sebuah kejadian yang berhubungan dengan masa laluku tentang piano.

Letter in Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang