15 | Kecurigaan

915 115 194
                                    

***

Berdebar rasa hatiku saat didekat dirinya.

Aku cinta dia, dia, dia, dia, dia

Aku jatuh cinta, pada dirinya.

Indahnya hari-hariku jadi berwarna.

Akankah dia merasakan cinta yang sama.

Tuhan tolonglah diriku, jadikan aku miliknya.

Ini hatiku berkata,

Dia, dia, dia

( Putri Ayu - Cinta Dia )

***

Sebuah kecurigaan harus dilandasi adanya bukti yang kuat. Agar semua semakin jelas, dan terbukti kebenarannya.

~ Lovely Ayla Putri ~

***

Mendengar kata "PC" membuatku terdiam sejenak. Otakku sekarang berusaha mencerna kata itu.

"PC? Itu.... " kataku, kedua sahabatku langsung memandangiku, mereka seperti penasaran dengan apa yang akan keluar dari mulutku. Secepat mungkin, aku berusaha mengalihkan pembicaraan.

"PC itu apa, Vel?" tanya Starla, aku tersenyum,"hm... bukan apa-apa, La. aku cuma lagi keinget sama salah satu member boyband korea itu lho yang namanya Park Chanyeol," kataku, sembari tertawa.

Aku terdiam memikirkan sesuatu, Apa mungkin pengirim surat itu Bu Nada, ya? Kemungkinan memang iya, sih. Soalnya isi surat itu, kan, selalu berisi puisi penyemangat. Bu Nada jago bikin puisi, tapi apa tujuan beliau mengirim surat misterius itu ke gue?

"Kirain apaan, Vel. Lo tahu juga soal cogan korea?" tanya Starla, dia memandangi penasaran kepadaku. Aku memang jarang sekali mengetahui soal sebuah info apalagi ini tentang boyband korea.

"Biasa aja, La. Siapa tahu sekarang sahabat kita yang satu ini udah nggak kudet lagi. Iya, nggak, Vel?" kata Senja tersenyum kepadaku.

"Iyain, deh, biar kalian seneng. Gue, kan, sekarang udah nggak kudet lagi lho," kataku percaya diri, senyum terukir dari bibirku.

"Iyain, kalau gitu mending kita pulang aja, deh, Vel. Soalnya udah malam juga, nih," kata Starla.

"Iya, Vel. Kita pulang, ya, bye," kata Senja, aku sadari memang sudah malam. Jadi, wajar saja mereka berpamitan.

"Hati-hati di jalan, ya, kalian," kataku, mereka tersenyum sembari keluar dari rumahku. Aku melambaikan tangan, mereka membalasnya.

***

Keesokan harinya. Pagi-pagi aku sudah sampai di sekolah, tanpa sengaja aku berjalan melewati kelas Tata Boga. Aku mendengar percakapan meraka.

"Aku mengagumimu seperti matahari yang menyinari bumi, tapi apakah kamu mengetahui itu?" kata Kak Aura, kakak kelasku sekaligus teman Kak Mensa.

Aku melihat dia membaca sebuah kata yang aku yakini itu, adalah sebuah puisi. Aku berhenti sejenak.

"Lo bikin puisi itu pasti buat Rigel, kan, Sa? Lo beneran friendzone sama Ketua OSIS itu?" kata Kak Mauren, dia seperti meledek Kak Mensa.

"Kalian apaan, sih? Gue cuma iseng bikin puisi itu, kok," kata Kak Mensa. Aku melihat ada rona kemerahan di wajah Kak Mensa. Dia malu dan salah tingkah. Mungkin benar, Kak Mensa menyukai Kak Rigel.

Letter in Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang