22 | Kekecewaan

834 96 43
                                    

***

Hingga diakhir cerita, kau berikan ku sebuah rasa

Maafkanlah kutak bisa

Nanti kau mengerti ini

Salahkah aku bila kupilih tuk pergi

Tak ingin menyakiti dirimu dirinya

Biarkan waktu yang jawab, mengapa ini terjadi

Kan kupilih semua yang terbaik tuk kita

( Athalla Naufal – Salahkah aku )

***

Rasa kecewa membuatku harus menjauhimu. Itu tak mudah untukku, namun aku harus melakukan itu karena aku belum bisa berdamai dengan masa lalu.

***











Aku sekarang berada di kamar. Entah kenapa sedari tadi, air mataku tak mau berhenti menetes dari mataku. Pikiranku terus teringat dengan kejadian di Cafe, mengingat itu membuat dadaku terasa sesak. Semuanya benar-benar menyakitkan, kenapa aku tidak bisa melupakan hal yang tak pantas aku ingat. Aku terlambat, harusnya aku bisa mencegah rasa yang justru sekarang membuatku kecewa. Tak seharusnya aku mengenal sosok Kak Rigel. Yang sekarang membuka luka masa laluku kembali.

"Pantes aja dari awal dia udah manggil gue, Love. Ternyata dia adalah, anak Papa dari wanita lain itu. Gue kira anak lain Papa hanyalah Dimas, ternyata salah," Aku bingung harus berbuat apa sekarang, tak mungkin memendam rasa sedih dan kecewaku sendirian.

Langkah kakiku sekarang menuju ke kamar sebelah. Kamar Kak Ray. Dan, aku langsung memeluk Kak Ray yang baru saja pulang kerja." Kak Ray menatapku bingung, namun dia mengelus rambutku. Dia tahu, kalau aku sedang sedih,"Kok, lo nangis, sih?"

"Kenapa gue harus bertemu dengan orang yang berurusan masa lalu kelam keluarga kita, Kak? Padahal, gue udah selalu menghindari apapun yang berhubungan dengan laki-laki itu. Tapi, sekarang gue dekat dengan anaknya. Bahkan, gue udah mulai merasakan hal yang bisa membuat hatiku nyaman bersama," Aku berbicara panjang lebar menjelaskan, sembari terisak di pelukan Kak Ray.

"Ini berhubungan dengan Papa? Lo harus tenang dulu, semua masalah ada jalan keluarnya. Mungkin takdir mempertemukan lo sama dia, sekuat apapun lo berusaha menolak. Pada akhirnya, kalian bakalan ketemu cepat atau lambat. Harusnya lo dari dulu nggak usah terlalu membernci Papa, karena kebencian akan membawa sebuah kesedihan dan kekecewaan," kata Kak Ray, aku menatapnya. Mencoba menghapus air mataku, walaupun masih menetes dengan deras di pipiku.

"Tapi kenapa harus dia, Kak? Kenapa dia harus berhubungan dengan Papa?! Kenapa?!" kataku, meninggikan suara. Aku kecewa, dengan keadaan yang membuatku semakin tak jelas.

"Sekarang kalau lo nggak bisa berdamai dengan apa yang berhubungan dengan masa lalu, jauhi dia. Mungkin itu jalan yang terbaik, biar hati lo nggak semakin sakit." Kak Ray lagi-lagi mengelus kepala, mencoba menenangkanku. Dia memang sosok Kakak yang selalu menasehatiku. Memberi solusi terbaik untukku.

"Iya, Kak. Gue bakalan ngelakuin itu, walaupun nggak mudah tapi gue yakin bisa!" kataku, sembari menyemangati diri sendiri.

"Udah malam, Dek. Tidur, gih," kata Kak Ray, aku menoleh mencoba tersenyum kepadanya. Suasana hatiku sekarang sudah mulai merasa tenang,"Makasih, Kak,"

Letter in Love [COMPLETED] Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang