Rabu 06-05-19
Tuhan trimakasih untuk hari ini. Tanpa takdirmu mungkin aku tidak akan berteman baik dengan Renjun dan juga Mark. Tuhan hari ini aku bahagia. Bahagia karena teman temanku bisa mengungkapkan masa lalu yang mereka pendam selama belasan tahun. Aku harap, aku juga bisa mempunyai hati tulus seperti mereka. Hati yang tak pernah membenci orang lain.
Sudut bibirnya terangkat, mata indah sangat nampak diwajahnya. Hati bahagia saat matanya melihat tulisan indah dari sang empu. Kini ia merasa seperti kembali ke masa lalu.
Drrrt..
Mata yang awalnya memandang buku kini teralihkan kepada benda persegi panjang. Terlihatlah nama 'nyokap' yang memenuhi layar handphonenya.
"Ya ada apa ma?," pria itu mengangkat alisnya satu, bingung karena tak ada reaksi apa pun.
"Halo mah? Mah?,"ucapnya gelisah.
"Halo,"jawab sang empu. Pria itu bisa bernafas lega, kekhawatirannya bisa mereda saat mendengar suara balasan ibunya.
"Kamu dimana nak? Mamah khawatir soalnya udah jam 12 kamu belum juga pulang,"Taeyong melihat arloji yang ada ditangannya, sekarang menunjukkan pukul 24:00.
"Hmm Taeyong ada urusan mah. Bentar lagi Taeyong pulang kok,"ucap Taeyong bohong.
"Yaudah mamah tunggu. Cepet pulang ya nak,"telfon dimatikan secara sepihak.
Jujur Taeyong merasa kecewa saat dirinya berbohong kepada ibunya. Tapi Taeyong harus melakukan ini. Rasa rindunya tak bisa dia tahan. Setiap kali dia ingin ke tempat ini, pasti ibunya mengganti topik pembicaraan.
Entahlah apa yang dipikirkan ibunya, Taeyong hanya ingin mengulang masa lalunya bersama orang yang dia sayang.
Matanya teralihkan saat Taeyong melihat foto yang ada di depannya. Tangannya meraih foto itu lalu meniup debu debu yang menghalangi penglihatannya.
Senyumnya mengembang saat terlihat dirinya dan seorang gadis yang sedang tersenyum bahagia.
"Kau sangat cantik kalau tersenyum seperti ini,"telapak tangannya mengusap kaca yang dipenuhi debu.
Air mata yang dia bendung akhirnya jatuh perlahan lahan. Foto itu dipeluk olehnya dengan erat, kenapa masa lalu begitu sangat menyakitkan.
Otaknya kembali mengingat semua kenangan yang dia bangun bersama wanita itu.
Senyumnya, tawanya, dan tangisnya, Taeyong mau mendengar semua itu, dia sangat rindu.
Kepalanya mendongak ke atas, "Haruskah aku merasakam sesakit ini?, Tuhann,"nafas seakan terperangkap didalam dadanya yang membuat dirinya sulit untuk bernafas.
"Tuhan kenapa kau tak mengizinkan dia untuk selau ada di sampingku? Aku tak bisa hidup tanpannya tuhan, tolonglah mengerti," foto itu semakin erat berada dipelukannnya, seakan dia sedang memeluk wanita itu.
Air mata diusapnya. Mata merah serta jejak kesedihan sangat nampak diwajahnya. Pria itu mengambil buku dan foto. Rasanya sangat berat untuk meninggalkan tempat ini namun, dia harus pulang karena ibunya sudah mengkhawatirkan dirinya yang belum kembali.
KAMU SEDANG MEMBACA
EveryLasting | Taeyong
Любовные романы[Masih dalam tahap Revisi] "Rose izinin gue buat mewujudkan impian gue. Gue mohon Rose." Rose menutup matanya, "Yong." "Gue mohon Rose. Maaf kalau gue egois, tapi gue gak bisa tahan lagi sama hati gue." Aku, Rose tak pernah berharap akan mencintai s...