Part 9

410 63 2
                                    

Hari yang ditunggu tunggu sejak 3 bulan akhirnya tiba, saat ini Rose sedang mengerjakan beberapa soal yang menurutnya sulit. Meskipun sulit dia tetap harus mengerjakannya,

Karena Rose ingin menunjukkan ke papahnya bahwa dia mampu disanjung daripada kakak tirinya yang sering mendapat pujian.

Rose lebih pantas disayangi papahnya daripada adik tirinya yang centil dan manja itu.

Rose juga ingin menunjukkan kemampuannya kepada mamah tirinya bahwa sebenarnya Rose tidak lemah, tidak mudah disakiti, dan tidak mudah dipandang sebelah mata olehnya.

Hari ini, menjadi saksi bisu bahwa Rose akan mewujudkan harapan harapannya lewat tulisan rumus di lembaran kertas putih.

.........

"Saya ucapkan Selamat kepada ananda Lilia Rose dari sekolah Harapan 2 telah menjadi juara satu olimpiade IPA tahun ini,"ucap seorang pria berumur 40 tahun.

Tubuh Rose menegang, masih tidak menyangka dengan apa yang barusan dia dengar.

Apakah benar dia yang menjadi juaranya?, apakah benar tuhan mendengar doanya?, dan apakah benar semua harapan Rose terkabul?.

Seketika bom yang ada dihati Rose meledak begitu saja tanpa adanya aba aba.

Pak Surya membuyarkan lamunan Rose dan menyuruhnya untuk membuntuti dari belakang, Rose menuruti perintahnya.

Gurunya itu menuntun Rose sampai ujung panggung, Rose menaiki setiap anak tangga berdiri mensejajarkan dengan yang lain.

"Selamat ya nak,"kepala Rose diusap, Rose menyalimi tangan Pak Galih yang sekarang menjabat sebagai walikota Jakarta.

"Makasih pak,"balas Rose dengan ramah.

Rose tersenyum saat pak Surya mulai mengambil beberapa foto untuk dijadikan dokumentasi.

Semua siswa yang ada di panggung perlahan lahan mulai turun ke bawah, Rose menghampiri pak Surya yang sedang tersenyum lebar kearahnya.

"Selamat ya Rose usaha kamu selama ini tidak sia sia,"Rose tersenyum dan mengangguk.

"Habis ini kita pulang kan pak?," Pak Surya mengangguk.

"Tapi kita disuruh kepala sekolah untuk kembali ke sekolah, baru setelah itu kamu boleh pulang,"Rose mengangguk dan mengerti apa yang diucapkan gurunya.

Saat Rose ingin keluar dari lokasinya sekarang, tiba tiba saja handphonenya bergetar.

Rose melihat siapa yang menelefon. Dia menaikkan alisnya satu, bingung siapa yang menelepon dirinya karena hanya tertera nomor tanpa nama.

"Bapak duluan aja, saya nanti nyusul,"pak Surya mengangguk.

Rose menjawab panggilan itu, pertama kali yang dia dengar adalah suara panik dari seorang wanita.

"Halo..?,"

"Halo, ini dengan Rose, anaknya Jiun?,"ucapnya dengan gelisah.

"I-iya, saya sendiri, ada apa ya?,"tanya Rose.

"Saya teman ibu kamu, tadi ibu kamu sempat pingsan di kantor, Sekarang sudah di rumah sakit,"Rose menggenggam hanphonenya kuat kuat agar tidak jatuh dari tangannya.

"Rumah sakit mana?,"ucap Rose tak kalah panik.

"Rumah sakit kasih sayang, kamu cepat datang kesini ada yang mau saya bicarakan," Rose buru buru mematikan telfonnya dan memasukkannya ke dalam kantung celana.

To : pak Surya

'Pak Surya saya minta maaf saya tidak bisa ikut bapak ke sekolah karena ada keperluan mendadak'

EveryLasting | TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang