Part 14

299 42 0
                                    

-Rose pov-

"Jun, maaf ya kalau kamu jadi khawatirin aku,"

"Itu udah tugas gue jadi sahabat lo Rose, lagian keputusan lo itu bener"

"Makasih ya Jun"

"Santai"
"Rose"

"Hm?"

" gue cuman mau bilang kalau gue bahagia banget bisa berteman sama lo"

"Hah?"

"Gue bisa belajar banyak dari hidup lo, makasih ya"

"Apaan sih Jun"

"Gue bahagia kalau lo bahagia, karena tawa lo tawa gue juga"

"Ngaco, udah ah tambah halu omongan kamu"
"Udah ya aku tutup byee"

"Yaelah lagi ngomong malah disuruh udahan gimananya sih"

"Lagian ucapan kamu tuh kemana mana, daripada tambah ngaco mending udahan. lagian aku ngantuk banget, udah ya byeeeee"

"T-tap-"

Aku mematikan telfon secara sepihak. Mataku melihat bintang yang berada di kegelapan malam, aku tersenyum dan melambaikan tangan ke arahnya.

Hari ini serta kemarin sudah kulewati dengan suka maupun duka. Aku masih ingat bagaiman cara keluarga itu memperlakukanku layaknya binatang peliharaan.

Mereka tidak sungkan sungkan untuk menyiksaku tanpa ampun, mereka juga pernah memberikan makanan bekas kucing untukku. Mata merah serta teriakan mereka seketika terngiang di kepalku.

Aku menutup telinga dengan kedua tangan. Sudah cukup, aku tak mau mengingat masa itu, sudah cukup aku mengalami masa berat itu. Aku lelah, aku sama seperti mereka, sama sama mempunyai hati dan perasaan.

Tidak bisakah aku bahagia seperti mereka? Seperti gadis remaja lainnya? Apakah aku tidak bisa?.

Satu bulir air mata mengalir di pipiku, kupejamkan mata cukup lama. Ayo bangun pasti ini mimpi ayo bangun! Aku tak mau seperti ini.

Kenapa disaat mereka berkumpul bersama aku hanya bisa menangis di balik dinginnya tembok?. Seakan tawa bahagia mereka telah menarik tawaku dan merubahnya menjadi tangisan. Berkumpul, memberikan kehangatan, dan rasa kasih sayang satu sama lain. Mereka begitu tampak bahagia, jika mereka bahagia aku juga harus bahagia.

Andaikan ibu disini, pasti aku tidak sendiri. Ibu akan mengelus kepalaku dan tersenyum lebar kearahku. Haha aku sudah gila, ingatlah kalau aku dan ibu sudah beda alam, mana mungkin ibu bisa melakukan hal itu lagi untukku.

Ku tatap bintang bersinar dari atas sana, senyumku mengembang kala mata ini membayangkan bintang itu adalah ibu, tanganku melayang di udara bebas mengusap bintang itu dengan perlahan.

"Doakan Rose untuk selalu kuat ya bu, Rose sayang ibu,"

-Rose pov end-

Untuk malam ini, aku hanya sedikit meluapkan emosiku di dinginnya malam.

Terimakasih bulan atas kerja kerasmu yang bisa memunculkan bintang untuk ditatap begitu indah, terimakasih untukmu bintang yang membuat hati ini bahagia, dan terimakasih untuk langit karena sudah menyajikan latar hitam yang indah untuk dilukis dalam cerita.

EveryLasting | TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang