Part 7

507 67 0
                                    

Aroma coffe menusuk tulang hidung milik Rose, dia sangat suka aroma ini. Bola matanya mengitari lukisan lukisan yang terpajang di dinding cafe.

Rose berjalan mengikuti pak Surya untuk mencari tempat duduk. Guru itu memilih tempat yang berangka 17, sama seperti tanggal lahirnya.

Mereka duduk saling berhadapan, Rose sempat merasa canggung. Bagaimana tidak canggung jika yang ada di hadapannya ini adalah pria tampan.

"Gimana, sukak gak sama tempatnya?,"Rose mengangguk antusias.

Jujur, dia sangat suka sekali dengan tempat yang dipilih pak Surya, yaitu yang Bernuansa klasik dan aestetic.

"Sukak banget pak, rasanya mau bawa pulang deh lukisan lukisannya,"ujung bibir pak Surya naik, yang menampakkan sedikit gigi depannya.

Ya tuhan, tampan sekali guruku ini...-batin.

"Nanti kalau kamu ambil semua lukisan disini, nanti cafenya jadi sepi,"Rose sedikit tertawa.

Lumayanlah pak Surya bisa membuat moodnya semakin membaik. karena sepertinya tadi asap tebal di atas kepalanya sudah mencapai tingkat dewa.

Pak Surya mengangkat tangannya mengisyaratkan meminta daftar menu yang ada di cafe. Tak lama pelayan yang memakai baju coklat tua datang menghampiri mereka.

Dia memberikan dua buah buku menu. Rose membulatkan mata tat kala melihat harga yang tertera di daftar. Gila gak sih! Jika harga termurah menu di cafe ini adalah 70ribu.

Rose kembali meletakkan buku itu. Pak Surya yang melihat prubahan mimik wajah Rose merasa heran. Namun, dia adalah orang yang super duper peka dalam hal apapun.

"Udah pesan saja, saya yang bayar. Lagi pula saya yang mengajak kamu untuk makan disini,"Rose tak percaya dengan ucapan yang baru dia dengar.

Apakah ini serius?, benerkah dia ditraktir?, suatu keanugrahan yang sangat sangat Rose tunggu.

Asik uang jajan tidak berkurang hari ini, aman-batin.

Pelayan itu siap mencatat saat pak Surya menatap buku menu sambil mengucapkan pesanannya.

"Saya pesan americano 1, strawberry milk tea 1, dan pizza yang medium 2,"Pelayan itu kembali mengucapkan kembali pesanan yang tadi dia tulis.

Pak Surya menganggukan setiap kata yang pelayan itu sebutkan lalu pergi meninggalkan mereka.

Karena Rose takut bosan menunggu pesananannya, akhirnya dia memilih untuk memainkan gadget. Dironggoh saku rok miliknya.

Rose mulai melihat lihat hal menarik yang ada di Instagram. Mulai dari lihat branda, Story, dan menjelajahi barang barang olshop.

Setelah menunggu hampir 20 menit, akhirnya apa yang mereka tunggu telah tersaji di atas meja. Pak Surya mengambil pisau lalu mulai memotong pizza milik Rose dan juga miliknya.

Bagaimana tidak banyaj yang menaksir kalau perlakuannya saja sangat romantis begini-batin.

Rose mulai melahap satu suapan pizza ke dalam mulutnya, dan sepertinya guru itu juga menikmati makanannya.

"Rose, boleh saya bertanya sesuatu?,"tanya sang guru.

Rose mengangguk,"Perihal apa ya pak?,"

Hati Rose sudah berdegup kencang, dia penasaran dengan apa yang ingin ditanyakan gurunya itu.

"Saya akan bertanya tentang Apa motivasi kamu mengikuti perlombaan ini?,"hah?, serius dia bertanya seperti itu?, perkiraan Rose dia akan bertanya tentang hal yang lebih penting daripada perlombaan.

EveryLasting | TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang