Part 11

402 49 1
                                    

Dua orang wanita terlihat sedang tertawa bahagia di bawah kegelapan malam dengan udara dingin ditengah sunyinya malam.

Dua orang wanita itu tidak lain Rose dan Jiun, mereka sedang mentertawakan masa lalu hidup mereka masing masing. Rose menceritaka kisah lucu tentang kedua sahabatnya ke ibunya. Rose bilang, kalau sebenarnya Rose merasa malu saat bersama mereka, ya.. karena sikap mereka sangat memalukan untuk dianggap sahabat.

Jiun tertawa hingga tawanya perlahan menjadi suara dahakkan yang membuat hati Rose gelisah, Rose ingin memanggil salah satu suster untuk memeriksa kondisi ibunya. Namun, rencana itu digagalkan karena pergelangan tangan Rose digenggam oleh Jiun.

"Udah uhuk biarin aja uhuk, ibu baik baik aja,"Rose kembali menempelkan bokongnya ke bibir kursi.

"Beneran ibu gak apa apa?,"Rose merapihkan syal putih yang sedikit berantakan, Jiun mengangguk.

"Iya gak papa, nih liat ibu sehatkan?,"sambil mengangkat kedua tangan dan kakinya, Rose tertawa saat melihat tingkah konyol ibunya.

Tiba tiba saja Rose teringat dengan sebuah benda yang sangat ingin Rose tunjukkan ke ibunya. Diraihnya benda itu di saku jaket yang sedari tadi dia sembunyikan.

"Ibu..."Jiun yang sedang melihat pemandangan di depannya kini mengalihkankannya ke Rose.

"Ya?,"jawabnya.

"Rose mau kasih ini,"
Jiun mengambil benda itu dari tangan Rose, senyumnya tak luntur saat membaca satu persatu kata yang tertulis disebuah lembaran sertifikat.

"I-ini beneran nama R-Rose,"Rose mengangguk.

"Rose anak Ibu?,"Rose kembali mengangguk. Jiun langsung memeluk tubuh Rose, Rose terlihat tersenyum saat Jiun mulai mengusap kepalanya.

Inilah yang Rose inginkan sejak sebulan yang lalu, dia menginginkan sebuah pujian dan kasih sayang tulus, serta menginginkan pelukan hangat dari ibunya.

Jiun mengusap air mata bahagianya saat ini, Rosepun begitu. Pelukan mereka merenggang, Jiun mengusap wajah anaknya, memperhatikan setiap ukiran wajah yang begitu sempurna.

"Ibu bangga nak,"Rose menangis, Jiun mengusap butiran air mata yang jatuh.

"Ibu senang kamu sudah berusaha, usaha kamu mati matian untuk memenangkan perlombaan itu akhirnya terwujud.."

"Ibu seneng banget bisa liat kamu jadi anak yang tidak pernah menyerah, selalu berkomitmen untuk mengejar sesuatu meskipun, jika dipikir pikir sesuatu itu sangat mustahil untuk didapatkan.."

"Tapi, malam ini kamu buktikan semua itu dengan sesuatu yang membuat ibu bangga, terima kasih ya nak,"

Rose memeluk tubuh ibunya, menangis dipundak sang ibu. Kata kata yang diucapkan ibunya sangat membuat Rose merasa bangkit dari keterpurukan. Keterpurukan yang membuatnya merasa ingin hilang saja dari dunia, keterpurukan yang membuat perasaannya seketika turun, dan keterpurukan merasa lelah untuk menunggu sesuatu yang sangat berharga.

"Rose merasa bangga punya ibu seperti ini. Ibu yang bisa berdiri sendiri tanpa bantuan siapapun, ibu yang sabar melewati setiap ujian berat dalam kehidupan, dan ibu yang selalu memberikan senyuman untuk menyinari hari hari Rose. Rose sayang sama ibu,"

Tepat pukul 1 malam dini hari. Bahwa pada malam ini, tanggal ini, dan waktu yang terus berganti seolah menjadi saksi bisu tentang ungkapan perasaan bahagia satu sama lain. Menunjukkan air mata serta senyuman yang sudah lama mereka tidak rasakan.

Meskipun hanya berdua mereka seperti keluarga lengkap, lengkap yang terdiri dari ayah, ibu, dan satu orang putri.

Untuk menghangatkan tubuh mereka masing masing, mereka saling berpegangan tangan dengan erat serta memberikan tatapan hangatnya satu sama lain.

EveryLasting | TaeyongTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang