Home Town

210 26 0
                                    

Udara segar dari kampung halaman tercium aku menuruni shinkansen dengan penuh senyum bersama dengan Mina di samping ku.

"Kak inget ini masih kota walaupun udaranya lebih baik di banding tempat kita tinggal sekarang"

"Iya iya"

Kami pun segera menaiki bus untuk cepat sampai ke tujuan. Beberapa menit kemudian kami sampai di rumah kami, kami di sambut oleh bibi. Bibi adalah orang yang menjagaku setelah ayah pergi, tadinya bibi menyuruh kami rapih rapih terlebih dahulu di kamar namun kami bilang kalau kami hanya sebentar dan tidak menginap karena jadwal pulang ke Korea adalah malam ini.

Tanpa berlama lama di rumah bibi membawa kami ke rumah sakit tempat ibu dan kakak di rawat. Kami menaiki lift dan mengikuti bibi menyusuri lorong sampai berhenti di depan sebuah pintu.

"Ini kamar ibu kalian" Ucap bibi membukakan pintu untuk kami masuk

Kami pun memasuki ruangan dan menghampiri wanita paruh baya sedang duduk di atas kasur. Ya itulah ibu kami

"Minari ibu sangat rindu denganmu" Ucap Ibu, Mina menghampirinya lalu memeluk ibu. Aku hanya membungkuk memberi salam kepadanya sekarang kami malah seperti orang asing.

"Ibu gak usah khawatir kan kakak jagain aku di sana" Ucap Mina dengan senyumnya

Aku tersenyum lega saat tahu keadaan ibu sekarang kemudian aku keluar ruangan dan duduk di sebelah bibi.

"Momo-kun bagaimana sekolahmu di sana?" Tanya Bibi tersenyum kepadaku

"Baik sebagai seorang hikikomori nilai ku lumayan bagus untungnya aku bisa mengejar ketertinggalanku saat mengurung diri di kamar" Jelas ku menundukan kepala dan menatap ke arah lantai.

"Kau sudah besar ya sekarang" Bibi tersenyum ke arahku, aku tersenyum balik "Wajahmu sikap dan kepintaranmu sangat mirip dengan ayahmu mungkin itu alasan ibumu menjauhi mu" Lanjutnya. Aku hanya tersenyum menanggapi perkataanya

"Aku mengerti dia jadi sangat marah waktu itu dan sempat hampir melukaiku berkali kali Ayah memang bodoh menumbalkan aku ketika ia pergi" Ucapku menyandarkan punggung ku dan menghela nafas

"Oh iya bi, bibi tahu kamar rawat kakak dimana? Aku ingin bertemu dengannya karena sudah lama tidak bertemu aku berjanji akan menjenguknya saat kembali ke sini" Aku menoleh ke arah bibi dengan senyum namun wajah bibi langsung berubah menjadu murung.

"Bibi gak sakit kan? Kok murung si ayok SMILE bi SMILE" Ucapku dengan penuh semangat

"Soal Hana-chan-"

"Kak udah beres ibu mau bertemu kakak noh karena ini moment rare sana pergi" Ucap Mina memotong dari balik pintu

"I-iya ini dateng" Aku berdiri dari duduk lalu memasuki kamar rawat ibu dan berdiri di sebelah ranjangnya dengan akward

"Momo sekarang sudah besar ya" Ucap ibuku dengan senyum ke arahku. Mungkin ini kali pertama setelah sekian lama dia tersenyum kepadaku

"Iya aku bukanlah anak kecil seperti dulu lagi" Ucapku tersenyum balik kearahnya

"Walaupun masih sama takut tinggi HA" Ucap Mina menyela

"Maaf ya selama ini ibu selalu cuek ke kamu padahal kamu anak ibu," Ucapnya

"Enggak perlu minta maaf karena aku tahu ibu pasti masih kesal sama ayah kan? Aku memaklumi itu "

"Bahkan sampai sekarang kau mirip denganya" Ibu tertawa kecil. Aku hanya tersenyum memandangnya

"Ibu keadaanya baik kan? Jangan terlalu memaksakan diri untuk kerja banyaklah istirahat jangan terlalu memikirkan Mina kan ada aku yang jagain dia"

"Mau bagaimana lagi setelah Hana tiada ibu harus bekerja memenuhi kebutuhan ibukan dan membayar tagihan rumah sakit yang mulai membengkak karena biaya pengobatan Hana dan ibu lumayan mahal" Ucapnya yang mulai meneteskan air matanya sedangkan aku, mataku melebar tidak percaya yang barusan ibu katakan.

"T-tunggu maksud ibu Hana-nee s-sudah" Ucap ku yang mulai mencoba menahan air mataku untuk keluar.

"Maaf ya ibu tidak mengabari keadaan kakakmu akhir akhir ini" Ibu tersenyum dan memelukku "Dia sudah melewati masa masa sulit biarkan dia lepas dari penderitaannya dan hidup dengan tenang di sana" Ucap Ibu yang menenangkan ku karena aku sudah tak bisa membendung air mata ku. Mina pun juga sama ia di tenangkan oleh bibi yang memeluknya. Aku tak bisa mempercayai ini. Kak Hana adalah satu satunya orang yang menemani ku setelah Ayah pergi dan Ibu mengabaikanku. Walaupun dengan penyakitnya dia tetap giat berjuang dan bekerja tanpa henti. A-aku merasa bodoh karena telah meninggalkannya dan pergi ke Korea.

"Bu, bisa kita kemakamnya?" Ucapku dan ibu mengangguk

Setelah mendapatkan izin dari dokter untuk ibu kami pergi bersama ke tempaat kakak di makamkan, kami berhenti di depan batu nisan yang bertulis kan Hirai Hana dengan kanji di batunya. Tak dapat menahan rasa sedih dan kecewaku, kakiku menjadi lemah dan aku tertunduk di depan makamnya Mina yang di belakangku datang untuk menenangkanku.

"M-maaf kak aku gak bisa jagain kakak selalu nakal di marahin mulu selalu ngeyel kalo dibilangin selalu ngelawan maaf" Ucap ku di sela tangis ku "t-tapi.. M-makasih udah jagain aku selalu di sisi aku pas kesulitan selalu tersenyum menghibur aku padahal kakak juga lagi susah saat itu kan" Aku tersenyum menatap nisannya "M-makasih k-karena.. karena udah j-jadi kakak yang baik untukku M-maaf" Tak bisa menahan emosiku, aku menangis mengeluarkan semua yang ada di hatiku Mina di sisiku memelukku dengan erat Ibu hanya bisa menangis diam di belakang di temani bibi. Aku menghabiskan waktuku menangis disana hingga kesadaranku menghilang.

















GOMENASAI HANA-SAN I STILL LOVE U <3<3<3

DahMo - Hikikomori LovesTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang