Bahagia punya banyak cara untuk dapat hadir.
Salah satunya dengan perpisahan.
Mungkin saat ini kamu sedang bersedih. Tapi yakinlah, akan ada saat dimana kamu akan merasa beruntung karena telah dipisahkan dari seseorang.
"Untung aku dan dia dulu berpisah," , "Untung dia dulu melepaskanku,".
Yah ... Apa yang kamu tangisi hari ini bisa menjadi hal yang paling kamu syukuri di kemudian hari.
Tanganku berhenti pada kalimat terakhir yang ada di otakku. Penaku menembus lembaran kertas, ketika mataku mulai menangkap sosok yang tengah tersenyum manis kearahku.
Tiap kali mataku melipir ke arah foto yang mulai beranjak usang tersebut, tanpa sadar kurva bibirku ikut trtarik ke atas. Serentetan kenangan tentang dia merangsek masuk ke dalam benak hingga menyisakan sebuah sesak di dada.
Biar kuberi tahu. Namanya Kim Taehyung. Pria brengsek luar biasa yang sayangnya sangat aku cintai. Tidak, maksudku dia tidak sebrengsek itu. Nyatanya aku tidak bisa menutupi fakta bahwa dia adalah pria baik yang sangat langka untuk ditemui. Hanya saja beberapa hal membuatnya menjadi semakin brengsek. Apalagi itu berkaitan dengan adiknya, si kecil Cooper.
Ah, bagaimana kabar bocah kecil itu sekarang? Aku merindukannya sebesar aku merindukan kakaknya.
Kurva bibirnya yang merekah selalu membawa bahagia pada orang di sekitarnya. Matanya yang lebar sangat indah ketika berbinar. Dan tingkah lakunya yang lucu membuat siapa saja tertawa terbahak.
Aku rindu mereka berdua. Aku rindu berada di tengah-tengah mereka. Kehidupan sederhana mereka memberi banyak pelajaran. Aku iri pada mereka yang meski hidup dalam segala kekurangan, mereka akan saling mengisi dan menghibur satu sama lain.
Memang benar adanya, jika harta melimpah tidak menjamin seseorang akan mendapatkan kebahagiaan yang layak.
Tok .. tok .. tok ..
Aku menoleh ke arah pintu kamarku yang terbuka. Disana ibu tersenyum ke arahku dengan wajah layunya.
"Sudah siap untuk pergi?"
Pergi?
Oh, aku nyaris lupa.
Kuletakkan kembali bingkai foto tersebut di atas meja. Aku mulai beranjak meninggalkan catatanku yang masih terbuka disana.
"Sudah, bu," jawabku berusaha membalas senyuman wanita berusia akhir empat puluhan itu.
Jika kuperhatikan, semakin hari ibu tampak semakin kurus saja. Aku tahu alasannya. Sudah lama sejak semua masalah ini bermula, aku memutuskan untuk berhenti bertanya.
"Maaf, ibu tidak bisa menemani. Ayahmu butuh ibu," ujar nyonya Noh Hye Yoon.
"Tidak papa, aku mengerti. Aku bisa, bu."
Tangan kurus ibu mengelus lenganku dengan lembut, berusaha memberikan semangat secara verbal kepadaku. Aku tahu, ibu begitu cemas. Tapi aku lebih kuat daripada yang bisa dia lihat.
"Aku pergi."
Langkahku mulai mantap meninggalkan peraduan untuk menghadapi kenyataan diluar sana. Meja hijau sudah menungguku. Dan segala kenyataan mengenai masa depanku dipertaruhkan hari ini. Semoga semuanya cepat berakhir. []
Akhirnya bisa update juga. Banyak yang req TaeNie. Jadi aku bikin lagi. Aku bikin pendek2 setiap chapternya karna aku gak mau banyak narasi yang gak penting. Jadi langsung pada inti ceritanya.
Saran dan kritikan diterima dengan lapang dada. Mau siders silahkan, voment malah lebih berharga.
KAMU SEDANG MEMBACA
Subete For You [KTH-KJN]
RomanceJennie Kim, tidak pernah diminta untuk dilahirkan menjadi dirinya yang sekarang. Penuh penekanan, pengekangan, dan aturan. Setiap tingkah dan lakunya di awasi ketat. Dan yang paling parah, dia terpaksa menjadi patuh supaya tetap dianggap sebagai ana...