08.

1.6K 298 16
                                        

Pantaskan niat baik seseorang ditolak mentah-mentah seperti itu?

Apa sih yang membuat Taehyung sampai semurka itu? Apa aku melakukan kesalahan? Apa?

Seingatku, aku hanya ingin membantu merapikan tamannya yang mengenaskan sekaligus membuat taman bermain pasir untuk Cooper. Tidak ada maksud lain dibalik itu semua. Yang kuharapkan baik Taehyung maupun Cooper merasa bahagia dengan hal kecil yang kubuat untuk mereka. Setidaknya mereka cukup bilang mereka bahagia tanpa perlu mengucapkan terima kasih, itu sudah lebih dari cukup untukku.

Namun, apa yang kubayangkan nyatanya tidak sesuai harapan. Taehyung seolah membenci semua tindakanku yang ingin membuat rumahnya tampak pantas dihuni oleh manusia. Aku tidak merubah apapun dari rumahnya, hanya membuka jendela dan membersihkan sedikit.

Lantas, apa alasan sebenarnya yang membuat Taehyung begitu murka.

Meneliti lebih dalam lagi, rupanya aku melewatkan satu hal kala itu. Mata Taehyung berair. Aku tidak benar-benar memperhatikan maupun menelaahnya sebab aku sendiri merasa tersakiti oleh kata-kata pedasnya.

Iya benar, aku tidak salah lihat. Meski sekilas, aku dapat menerka jika mata merahnya kala itu menggenang.

Taehyung menangis? Apa tindakanku sudah melewati batas dan melukainya?

Ah, barusaja aku menyadari. Jika memang perkenalan kami belum lama dan belum bisa dikatakan bahwa kami ini berteman. Tentu saja aku tidak tahu seperti apa Kim Taehyung itu serta apa saja hal yang tidak disukainya. Mengingat kepribadiannya juga sulit ditebak. Kadang baik, kadang mempesona, kadang juga menyebalkan.

Kalau aku benar bersalah, bukankah seharusnya aku meminta maaf?

Maka dari itu, aku bergegas menuju toko Taehyung dan memastikan bahwa pemuda itu ada disana. Setelah mengamati beberapa saat, aku menemukan Taehyung barusaja keluar dari ruangan kecil di belakang meja kasir dengan wajah tertutup tumpukan kardus.

Pemuda itu membawa kardus-kardus itu ke deretan rak minuman, kemudian meletakkannya dengan bunyi desahan lega.

Saat itulah aku masuk dan ikut mengambil alih pekerjaannya dalam diam. Taehyung nampak terkejut pasal diriku yang tiba-tiba membantunya mengisi ulang rak minuman isotonik yang kosong. Tapi pemuda itu tidak bicara sepatah katapun.

Dia berusaha menghindariku tanpa suara. Bukan Jennie namanya kalau harus menyerah sekarang. Aku tetap saja membuntutinya yang hendak mengisi ulang nasi onigiri di raknya.

"Oh, sudah kedaluwarsa dua jam. Tae, ini boleh untukku, kan?" tanyaku mengacungkan nasi onigiri pada Taehyung yang sedang mengisi rak camilan.

Pemuda itu tak merespon hingga membuatku nekat untuk melahapnya tanpa persetujuan Taehyung.

Sayangnya, ketika tengah menikmati daging tuna yang dibalut oleh saus mayo di tengah, tiba-tiba nasiku di sahut oleh Taehyung dan dibawa pergi olehnya.

"Yak! Berikan padaku," seruku mengejar Taehyung sedikit kesal.

Sialnya, pemuda itu malah membuang nasi onigiriku ke tempat sampah sebslum dia masuk ke gudang penyimpanan. Tentu saja hal itu membuatku jadi murka.

"Kim Taehyung! Kenapa kau membuang nasiku?" protesku pada pemuda yang tengah menaiki tangga.

"Dasar brengsek! Saat aku bertanya kau diam saja, sekarang kau malah ikut campur dan membuang nasi onigiriku. Apa yang kau mau, hah?!"

Taehyung mendadak membanting kardus di tangannya hingga membuatku spontan memekik kecil. Pemuda itu lantas menghampiriku.

"Aku mau kau berhenti merecokiku dan pergi!" ujarnya dengan suara dingin yang rasanya menusuk sampai ke ulu hati.

Subete For You [KTH-KJN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang