16.

940 195 8
                                    

Seperti pencuri yang baru saja kepergok oleh pemilik rumah, aku benar-benar merasa terkutuk di hadapan pria jangkung yang kini berada di antara aku dan Taehyung.

Maksudku, aku sudah dewasa. Dan ciuman singkat seperti itu bukan hal yang patut untuk di persalahkan, meski memang sebenarnya tempatnya yang salah. Tapi hey, ini kan rumahku?

"Aku tidak pernah melihatmu di sekitar sini," ucapan tenang itu meluncur dari mulut Seok Jin yang bermaksud melemparkan pertanyaan tersebut pada Taehyung yang duduk membungkuk.

"Ah, ya. Rumahku memang bukan di kawasan elit ini. Rumahku di permukiman padat penduduk," jawab Taehyung tenang.

Aku melirik Seok Jin, ingin tahu ekspresi seperti apa yang saat ini terukir dari wajahnya yang biasanya polos-polos saja.

"Kau mengenal Jennie?"

Taehyung melirikku, seolah ia ingin memastikan apa dia perlu menjawab pertanyaan Seok Jin.

"Yah. Kami tidak sengaja saling mengenal," jawabnya pendek dan tenang.

"Lalu apakah perbuatanmu barusan bisa dikatakan wajar sebagai seseorang yang barusaja saling mengenal?"

Irisku menajam mendengar ucapan Seok Jin. Ekor mataku melirik Taehyung yang tampaknya cukup tersinggung oleh ucapan Seok Jin barusan. Aku sendiri merasa bulu kudukku meremang.

Setelah beberapa detik saling bertatap, Seok Jin membungkukkan tubuhnya dan tersenyum samar seolah ingin mencairkan suasana panas yang barusaja ia ciptakan.

"Maksudku, kau jelas pria yang punya etika dan sopan santun, bukan? Apa menurutmu hal yang kau lakukan itu bisa dianggap benar? Aku hanya khawatir pada Jennie, jika orangtuanya tahu mereka pasti akan sangat kecewa,"

"Hey bung, kurasa kau terlalu melebih-lebihkan. Apa kau memang sebetulnya iri? Boleh aku tanya siapa kau?" kata Taehyung dengan lantang.

Jin menegakkan tubuhnya kembali, menatap Taehyung dengan tatapan hina dan arogan.

"Aku orang yang dipercaya oleh orangtua Jennie untuk menjaga Jennie kapanpun."

"Apa dia bayi?" Taehyung mengulang sengit. "Usianya bahkan cukup matang untuk menikah," tambah Taehyung.

"Kau sudah kelewatan, tuan." kata Jin tajam.

"Maaf jika aku menyinggungmu. Jennie, aku pamit,"

Taehyung kemudian bangkit, mendatangi Cooper di ruang perpustakaan lantas pergi dengan ucapan terima kasih padaku.

"Jin, apa yang sedang kau lakukan?!" protesku pada Seok Jin.

Wajahnya kembali pada ekspresi polos andalannya, "Aku sedang menjagamu, Jennie."

"Apa orangtuaku memintamu untuk menjadi mata-mataku?"

"Astaga, kosakata mu kejam sekali,"

"Aku malah lebih terkejut dengan sikapmu yang berlebihan barusan,"

"Jennie, aku hanya khawatir kau terpengaruh olehnya. Aku memang tidak pandai menilai orang, tapi kelihatannya dia bukan pemuda yang cukup baik,"

"Jangan asal menilai. Kau tidak mengenalnya cukup baik,"

"Apa kau mengenalnya?" ulang Seok Jin.

Sebuah tandasan melesat ke otakku. Benar. Apa aku mengenal Taehyung dengan baik? Dengan serangkaian kejadian abstrak yang aku alami, kupikir aku sudah mengenal Taehyung dengan baik. Dia tidak bisa di katakan bersih dari tindak kriminal jika mengingat segerombol preman yang tiba-tiba mengejar kami tadi pagi.

Subete For You [KTH-KJN]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang